Redemptoris Mater

Redemptoris Mater adalah nama dari sebuah ensiklik Mariologi Paus Yohanes Paulus II yang dibacakan pada tanggal 25 Maret 1987 di Basilika Santo Petrus di kota Roma.

Ensiklik ini memiliki penjelasan Mengenai Sang Perawan Suci Maria dalam kehidupan Gereja Peziarah dan membahas beberapa masalah dalam Mariologi. Ensiklik ini terkesan bagai sebuah ensiklik yang sangat terperinci dengan tiga bagian utama, termasuk di antaranya bagian pembuka dan bagian penutup.

Ensiklik ini mulai dengan membahas tempat khusus Sang Perawan Suci Maria di dalam rencana penyelamatan dan terus mengarahkan diri pada peran Maria di dalam Misteri Kristus di bagian pertama ensiklik ini.

Bagian kedua membahas peran Maria sebagai Bunda Allah di pusat Gereja Peziarah. Konsep ini dibangun di bagian ketiga nantinya dimana Paus Yohanes Paulus II menegaskan gelar Bunda Gereha yang telah dinyatakan oleh Paus Paulus VI di Konsili Vatikan II pada tanggal 21 November 1964. Ensiklik ini menyatakan:

Maria merangkul setiap pihak di dalam Gereja, dan merangkul setiap pihak melalui Gereja. Dalam pemikiran ini Maria, Sang Bunda Gereja, juga adalah teladan Gereja.

Bagian ketiga juga membahas Mediasi Keibuan dan peran Sang Perawan Maria sebagai Mediatrix. Sri Paus mengatakan:

Oleh karena itu ada sebuah perantaraan: Maria menempatkan dirinya di antara Putra-Nya dan umat manusia dalam kenyataan permintaan, kebutuhan dan penderitaan mereka. Ia menempatkan diri-Nya "di tengah-tengah", yaitu dengan kata lain ia bertindak sebagai perantara bukan sebagai orang asing,

namun dalam posisinya sebagai seorang ibu. Ia tahu bahwa dengan demikian ia dapat menunjukkan kepada Putra-Nya segala kebutuhan umat manusia, dan nyatanya, ia "memiliki hak" untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, perantaraannya dalan berbentuk keterlibatan langsung: Maria "campur tangan" demi umat manusia.

Ensiklik ini menampilkan pengaruh ajaran Mariologi Santo Louis de Montfort pada Paus Yohanes Paulus II. Sri Paus secara khusus merujuk pada Santo Louis de Montfort (yang juga menginspirasi motto Sri Paus Totus Tuus) dalam ensiklik ini, berkata bahwa:

Saya ingin mengingat kembali, di antara banyak saksi dan guru spiritualitas ini, akan sosok Santo Louis de Montfort yang mengajukan jalan pengabdian kepada Kristus melalui tangan Maria, sebagai sebuah cara yang efektif untuk hidup berdasarkan komitmen pembaptisan secara sempurna.

Cikal bakal dari ensiklik ini bisa ditelusuri pada pernyataan Paus Yohanes Paulus II bahwa sebagai seorang siswa seminari muda ia "membaca dan membaca kembali berulang kali dan dengan berkah spiritual yang luar biasa" karya tulis Santo Louis de Montfort, dan bahwa:

"Kemudia aku mengerti bahwa aku tidak bisa meniadakan Bunda Tuhan dari hidupku tanpa mengabaikan kehendak Tuhan Trinitas"[1]

Di bagian penutup ensiklik ini, Sri Paus menyatakan: "Gereja melihat keberadaan Sang Bunda Allah Suci di dalam misteri penyelamatan Kristus dan di dalam misterinya sendiri".

Lihat pula

Referensi