Mazmur 22
Mazmur 22 (disingkat Maz 22, Mzm 22 atau Mz 22; penomoran Septuaginta: Mazmur 21) adalah sebuah mazmur dalam bagian pertama Kitab Mazmur di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.[1] Mazmur ini digubah oleh Daud (~1040-970 SM) dan menggambarkan ratapannya saat mengalami kesesakan.[2] Dalam versi Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia, mazmur ini diberi judul "Allahku, mengapa Kautinggalkan aku?" Teks
Waktu PenulisanMazmur 22 termasuk mazmur yang ditulis pada masa sebelum pembuangan dan lebih tepatnya pada masa kerajaan, sesuai dengan gambaran yang mengarah pada raja Daud sendiri.[2] Jenis MazmurH. Gunkel membagi Mazmur sesuai jenis yang memiliki karakter antara lain mazmur pujian, mazmur ratapan, mazmur raja, mazmur ratapan yang bersifat individu, dan mazmur ucapan syukur yang bersifat pribadi dan beberapa mazmur tambahan seperti mazmur ziarah, mazmur kemenangan, mazmur ucapan syukur yang bersifat umum atau liturgi, mazmur pujian Tuhan Raja, mazmur Sion, mazmur siajah, mazmur hikmat dan pengajaran, mazmur berkat dan kutuk.[5][6][7] Mazmur 22 termasuk dalam mazmur ratapan pribadi;[3] ratapan Daud untuk dirinya sendiri dan mewakili umat.[8] Penomoran ayatDalam Alkitab Indonesia, mazmur ini terdiri dari 32 ayat, di mana ayat 1 adalah pengantar "Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud." (versi Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia ). Dalam Alkitab Inggris, kalimat pengantar ini tidak diberi nomor ayat, sehingga seluruhnya hanya ada 31 ayat, di mana ayat 1 bahasa Inggris sama dengan ayat 2 bahasa Indonesia dan seterusnya. StrukturGaris BesarSecara garis besar pembagian unsur di atas adalah:[7]
DetailMazmur 22 tersusun atas:[9]
Teologi Mazmur 22Mazmur 22 merupakan mazmur ratapan pribadi yang sedang mengalami kesesakan. Raja Daud percaya bahwa Tuhan (YHWH) sebagai Allah pengasih, Allah yang mendengar dan memperhatikan serta terlibat dalam kehidupan umat-Nya.[8] Bernhard Anderson dan Steven Bishop mengatakan:[8]
Ratapan Raja Daud membawa kepercayaan bahwa kemuliaan sang Ilahi menyertai dan memberi pengharapan pada setiap orang yang percaya pada-Nya. Hal ini berakhir pada pujian dan kemenangan umat.[8] Pertanyaan "mengapa" dengan nada kekecewaan dan kesedihan dalam penderitaan (ayat 2) dalam mazmur ini menyentuh perasaan terdalam seseorang yang ditinggalkan oleh Allah dalam menghadapi penderitaan dan penganiayaan bertubi-tubi oleh para musuh.[10] Karena permohonan pada bagian pertama mazmur ini tidak diarahkan pada suatu keadaan tertentu, maka dapat menjadi kesaksian yang tidak dibatasi oleh waktu dan dapat diterapkan pada banyak situasi penganiayaan. Keluhan mengenai ketidakhadiran Allah berkali-kali disela dengan pujian (ayat 4), keyakinan diri (ayat 5-6, 10-11) dan permintaan-permintaan (ayat 20-22).[10] Bagian kedua mazmur ini adalah ucapan syukur si pemohon karena keselamatan yang dialaminya (ayat 22) dalam konteks Israel (ayat 26-27) dan berlanjut dalam penyembahan kepada YHWH dari perspektif bangsa-bangsa di dunia yang akan terkesan pada tindakan kuasa Allah.[10] Ayat 1
Ayat 1 bahasa Ibrani
Transliterasi
Ayat 1 catatan
Ayat 2
Ayat 2 bahasa Ibrani
Transliterasi
Terjemahan bebas:
Ayat 2 catatanYesus Kristus mengucapkan seruan mengerikan ini di salib ketika kehadiran Bapa sorgawi-Nya yang memelihara dan melindungi ditarik (Yesaya 53:10–12; 2 Korintus 5:21; lihat Matius 27:46 yang mencatat perkataan ini dalam dialek bahasa Aram yang lazim diucapkan pada zaman itu). Yesus ditinggalkan oleh Allah karena Ia menderita sebagai pengganti orang berdosa, yaitu menjadi kutuk karena kita (Galatia 3:13). Dengan mengutip ayat ini, Yesus juga mengacu kepada seluruh mazmur ini sebagai gambaran diri-Nya.[16] Ayat 7
Ayat 7 bahasa IbraniTeks Masoret (dibaca dari kanan ke kiri)
Transliterasi
Ayat 7 catatan"Ulat" ini dimaksudkan spesies Kermes ilicis (nama lama: Coccus ilicis) yang menghasilkan warna "merah kirmizi" dan disebutkan beberapa kali di dalam Alkitab Ibrani.[18] Kematian ulat yang melekat di pohon demi keturunannya dan meninggalkan warna merah yang digunakan antara lain untuk penyucian dianggap sebagai lambang Yesus Kristus, sang Juruselamat umat manusia, yang mati disalibkan untuk menebus dosa umat-Nya dan darah-Nya yang tercurah menjadi tanda penyucian dosa.[19][20] Ayat 17
Merupakan nubuat mesianik yang digenapi pada penyaliban Yesus. Penikaman pada tubuh Yesus juga dinubuatkan pada Zakharia 12:10, yang dikutip penggenapannya pada Yohanes 19:37 dan Wahyu 1:7. (Lihat "Mereka menusuk tangan dan kakiku") Tradisi YahudiSecara umum, Mazmur 22 adalah mengenai seseorang yang menjerit kepada Allah untuk menolongnya dari ejekan dan siksaan musuh-musuhnya, dan (dalam 10 ayat terakhir) bersyukur kepada Allah karena menyelamatkannya. Penafsiran Yahudi mengenai Tehillim 22 mengidentifikasi individu dalam mazmur ini dengan tokoh kerajaan, biasanya Raja Daud atau Ratu Ester.[22][23] Mazmur ini juga ditafsirkan merujuk kepada nasib orang Yahudi dan kesesakan serta perasaan ditinggalkan dalam pembuangan.[24] Misalnya, frasa "Tetapi aku ini ulat" (Hebrew: ואנכי תולעת) merujuk kepada Israel, serupa dengan Yesaya 41:14 "Jangan takut, engkau ulat Yakub, dan kalian orang Israel; Aku menolongmu, kata TUHAN, dan Penebusmu, Yang Kudus dari Israel."[25]
Traktat Megillah dalam Talmud Babilonia memuat koleksi tambahan midrash pengembangan dari Kitab Ester. Dalam komentari mengenai Ester 5:1, Rabbi Levi dikutip mengatakan, pada waktu Ester melintasi ruangan besar penuh berhala saat berjalan ke arah ruang tahta untuk menyampaikan permohonan kepada raja, ia merasakan Shekhinah (kehadiran ilahi) meninggalkannya, dan pada titik tersebut ia mengutip Mazmur 22:2 mengatakan "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku."[31] Tradisi KristenMazmur ini, yang paling banyak dikutip dalam Perjanjian Baru disebut "mazmur salib" karena begitu rinci melukiskan penderitaan berat Kristus di salib. Perhatikan setidak-tidaknya dua hal tentang mazmur ini: 1) Ini adalah seruan penderitaan dan kesedihan dari seorang penderita saleh yang belum dibebaskan dari pencobaan dan penderitaan. Dalam arti ini semua orang percaya yang menderita dapat menyatukan dirinya dengan kata-kata dalam doa ini. 2) Kata-kata dalam mazmur ini mengungkapkan suatu pengalaman yang jauh melebihi pengalaman manusia biasa. Dengan ilham Roh Kudus, pemazmur menubuatkan penderitaan Yesus Kristus ketika disalib dan menunjuk kepada pembenaran diri-Nya tiga hari kemudian.[16] Yesus mengutip kata-kata pertama Mazmur 22 ini sesaat sebelum kematian-Nya dan dengan demikian menjadikan Diri-Nya sebagai si pemohon dalam mazmur ini, dan menurut tradisi Yahudi, menerapkan seluruh isi mazmur ini pada Diri-Nya sendiri, meskipun saat menghadapi kesengsaraan dan ditinggalkan oleh Allah.[32] Secara Kristologi bagian ini dianggap ofensif, di mana Yesus Kristus, yang adalah Pribadi Allah dalam Tritunggal menurut Kekristenan, dapat mengatakan bahwa Allah meninggalkan-Nya. Namun, sebagai dalam mazmur ini, keadaan ditinggalkan oleh Allah ini bukanlah akhir, melainkan dalam kedua kasus tersebut diikuti oleh pertolongan Allah akan si pemohon secara mendadak, yaitu dalam Perjanjian Baru berupa Kebangkitan Yesus. Pembagian mazmur ini lazimnya atas bagian aksi (Mazmur 22:2-22) dan bagian syukur atau pujian (Mazmur 22:23-32) dalam Kekristenan (termasuk Martin Luther) dianggap menunjuk masing-masing kepada Penyaliban dan kepada Kebangkitan.[32] Kutipan-kutipan
Nubuat yang digenapiNubuat dalam pasal ini oleh orang Kristen diyakini mendapat penggenapan dalam hidup Yesus Kristus, terutama pada waktu penyaliban-Nya:
Orang Kristen meyakini bahawa frasa "Mereka menusuk tangan dan kakiku" (Mazmur 22:17), dan "Aku dapat menghitung semua tulangku" (Mazmur 22:18) mengindikasikan bagaimana Yesus mati disalib, yaitu tangan dan kaki-Nya dipakukan di kayu salib (Yohanes 20:25) dan menurut aturan Imamat, sebagai domba Paskah, tidak ada tulang-Nya yang dipatahkan atau hilang tidak terhitung (Bilangan 9:11–13). Jadi orang Kristen memandang Yesus sebagai korban pendamaian. Liturgi KatolikDalam Ritus Roma, sebelum implementasi Misa Paulus VI, mazmur ini dinyanyikan pada waktu Melucuti Altar pada hari Kamis Putih yang melambangkan pelucutan pakaian Kristus sebelum penyaliban. Mazmur ini didahului dan diikuti oleh antiphon "Diviserunt sibi vestimenta mea: et super vestem meam miserunt sortem" (Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.).[33] Mazmur ini tidak lagi dinyanyikan sejak revisi Misa tahun 1970. Masih sering disertakan dalam banyak bagian Komuni Anglikan. Sejak Abad Pertengahan, mazmur ini secara tradisional digunakan dalam peringatan vigil dimanche,[34][35] menurut Aturan St. Benedict yang ditetapkan pada tahun 530, di mana St. Benedict dari Nursia menetapkan Mazmur 21 (20), 109 (108) dalam vigil.[36] Dalam Officium Divinum (Horarium), mazmur ini dibacakan pada hari-hari Jumat Prime. Dalam Liturgia Horarium, dengan supresi Prime, dipindahkan pada ibadah tengah hari (Terce, Sext, atau None) pada hari Jumat minggu ketiga .[37] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|