Jalan Salib (Bahasa Latin: Via Crucis, dikenal juga sebagai Via Dolorosa atau Jalan Penderitaan) merujuk pada penggambaran masa-masa terakhir (atau Penderitaan) Yesus, dan devosi yang memperingati Penderitaan tersebut. Tradisi sebagai devosi yang diadakan di gereja dimulai oleh Santo Fransiskus Assisi dan menyebar ke seluruh Gereja Katolik Roma pada abad pertengahan. Hal ini kurang diperingati oleh gereja-gereja Anglikan dan Lutheran.[1][2] Devosi ini bisa dilakukan kapan saja, tetapi paling umum dilakukan pada masa Pra-Paskah, terutama pada Hari Jumat Agung dan pada Jumat malam selama masa Pra-Paskah.
Sejarah Jalan Salib
Sejarah Jalan Salib di mulai pada abad ke 14, diperkenalkan oleh para biarawan dari Ordo Fransiskan (OFM), lebih-lebih sejak St. Fransiskus Asisi mengalami stigmata. Pada awalnya Jalan Salib tidak ada perhentian-perhentian seperti sekarang. Rute yang ditempuh dalam rangka Jalan Salib berubah dari waktu ke waktu. Malahan, masing-masing kelompok umat menawarkan sejumlah perhentian berbeda dan menetapkannya pada lokasi yang berbeda pula.[3] Sampai pada abad ke 18, Paus Klemens XII menetapkan jumlah dan lokasi perhentian Jalan Salib secara definitif sampai sekarang.[4]
Ibadat Jalan Salib juga kini menjadi bagian tak terpisahkan dari tempat-tempat peziarahan katolik, misalnya Gua Maria atau Gereja. Begitu juga di dalam setiap gereja Katolik, pasti memasang perhentian-perhentian Jalan Salib.
Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya
Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
Pakaian Yesus ditanggalkan
Yesus disalibkan
Yesus wafat di kayu salib
Yesus diturunkan dari salib
Yesus dimakamkan
Di antara masing-masing perhentian biasanya di bacakan atau dinyanyikan Adoramus Te. Meskipun dalam tradisi tidak termasuk bagian dalam Jalan Salib, Kebangkitan Yesus terkadang dimasukkan sebagai stasi/perhentian ke-15.[7][8]
Menurut Kitab Suci
Dari 14 Perhentian Jalan Salib, hanya 8 diantaranya yang tertulis dengan jelas di Alkitab. Perhentian 3, 4, 6, 7, dan 9 tidak tertulis secara implisit di Alkitab(lebih jauh lagi, sebelum abad pertengahan, tidak ada bukti yang jelas mengenai Perhentian ke-6) dan Perhentian ke-13 (Yesus diturunkan dari Salib oleh Yusuf dari Arimatea) dianggap sebagai tambahan saja agar terlihat lebih runtut. Untuk memberikan versi yang lebih tepat (sesuai dengan yang tertulis di Alkitab, Paus Yohanes Paulus II memperkenalkan versi baru yang disebut "Scriptural Way of Cross" (lit. Jalan Salib menurut Alkitab) pada Jumat Agung tahun 1991.[5][6] Pada 2007, Paus Benediktus XVI menyetujui versi ini dan dapat dipakai dalam meditasi dan perayaan, dengan urutan sebagai berikut:
^"Fr. William Saunders". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-30. Diakses tanggal 2009-04-04. Because of the intrinsic relationship between the passion and death of our Lord with His resurrection, several of the devotional booklets now include a 15th station, which commemorates the Resurrection.