Allah Bapa
Allah Bapa adalah gelar yang diberikan kepada Allah dalam agama Kristen, terutama dalam hubungannya dengan konsep Tritunggal (Trinitas) dalam Kekristenan arus utama. Allah Bapa merupakan pribadi pertama dalam konsep Tritunggal, diikuti oleh Allah Putra (yakni Yesus Kristus) sebagai pribadi kedua dan Allah Roh Kudus sebagai pribadi ketiga.[1] Sejak abad kedua Masehi, kredo-kredo yang ada di dalam Gereja Kristen mula-mula mencakup penegasan akan kepercayaan terhadap "Allah Bapa (Yang Mahakuasa)", terutama dalam kapasitasnya sebagai "Bapa dan Pencipta alam semesta".[2] Dalam agama Kristen, konsep "Allah" sebagai Bapa Yesus Kristus secara metafisik memiliki pengertian yang lebih mendalam daripada konsep Allah sebagai Pencipta dan Bapa umat manusia,[3] seperti yang ditunjukkan dalam Pengakuan Iman Rasuli, ketika ekspresi kepercayaan pada "Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi" yang dengan segera (tetapi tetap terpisah) diikuti oleh ekspresi "Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita". Ekspresi tersebut menunjukkan dua konsep "kebapaan", yaitu Allah sebagai "Bapa yang Mahakuasa" dan Yesus Kristus sebagai "Tuhan".[4] KonsepDalam Kekristenan, Allah disebut "Bapa" pengertian yang tidak pernah dikenal sebelumnya, selain sebagai Pencipta dan Pemelihara ciptaan, dan Pelindung bagi anak-anak-Nya, umat-Nya. Bapa dikatakan mempunyai hubungan yang kekal dengan Anak Tunggal-Nya, Yesus. Hal ini menunjukkan bahwa, Kristus adalah Anak Allah yang lahir dari Dia. Hal ini menyiratkan suatu hubungan yang eksklusif dan akrab yang menjadi hakikat-Nya yang khas: "...tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya" (Matius 11:27). Dalam teologi Kristen, ini adalah ungkapan dari pengertian tentang Bapa yang menjadi hakikat sifat Allah, suatu hubungan yang kekal. Bentuk dominan dari teologi ini menyatakan bahwa hubungan ini merupakan misteri Kristen yang disebut Tritunggal. Roma 8:14-17, "Semua orang, yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah." Dari penggalan surat Paulus kepada jemaat di Roma tersebut, bahwa yang disebut anak Allah bukanlah semua orang, melainkan orang yang dipimpin Roh Allah. Jadi orang yang disebut 'anak Allah', memperoleh status itu semata-mata karena kasih karunia Allah kepadanya, bukan karena usaha atau kebaikan orang itu, melainkan hanya anugrah semata.Dia juga disebut Bapa, karena Dia adalah sumber dan pemelihara dari orang Kristen. Bagi orang Kristen, hubungan Allah Bapa dengan manusia adalah bagaikan seorang ayah dengan anak-anaknya. Jadi, orang-orang yang terpilih oleh kasih karunia Allah disebut sebagai anak-anak Allah (Bandingkan dengan 1 Petrus 2:9). Bagi orang Kristen, hubungan Allah Bapa dengan umat manusia adalah laksana hubungan antara Pencipta dengan ciptaan-Nya, dan dalam hubungan itu, Ia adalah Bapa dari semuanya. Dalam pengertian ini, Perjanjian Baru mengatakan bahwa gagasan tentang keluarga berasal dari Allah Bapa (Efesus 3:15). Jadi, hubungan Allah dengan anak-anak-Nya adalah panutan dan model untuk membina keluarga Kristen agar senantiasa bertumbuh di dalam iman perbuatan dan pengenalan takut akan Allah. Orang Kristen percaya bahwa mereka dijadikan partisipan di dalam hubungan rohani yang kekal antara Bapa dan Anak, melalui Tuhan Yesus Kristus. Orang Kristen menyebut diri mereka anak-anak Allah melalui pengangkatan:
Allah sebagai Bapa yang memelihara, yang memberikan kasih seorang Bapa Sejati yang sangat mesra, begitu penyayang dan begitu tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi tidak pernah sama dengan para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam hal kasih dan karakter yang tidak dapat terbandingi dengan kasih dan karakter Bapa Sorgawi. Allah sebagai Bapa Sorgawi merupakan Bapa yang sempurna dari segala bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini yang adalah gambaran dan rupa (duplikat dan bayangan) dari Sang Bapa Sorgawi yang murni. Bapa (Kepribadian Bapa) tidaklah lebih tinggi daripada Anak ataupun juga dengan Roh Kudus. Juga perlu diketahui, kehadiran Allah Bapa dan Allah Putra dan Roh itu adalah satu dan tidak terpisahkan. Ini adalah misteri Alkitab. Bisa dibilang dalam hakikat dan hayat-Nya Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah sama. Bapa adalah Anak adalah Roh Kudus itu yang telah disalurkan ke manusia tripartit yang menerima Kristus sebagai Juruselamat. Hubungan dengan konsep TritunggalBagi orang Kristen trinitarian (yang selama berabad-abad merupakan mayoritas umat Kristen), Allah Bapa bukanlah Allah yang terpisah dari Sang Anak (dalam hal ini, Yesus adalah penjelmaan-Nya) dan dari Roh Kudus, yang ketiganya merupakan Allah yang esa. Orang Kristen trinitarian menggambarkan ketiga pribadi ini sebagai Tritunggal atau Trinitas. Ini berarti mereka selalu hadir sebagai tiga "pribadi" (Yunani: hypostases) yang berbeda, tetapi ketiganya adalah satu Allah, masing-masing mempunyai identitas yang penuh sebagai Allah sendiri ("substansi" yang esa), "kepribadian ilahi" dan kuasa yang esa, dan "kehendak ilahi" yang esa pula. Namun sebagian orang Kristen lainnya ada yang menganut gagasan alternatif yang sangat berbeda. Sebagian kecil menggambarkan Sang Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus masing-masing sebagai Keberadaan yang berbeda, dan yang telah ada secara kekal (triteisme), atau sebagai "manifestasi" yang berbeda dari Keberadaan yang tunggal (modalisme). Sebagian orang mencetuskan teori bahwa hubungan antara Sang Bapa dan Sang Anak dimulai pada suatu titik yang mungkin berada di luar "sejarah" yang biasa (Arianisme). Yang lainnya percaya bahwa Allah menjadi Bapa ketika Ia mengucapkan Λογος ("logos" atau "firman")-Nya yang menciptakan. Logos atau firman ini adalah tatanan yang pertama dan makhluk yang dengan-Nya Allah membina hubungan sebagai Bapa (pandangan sebagian gnostik). Yang lainnya menemukan hubungan yang kuat dengan gagasan kafir tentang seorang penyelamat atau pahlawan yang dilahirkan oleh dewata, sebuah gagasan tentang Bapa yang mirip dengan Mithraisme atau penyembahan terhadap kaisar Romawi. Bagi kebanyakan orang Kristen, pribadi Allah Bapa adalah yang paling tinggi, dan sesekali merupakan alamat doa yang eksklusif, yang sering kali diucapkan dalam nama Yesus Kristus. Doa Bapa Kami, misalnya, dimulai dengan kata-kata, "Bapa kami yang ada di surga..." Dalam Perjanjian Baru, Allah Bapa mempunyai peranan khusus dalam hubungannya dengan Sang Anak. Dalam hal ini Yesus diyakini sebagai Sang Anak dan warisnya (Ibrani 1:2-5). Menurut Pengakuan Iman Nicea, Sang Anak (Yesus Kristus) "lahir dari Bapa sebelum segala abad". Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Bapa-Anak mereka yang ilahi tidaklah terikat pada suatu peristiwa di dalam waktu atau sejarah manusia. Lihat Kristologi. Dalam teologi Ortodoks Timur, Allah Bapa adalah "sumber" dari Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Dalam teologi Barat, ketiga hupostasis (zat) atau persona ini mempunyai asal-usulnya di dalam hakikat keilahiannya. Para Bapa Kapadosia menggunakan pemahaman monarki Ortodoks Timur untuk menjelaskan mengapa trinitarianisme bukan suatu triteisme: "Allah itu esa karena Sang Bapa itu esa," kata Basil Agung pada abad keempat. Pada abad ke-8, Yohanes dari Damsyik menulis panjang lebar tentang peranan Allah Bapa:
Lihat pulaReferensi
|