Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN![2]
Kata šîr atau sy'ir berarti "syair" atau "nyanyian"; sedangkan ha·ma·‘ă·lōṯ dari kata ma·‘ă·lah (kata benda feminin) yang berarti "anak tangga". Dinyanyikan pada saat menaiki bukit dan tangga menuju Bait Allah pada hari-hari raya besar atau ziarah.
Dibaca setelah Mincha antara Sukkot dan Shabbat Hagadol.[3]
Dibaca sebagai bagian liturgi Hari Raya Yahudi, dinyanyikan berbalasan sebelum membuka tempat penyimpanan gulungan Taurat dalam ibadah pagi mulai dari hari raya Rosh Hashanah sampai Yom Kippur. Kebiasaan membaca ini pernah lama hilang sampai dimunculkan kembali dalam siddurim dari Philip Birnbaum dan Artscroll pada abad ke-20.[4]
Dikenal dengan nama "De Profundis" sesuai kata-kata pertama dalam terjemahan Bahasa Latin, biasa dipakai untuk doa dan musik dalam ibadah pemakaman requiem di liturgi Latin dan merupakan salah satu doa dalam Gereja Katolik Roma.
Martin Luther menggubah Mazmur 130 menjadi himne Aus tiefer Not schrei ich zu dir, yang memberi inspirasi sejumlah komposer membuat musiknya, antara lain oleh Johann Sebastian Bach dalam kantataAus tiefer Not schrei ich zu dir, BWV 38, Aus der Tiefen rufe ich, Herr, zu dir, BWV 131, Felix Mendelssohn dan Max Reger.
Menjadi dasar lagu rohani Kidung Jemaat (KJ.) 24 yang berjudul "Dari Lembah Sengsaraku" (KJ. 24a dan KJ. 24b).