Pembuangan ke Babilonia atau Pengasingan ke Babilonia, yang di dalam Alkitab disebut Pembuangan ke Babel, merupakan sebuah istilah untuk peristiwa pengasingan dan pembuangan orang-orang Israel dari Kerajaan Yehuda kuno ke Babilonia oleh Nebukadnezar II pada tahun 586 SM. Peristiwa pembuangan ke Babilonia, dan selanjutnya kepulangan orang-orang buangan ke Israel dan pembangunan kembali Bait Salomo merupakan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah bangsa Israel dan agama Yahudi dan memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan budaya & kebiasaan bangsa Israel modern.
Kerajaan Yehuda (juga dikenal dengan "Kerajaan Selatan") yang berdiri sekitar tahun 930 SM setelah pecahnya Kerajaan Israel Bersatu.[1] Raja Daud diangkat sebagai raja Israel saat 1007 SM, dan garis Daud diteruskan melalui Kerajaan Yehuda selama 420 tahun hingga kerajaan runtuh pada tahun 586 SM.
Pemerintahan raja Yoyakim (menggantikan Yoahas, yang menggantikan Yosia, tetapi hanya memerintah selama 3 bulan)
605 SM
Penyerangan atas Yerusalem pada tahun ke-4 pemerintahan raja Yoyakim (tahun pertama raja Babel, Nebukadnezar II) Pembuangan awal: sejumlah tenaga ahli dan bangsawan termasuk Daniel dan teman-temannya.
598/7 SM
Pemerintahan raja Yoyakhin (memerintah selama 3 bulan 10 hari). Pengepungan Yerusalem (597 SM). Pembuangan besar pertama, 16 Maret 597 SM, raja Yoyakhin dan keluarganya, serta orang-orang, termasuk Yehezkiel
Pengepungan Yerusalem (587 SM) Pembuangan besar kedua: Juli/Agustus 587 SM
583 SM
Gedalya, gubernur "Yehud Medinata" (provinsi Yehuda) yang diangkat oleh raja Babel, dibunuh. Sisa penduduk Yehuda lari ke Mesir dan kemungkinan ada yang mengalami pembuangan ketiga ke Babel
562 SM
Raja Yoyakhin dilepaskan dari penjara Babel setelah 37 tahun dipenjarakan.[2] Ia menetap di Babel.
538 SM
Persia menguasai Babel (Oktober)
538 SM
Koresh Agung mengeluarkan surat perintah yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke Yerusalem