Antiokhos V Eupator (bahasa Yunani: Αντίοχος Ε' Ευπάτωρ, ca. 172 SM - 161 SM), adalah penguasa Kekaisaran SeleukosYunani. Dia berkuasa dari tahun 163-161 SM.[1][2][3] Eupator merupakan julukan yang bermakna "dari ayah yang baik."
Antiokhos V baru berusia sembilan tahun ketika dia menerima tahta, seiring kematian ayahnya, Antokhos IV Epifanes dan Laodike IV. Wali untuk Antiokhos V adalah jenderal Lisias yang ditugaskan untuk mengurus Suriah oleh Epifanes. Akan tetapi Lisias secara keras ditentang oleh jenderal-jenderal lainnya, dan oleh karena itu berada dalam situasi yang sulit. Sementara itu Senat Romawi masih mengurung Demetrios, putra Seleukos IV dan merupakan pewaris takhta yang sah, yang ketika itu berusia dua puluh dua tahun. Senat memegang Demetrios sebagai sandera dan menolak membebaskannya karena merasa bahwa lebih baik Suriah diperintah oleh bocah lelaki dariapda oleh seorang pria dewasa.[4]
Meskipun masih muda, Antiokhos muda memiliki kemauan yang kuat. Dia berusaha menghentikan Pemberontakan Makkabim di Judea, tetapi berakhir dengan perjanjian yang lemah. Pada awalnya dia meraih kemenangan dalam Pertempuran Beth-Zakaria dan, membunuh Eleazar Makabe, saudara Yudas Makabe. Dia bisa melakukannya karena kuatnya Pasukan Seleukid,[5] selain itu Antiokhos menyerang pada tahun 163 SM yang merupakan tahun sabbat menurut siklus periode-kuil-kedua, sehingga kaum Yahudi tidak sempat mempersiapkan pertahanan yang cukup.[6] Ketika sedang sibuk menghadapi kaum Yahudi, Lisias mendengar bahwa Filipos, orang kepercayaan Antiokhos IV Epifanes, sedang membawa separuh pasukan Seleukid untuk menaklukan ibu kota. Filipos pernah pergi bersama raja sebelumnya untuk menaklukan Mesopotamia, dan dipercaya untuk membesarkan Antiokhos V sebelum kematian raja. Mendengar berita tersebut, Lisias merasa terancam, dan kemudian menyarankani Antiokhos V untuk menawarkan perjanjian damai pada kaum Yahudi. Kaum Yahudi menerimanya namun Antiokhos melanggarnya dan merobohkan dinding Yerusalem sebelum dia pergi. Tiba di ibu kota Antiokhia, Lisias dan Antiokhos V menemukan bahwa Filipos telah menguasai kota tersebut. Mereka mengalahkan Filipos dan merebut kembali Anthiokia.[7]
Suatu hari Senat Romawi mendengar bahwa Suriah memiliki kapal perang dan gajah perang yang melebihi jumlah yang disepakati dalam perjanjian Apameia pada 188 SM. Romawi pun mengirim utusan untuk melumpuhkan kekuatan militer Seleukid. Kapal-kapal perang ditenggelamkan dan gajah-gajah perang dibunuh. Lisias tidak berani melakukan apapun untuk melawan Romawi. Sikapnya itu membuat rakyat Suriah marah sehingga utusan Romawi, Gnaeus Octavius (konsul pada 165 BC), dibunuh di Laodikeia pada 162 SM.[4]
Pada saat inilah, Demetrios melarikan diri dari Romawi dan kembali ke Suriah. Di sana dia disambut dan diangkat sebagai raja yang sah. Karena raja aslinya sudah kembali, Antiokhos V pun dihukum mati bersama Lisias.