Yehezkiel 48

Yehezkiel 48
Kitab Yehezkiel 30:13–18 pada suatu naskah bahasa Inggris dari awal abad ke-13, MS. Bodl. Or. 62, fol. 59a. Teks bahasa Ibrani disalin sebagaimana dalam kodeks bahasa Latin. Terjemahan bahasa Latin ditulis di bagian marjin.
KitabKitab Yehezkiel
KategoriNevi'im
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Lama
Urutan dalam
Kitab Kristen
26

Yehezkiel 48 (disingkat Yeh 48) adalah pasal keempat puluh delapan dan sekaligus pasal terakhir dari Kitab Yehezkiel dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Berisi perkataan nabi (dan juga imam) Yehezkiel bin Busi, yang turut dibawa ke dalam pembuangan oleh Kerajaan Babilonia pada zaman raja Yoyakhin dari Kerajaan Yehuda dan raja Nebukadnezar dari Babel sekitar abad ke-6 SM.[1][2]

Teks

  • Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani.
  • Pasal ini dibagi atas 35 ayat.
  • Berisi firman TUHAN yang diterima oleh Yehezkiel mengenai Bait Allah dan Yerusalem baru, dalam bentuk penglihatan tentang pemulihan Bait suci yang baru.
  • Tujuan penglihatan tentang Bait Suci dialami Yehezkiel ialah memberi semangat kepada bangsa itu bahwa kemuliaan Allah akan dipulihkan sama sekali pada masa yang akan datang, sehingga menghasilkan pengurapan dan berkat yang akan bertahan selama-lamanya.[3]
  • Merupakan sebuah rangkaian dari pasal 40 sampai 48.

Naskah sumber utama

Struktur

Terjemahan Baru (TB) membagi pasal ini:

Ayat 1

Inilah nama suku-suku itu: Yang paling utara: dari laut terus ke Hetlon, ke jalan masuk ke Hamat, Hazar-Enon, sehingga daerah kota Damsyik, yang berdekatan dengan Hamat, terletak di sebelah utaranya, dari perbatasan sebelah timur sampai perbatasan sebelah barat terdapat bagian Dan. (TB)[4]

Pasal terakhir kitab Yehezkiel melanjutkan penetapan perbatasan negeri yang telah dipulihkan dan tempat masing-masing suku (Yehezkiel 47:13–48:29).[3]

Ayat 35

"Jadi keliling kota itu adalah delapan belas ribu hasta. Sejak hari itu nama kota itu ialah: TUHAN HADIR DI SITU." (TB)[5]

Kitab Yehezkiel berakhir dengan janji agung bahwa pada suatu hari Allah akan hidup selama-lamanya bersama umat-Nya, sebuah janji yang diulangi dalam Wahyu 21:3, "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka." Berkat terbesar bagi kita sebagai umat Allah ialah adanya Allah di tengah-tengah kita; inilah hakikat sukacita dan kebahagiaan sejati. Sebagai akibat dari kehadiran Allah yang tetap itu, kita tidak akan pernah lagi mengalami kesusahan, kekecewaan dan kesulitan dari kehidupan kita sebelumnya (Wahyu 21:4); inilah penglihatan dan harapan kita yang terakhir sementara kita menanti kedatangan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.[3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Dianne Bergant dan Robert J.Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Jogjakarta: Kanisius.
  2. ^ (Indonesia) W.S. LaSor, D.A. Hubbard, F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 2. Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994. ISBN 9789794150431
  3. ^ a b c The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  4. ^ Yehezkiel 48:1 - Sabda.org
  5. ^ Yehezkiel 48:35 - Sabda.org

Pranala luar