Praktik mendaraskan tiga kali Salam Maria dapat ditelusuri asal mulanya paling tidak sejak abad ke-12. Salah satu orang pertama yang mempraktikkan dan menganjurkannya adalah Santo Antonius dari Padua (1195–1231). Tujuannya menganjurkan praktik ini adalah "untuk menghormati Keperawanan Maria yang tanpa noda dan untuk menjaga kemurnian sempurna pikiran (budi), hati, dan tubuh di tengah-tengah bahaya dunia ini". Praktik mendaraskan tiga kali Salam Maria pada sore hari, kira-kira saat matahari terbenam, merupakan hal yang umum dilakukan di seluruh Eropa pada paruh pertama abad ke-14, serta direkomendasikan dan dianugerahkan indulgensi oleh Paus Yohanes XXII pada tahun 1318 dan 1327.[1]
Santa Mechtildis dari Hackeborn (1241-1299), seorang biarawati Benediktin dari biara di Helfta, mengalami tiga visiun dari Perawan Maria. Ia mengalami kesusahan hati sehubungan dengan keselamatan abadinya dan berdoa agar Maria hadir mendampingi dia menjelang ajalnya. Dalam penampakan-penampakan tersebut, Maria meyakinkannya, dan mengajari dia untuk memahami secara khusus bahwa pendarasan Tiga Salam Maria merupakan penghormatan kepada Tritunggal Mahakudus. Doa Salam Maria yang pertama mengingatkan kembali kuasa yang ia terima dari Bapa untuk bersyafaat atau menjadi perantara bagi orang-orang berdosa, yang kedua mengenang hikmat kebijaksanaan yang ia terima dari Putra, dan yang ketiga mengenang belas kasih yang ia miliki dari pemenuhan oleh Roh Kudus.[3]
Menurut Santa Gertrudis (1256–1301), Maria menjanjikan hal berikut ini: "Kepada setiap jiwa yang dengan setia mendoakan Tiga Salam Maria, aku akan menampakkan diri pada saat ajalnya dalam suatu semarak keindahan yang sedemikian luar biasa sehingga akan memenuhi jiwanya dengan penghiburan surgawi."[3]
Doa tersebut adalah sebagai berikut (terjemahan bebas dari teks bahasa Inggris):
Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.
Ya Ibuku, lindungilah aku sepanjang hari ini [malam ini] dari dosa berat.
Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.
Ya Ibuku, lindungilah aku sepanjang hari ini [malam ini] dari dosa berat.
Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.
Ya Ibuku, lindungilah aku sepanjang hari ini [malam ini] dari dosa berat.
Rekomendasi lainnya
Di kemudian hari, Santo Leonardus dari Porto Mauritio "mendaraskan Tiga Salam Maria pada pagi dan sore hari sebagai penghormatan kepada Maria Imakulata, demi memperoleh rahmat yang dibutuhkan untuk menghindari segala dosa berat sepanjang hari dan malam; selain itu, ia menjanjikan keselamatan kekal dengan suatu cara yang khusus bagi semua orang yang terbukti setia mempraktikkan ini."[3]
Pujangga Gereja Santo Alfonsus Liguori (1696–1787) mengadopsi praktik kesalehan ini dan sangat merekomendasikannya. Ia meminta para orang tua agar melatih anak-anak mereka untuk membiasakan diri mendaraskan tiga kali Salam Maria pada pagi dan sore hari. Setelah masing-masing Salam Maria, ia menganjurkan agar didaraskan doa berikut ini: "Ya Maria, dengan Perkandunganmu yang Tak Bernoda dan murni, jadikanlah tubuhku murni dan jadikanlah jiwaku suci."[4]
Dikatakan bahwa banyak orang kudus (santo/santa) yang mempraktikkan penambahan doa Tiga Salam Maria setelah Doa Malam untuk menghormati kemurnian Maria demi memperoleh rahmat atas kehidupan yang murni dan kudus. Karenanya devosi ini dianjurkan sebagai praktik sehari-hari bagi mereka yang telah menerima SakramenPenguatan agar mereka mendaraskan Tiga Salam Maria untuk memperoleh "kemurnian pikiran/budi, hati, dan tubuh" setelah pemeriksaan batin sebelum tidur.
Pengadaptasian
St. Virgilius Council 185, Knights of Columbus, di Newtown, Connecticut, memprakarsai Gerakan Doa Tiga Salam Maria untuk memberikan dukungan kepada mereka yang terkena dampak dari peristiwa penembakan di Sekolah Dasar Sandy Hook.
Dewan cabang tersebut meminta organisasi-organisasi keagamaan dan dewan cabang Knights of Columbus lainnya untuk mendorong gerakan doa satu Salam Maria bagi para korban yang meninggal dunia dan keluarga mereka, satu Salam Maria bagi para guru dan penanggap pertama, serta satu Salam Maria bagi komunitas tersebut.[5][6]
Pendarasan tiga kali Salam Maria untuk permohonan atau masalah apapun merupakan praktik umum di antara kalangan Katolik.