Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.[4]
Hanya yang berasal dari Allah dan diberkati oleh-Nya benar-benar berarti dalam hidup ini; sebaliknya, jikalau Allah tidak ada dalam hidup ini, kegiatan, sasaran dan keluarga, maka segala sesuatu itu sia-sia dan akan berakhir dengan kekecewaan dan kegagalan. Karena itu, orang harus mencari berkat dan bimbingan Allah di dalam segala sesuatu sejak permulaan kehidupan.[5]
Salah satu dari sekumpulan "Nyanyian Ziarah" (bahasa Ibrani: שיר המעלות Shir Hama'alot), sesuai catatan di ayat 1, yaitu sejumlah lagu yang dinyanyikan ketika orang-orang mendaki ke Yerusalem dari berbagai tempat untuk berziarah dan beribadah pada tiga Hari Raya Agung sesuai aturan Taurat (Ulangan 16:16).
Dibaca setelah Mincha antara Sukkot dan Shabbat Hagadol.[6]