Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. (TB)[3]
Orang Kristen percaya bahwa ayat ini merupakan penggenapan dari nubuat mesianik yang tertulis pada Mazmur 69:22.[6]
Ayat 34
Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (TB)[7]
Inilah tahap kesembilan dari penderitaan Kristus. Kata-kata ini merupakan puncak dari segala penderitaan-Nya bagi dunia yang terhilang. Seruan-Nya dalam bahasa Aram, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" menunjukkan bahwa Dia sedang mengalami pemisahan dari Allah sebagai pengganti orang berdosa. Pada tahap ini semua kesedihan, penderitaan, dan rasa sakit mencapai puncaknya. Ia tertikam oleh karena pemberontakan manusia (Yesaya 53:5) dan Ia telah memberikan diri-Nya sebagai "tebusan bagi banyak orang" (Matius 20:28; 1 Timotius 2:6). Dia yang tidak mengenal dosa "telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita" (2 Korintus 5:21); Dia mati sebagai yang ditinggalkan, agar orang beriman tidak akan pernah ditinggalkan oleh-Nya (lihat Mazmur 22:1–32). Demikianlah orang beriman ditebus oleh penderitaan Kristus (1 Petrus 1:19).(Lihat Matius 27:50 untuk tahap yang kesepuluh dari penderitaan Kristus).[8]
Ayat 39
Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (TB)[9]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN:9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN:9794159050.