Doa ini, yang dianggap digubah Musa, mungkin ditulis sementara 40 tahun ketika Allah membuat Israel mengembara di padang gurun sebagai hukuman atas ketidaksetiaan mereka (Ulangan 8:15). Suatu angkatan orang Israel yang tidak taat mati selama ini (bandingkan Mazmur 90:7–11; lihat Bilangan 14:22–33). Setelah mengakui semua pelanggaran mereka dan hukuman Allah, Musa mendoakan pemulihan perkenan dan berkat Allah.[5]
Frasa "dari selama-lamanya sampai selama-lamanya" ini mengacu kepada keberadaan Allah yang kekal, tanpa awal dan akhir.
1) "Selama-lamanya" (Ibrani: עולם olam) tidaklah harus berarti bahwa Allah ada di luar jangkauan waktu, tetapi sebaliknya menunjuk lama-Nya yang tidak terbatas berkesudahan dalam waktu (bandingkan Mazmur 48:15; Kejadian 21:33; Ayub 10:5; 36:27). Alkitab tidak mengajarkan bahwa Allah berada dalam masa kini yang kekal di mana tidak ada masa lalu atau masa depan.
2) Nas-nas Alkitab yang memperkuat kekekalan Allah mengungkapkannya dalam istilah kesinambungan dan bukan waktu yang tiada batasnya. Allah mengenal masa lalu sebagai masa lalu, masa kini sebagai masa kini, dan masa depan sebagai masa depan.[5]
Ayat 4
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga pada waktu malam.[7]
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.[8]
Ayat 11
Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?[9]
Ayat 12
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.[10]
Hari-hari kita di bumi, paling lama 70-80 tahun (bandingkan Mazmur 90:10), adalah jangka yang pendek dibandingkan dengan kekekalan. Manusia harus berdoa memohon pemahaman yang memadai tentang singkatnya hidup ini supaya mempersembahkan hati yang bijaksana kepada Allah dalam memanfaatkan setiap hari yang diberikan-Nya kepadanya (bandingkan Mazmur 39:5). Hidup ini harus menjadi persiapan untuk hidup di akhirat, dan orang harus memutuskan apa yang ingin dicapai Allah bagi diri-Nya, keluarga dan orang lain melalui kesetiaan pelayanannya. Ketika waktu di dunia ini sudah habis dan orang sampai di sorga, bagaimana ia hidup atau tidak hidup dalam pengabdian kepada Allah akan dinilai. Mengingat hal itu, orang percaya harus berdoa memohon hati yang bijaksana, ketakutan yang benar akan Allah (Mazmur 90:11), dan perkenan Allah atas hidup dan pekerjaannya bagi Dia (Mazmur 90:13–17).[5]
Ayat 14
Kenyangkanlah kami pada waktu pagi dengan kasih setia-Mu,
supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.[11]
Ayat 17
Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.[12]
Ayat 2 "dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah." sejalan dengan tulisan di Surat Ibrani "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8) dan kata-kata Yesus di Kitab Wahyu "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa" (Wahyu 1:8).