Kota Korintus disebut berulangkali di Alkitab bagian Perjanjian Baru, terutama berkaitan dengan pekerjaan pekabaran Injil oleh rasul Paulus di sana. Di bawah kekuasaan Romawi, Korintus dibangun menjadi kota besar di provinsi Akhaya yang meliputi seluruh Yunani selatan dan semenanjung Peloponnesus dan banyak penduduknya merupakan campuran dari orang-orang Romawi, Yunani dan juga sejumlah orang Yahudi. Ketika Paulus pertama kalinya datang ke kota itu (sekitar tahun 51-52 M), Galio menjabat gubernur ("prokonsul") Akhaya (51-53 M). Menurut Kisah Para Rasul 18, Paulus tinggal selama 18 bulan di Korintus.[2] Di sinilah ia berkenalan pertama kalinya dengan Akwila dan Priskila. Krispus, seorang kepala rumah ibadat sinagoge di Korintus, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, setelah mendengarkan pemberitaan Paulus, dan memberi diri dibaptis.[3] Selain Krispus dan keluarganya, Paulus membaptis Gayus dan Stefanus beserta keluarganya.[4] Satu setengah tahun kemudian jabatan kepala rumah ibadat diduduki oleh Sostenes yang juga seorang Kristen dan sempat dianiaya oleh orang-orang Yahudi di depan gedung pengadilan.[5] Tidak lama setelah Paulus berangkat ke tempat lain, Apolos datang dari Efesus.
Paulus menulis 2 surat kepada jemaat di Korintus yang dimasukkan menjadi bagian Alkitab, yaitu Surat 1 Korintus dan Surat 2 Korintus. Surat yang pertama mengindikasikan sejumlah konflik antara gereja di sana dengan masyarakat di sekitarnya. Sejumlah pakar menduga bahwa Paulus sempat datang sesaat "dalam dukacita"[6] di antara penulisan surat pertama dan kedua. Setelah penulisan surat yang kedua, Paulus tinggal di Korintus lagi selama sekitar 3 bulan.[7] di akhir musim dingin (sebelum hari Paskah Yahudi), dan di sana ia menulis suratnya kepada jemaat di Roma.[8]
Korintus menjadi pusat kota seks terbesar pada masa itu, tindakan amoralitas bahkan ada suatu ungkapan dalam peribahasa Yunani; "Hampir idak ada laki-laki yang sanggup bertahan bila melakukan perjalanan ke Korintus".
Dari informasi di dalam surat-suratnya kepada jemaat di Korintus, sejumlah pakar menduga bahwa Paulus sebenarnya menulis sebanyak 4 surat,[9] di mana hanya 2 yang dimasukkan ke dalam kanon Alkitab. Ada juga naskah apokrif berjudul "Surat Paulus yang ketiga kepada jemaat di Korintus" yang ditolak untuk dimasukkan ke dalam kanon.