Salve Regina adalah sebuah Himne Maria, dan salah satu dari empat antifon Maria yang dinyanyikan pada berbagai kesempatan sepanjang tahun liturgi dalam Gereja Katolik Roma. Salve Regina digunakan mulai hari Minggu Trinitas sampai hari Sabtu sebelum hari Minggu pertama masa Adven. Salve Regina atau Salam, Ya Ratu dalam bahasa Indonesia, juga adalah sebuah doa kepada Maria sebagai penutup rangkaian doa Rosario.
Salve Regina diciptakan pada Abad Pertengahan, kemungkinan besar oleh Hermann dari Reichenau, seorang rahib Jerman, dan mula-mula muncul dalam bahasa Latin, bahasa utama Gereja Barat sampai zaman modern. Menurut tradisi lagu ini dinyanyikan dalam bahasa Latin, meskipun ada banyak terjemahannya. Terjemahan-terjemahan tersebut kerap digunakan sebagai doa yang didaraskan.
Salve Regina biasanya dinisbatkan kepada St. Anselmus dari Lucca (wafat 1080) atau St. Bernardus dari Clairvaux. Ada dua legenda yang mengaitkannya dengan Santo Bernardus dari Clairvaux. Legenda yang pertama mengisahkan bahwa ketika orang kudus itu bertugas sebagai legatus apostolik di Jerman, dia memasuki katedral (pada Malam Natal 1146) dalam sebuah prosesi diiringi nyanyian Salve Regina, dan tatkala bait "O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria" dinyanyikan, dia berlutut tiga kali. Menurut legenda kedua, pada saat itu St. Bernardus mendadak terinspirasi lalu menambahkan bait "O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria" untuk pertama kalinya. "pelat-pelat kuningan dipasang pada lantai Gereja, untuk menandai jejak langkah hamba Allah itu, serta tempat-tempat dia dengan perasaan mendalam menyeru kemurahan hati, belas kasih, dan kebaikan Perawan Maria yang terberkati" (rincian selengkapnya lih. Ratisbonne, "Life and Times of St. Bernard", edisi Amerika, 1855, hal.381).[1]
Namun kini kepengarangannya dinisbatkan kepada Hermann dari Reichenau. Durandus, dalam karyanya "Rationale", menisbatkannya kepada Petrus dari Monsoro (wafat sekitar 1000), Uskup Compostela. Kepengarangan Salve Regina juga dinisbatkan kepada Adhémar, Uskup Podium (Puy-en-Velay), tempat Salve Regina disebut "Antiphona de Podio" (Kidung pujian dari Le Puy). Adhémar adalah orang pertama yang meminta izin untuk ikut dalam Perang Salib, dan orang pertama yang menerima salib dari Paus Urbanus II. "Sebelum berlepas, di penghujung Oktober 1096, dia menciptakan lagu perjuangan Perang Salib, yang dalam syairnya dimohonkan doa restu dari Sang Ratu Surga, Salve Regina" (Migne, "Dict. des Croisades", s. v. Adhémar). Konon dia minta agar para rahib Cluny memasukkannya dalam ibadat harian mereka, namun tidak ada bukti penggunaannya di Cluny sebelum masa Petrus Venerabilis, yang mendekritkan (sekitar 1135) agar kidung tersebut dinyanyikan mengiringi prosesi pada perayaan-perayaan tertentu.[1]
Syairnya tersusun seperti yang ada sekarang di Biara Cluny pada abad ke-12, dan penggunaannya dalam liturgi Katolik tersebar luas sejak saat itu. Salve Regina umumnya didaraskan seusai doa rosario. Dalam liturgi, Salve Regina adalah salah satu dari empat antifon Maria yang didaraskan sesudah ibadat penutup (Completorium), dan di beberapa tempat, sesudah ibadat pagi (Laudes) atau waktu-waktu lainnya dalam ibadat harian.
Pada abad ke-18, Salve Regina menjadi salah satu pokok bahasan dalam kitab klasik Mariologi Katolik Roma, Kemuliaan-Kemuliaan Maria karya St. Alfonsus Liguori. Dalam bagian pertama, dan bagian utama dari kitab tersebut, St. Alfonsus, seorang Pujangga Gereja, membahas Salve Regina secara rinci, dan dengan berdasar atas Salve Regina menjelaskan bagaimana Allah memberikan Maria kepada umat manusia sebagai "Pintu Gerbang Surga".[2]