Sejumlah sarjana bahkan memberi label Surat Efesus, dan tiga surat penggembalaan (1 dan 2 Timotius, serta Titus)–- sebagai pseudepigrafa.[4][5][6]
Ada pula dua contoh surat pseudonymous (bukan ditulis oleh pengarang asli) yang memuat nama Paulus di luar Perjanjian Baru yaitu Surat Laodikea dan Surat 3 Korintus.
Surat Ibrani sebenarnya anonim, tidak memuat nama penulisnya, tetapi secara tradisional dianggap bagian tulisan Paulus. Bapa gerejaOrigenes dari Aleksandria menolak anggapan ini, melainkan menduga bahwa surat itu ditulis orang lain, meskipun isinya memuat ajaran asli Paulus.[7] Kebanyakan sarjana modern menerima bahwa surat itu bukan ditulis oleh Paulus dan mengusulkan berbagai kemungkinan tokoh sebagai pengarangnya.[8]
Kriteria yang digunakan oleh para pakar
Para pakar menggunakan sejumlah metoda historiografi dan kritisisme tinggi untuk menentukan apakah suatu teks benar-benar dikarang oleh penulis sebagaimana yang dipercayai. Metoda utama untuk meneliti surat-surat Paulus adalah sebagai berikut:
Bukti internal
Ini terdiri dari: apa yang ditulis sendiri oleh penulis mengenai dirinya dalam surat tersebut, baik secara eksplisit – sang pengarang mengidentifikasi diri sendiri – atau secara implisit – memberikan detail otobiografi. Bukti ini penting meskipun ada permasalahannya. Misalnya, karena penulis Surat Ibrani tidak pernah menyebutkan namanya, para pakar mulai dari yang paling awal, Origenes dari Aleksandria pada abad ke-3 meragukan bahwa Paulus adalah penulisnya.
Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, dan dari semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku[12]
Dari Paulus, hamba Allah dan rasul Yesus Kristus untuk memelihara iman orang-orang pilihan Allah dan pengetahuan akan kebenaran seperti yang tampak dalam ibadah kita, dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta, dan yang pada waktu yang dikehendaki-Nya telah menyatakan firman-Nya dalam pemberitaan Injil yang telah dipercayakan kepadaku sesuai dengan perintah Allah, Juruselamat kita.[20]
Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita[21]
Bukti eksternal
Ini meliputi rujukan, baik eksplisit maupun implisit, pada teks tersebut, khususnya pada waktu-waktu awal dari mereka yang memiliki akses pada sumber tepercaya yang sekarang hilang. Rujukan eksplisit dapat berupa penyebutan nama teks atau surat, atau bentuk yang dapat dikenali dari teks tersebut. Contohnya adalah daftar kitab-kitab Alkitab yang diterima, misalnya Fragmen Muratori, atau isi dari naskah kuno, misalnya Papirus 46. Sayangnya, saksi-saksi semacam ini sering kali rusak atau terlalu muda tarikhnya untuk membantu pemastian.
Rujukan implisit berupa kutipan surat-surat Paulus, khususnya secara tidak langsung atau tidak disebutkan sumbernya, maupun penyampaian ide atau frasa yang muncul pada tulisan-tulisan tersebut. Penggunaan rujukan semacam ini menandakan bahwa bahan yang dikutip sudah ada pada saat bukti eksternal itu dibuat. Contohnya, Surat kedua kepada jemaat Tesalonika disebutkan namanya oleh Irenaeus pada pertengahan abad ke-2, juga oleh Yustinus Martir dan Ignatius dari Antiokhia; sehingga tidak mungkin surat tersebut ditulis setelah zaman mereka. Di sisi lain, kurangnya saksi dari sumber kuno mengindikasikan tarikh pembuatan lebih muda, suatu argumen bisu. Namun, cara berpikir demikian juga berbahaya, karena ketidaklengkapan catatan sejarah: banyak teks kuno hilang, rusak atau sudah diubah.
Tempat dalam sejarah
Suatu naratif mengenai kehidupan dan pelayanan Paulus yang ditulis independen pada Kisah Para Rasul, digunakan untuk menentukan tarikh dan kepengarangan surat-surat Paulus dengan memastikan lokasi pembuatan dalam konteks kehidupannya. Misalnya, Paulus menyebutkan bahwa ia berada dalam penjara dalam Surat Filemon 1:7; berdasarkan pernyataan ini, J. A. T. Robinson berpendapat bahwa surat itu ditulis ketika Paulus dipenjarakan di Kaisarea,[22] sementara W. M. Ramsay berpendapat bahwa Paulus saat itu dipenjarakan di Roma,[23] sedangkan yang lain menempatkannya di Efesus. Satu kesulitan dengan posisi ini adalah keterbatasan data yang tersedia mengenai latar belakang sejarah Paulus, dan ini terutama berkenaan dengan narasi Kisah Para Rasul sebelum kematian Paulus. Diyakini bahwa kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh teman seperjalanan Paulus.
Bahasa dan gaya
Kosakata, struktur kalimat, pemakaian kiasan dan frasa-frasa umum, dan lain-lain, dianalisis konsistensinya dengan karya-karya pengarang lainnya yang sudah dapat dipastikan. Gaya yang mirip menandakan kepengarangan yang sama, sedangkan kosakata yang sangat berbeda mengindikasikan pengarang yang berbeda. Contohnya, E. J. Goodspeed berargumen bahwa kosakata Surat Efesus menunjukkan kaitan sastra dengan Surat Klemens yang Pertama, yang ditulis di akhir abad ke-1.[24] Demikian pula E. Percy berargumen bahwa perkataan dan gaya bahasa dalam Surat Kolose lebih kuat kemiripannya dengan kepengarangan Paulus.[25] Tentunya gaya bahasa dapat bervariasi karena alasan-alasan lain selain kepengarangan, misalnya topik surat, penerima, keadaan penulisan, atau sekadar kedewasaan dari pihak penulis.
Isi dan teologi
Mirip dengan bukti internal, konsistensi doktrin dan perkembangannya diteliti dibandingkan karya-karya pengarang yang sudah dapat dipastikan. Topik teologi seperti eschaton atau Hukum Musa dapat muncul pada karya-karya berbeda, tetapi dengan corak yang serupa. Suatu sudut pandang yang konsisten menandakan pengarang yang sama; pengajaran yang bertolak belakang atau tidak berkaitan mengindikasikan pengarang yang berbeda. Contohnya, W. Michaelis melihat kemiripan Kristologi antara surat-surat penggembalaan dan karya-karya Paulus yang tak terbantahkan, sehingga berargumen mendukung kepengarangan Paulus.[26]
Surat-surat yang tidak terbantahkan
Penamaan "undisputed" (tak terbantahkan) pada sejumlah surat menunjukkan konsensus para pakar secara tradisional mengakui bahwa Paulus adalah pengarang setiap surat tersebut.[1][2]
Namun, masih ada juga yang memperdebatkan Surat Galatia.[27]
Lebih lagi, kesatuan surat-surat itu juga dipertanyakan oleh sejumlah pakar. Surat 1 dan 2 Korintus pernah dicurigai oleh beberapa pakar[28] sebagai gabungan beberapa surat pribadi. Masih ada diskusi mengenai kemungkinan interpolasi penting. Namun, korupsi tekstual semacam itu sukar dilacak maupun dipastikan.
Ketujuh surat tersebut dikutip dan disinggung oleh sumber-sumber paling awal, dan dimasukkan dalam setiap kanon kuno, termasuk oleh Marsion (~140).[29] Tidak ada catatan keraguan para pakar mengenai kepengarangannya sampai abad ke-19, yaitu sekitar 1840, pakar Jerman Ferdinand Christian Baur (Tübingen School) hanya menerima empat surat bermuatan nama Paulus sebagai surat asli yang dinamakannya Hauptebriefe (Surat Roma, Surat 1 & 2 Korintus, dan Surat Galatia). Hilgenfeld (1875) dan H. J. Holtzmann (1885) menerima tujuh surat terdaftar di atas, dengan menambahkan Surat Filemon, 1 Tesalonika, dan Filipi. Pada awal 1990-an pengaruh Tübingen School merosot dan hipotesis Baur banyak ditinggalkan. Sekarang hanya sedikit pakar yang menentang daftar tujuh surat ini, yang semuanya memuat topik, penekanan, kosakata dan gaya yang mirip. Juga tampak keseragaman doktrin mengenai Hukum Musa, Kristus, dan iman.
Surat-surat yang diperdebatkan
Surat Kolose
Meskipun Surat Kolose disebutkan oleh saksi-saksi yang sama dengan surat-surat tak terbantahkan, kepengarangan Paulus diperdebatkan oleh sejumlah pakar modern. Pertama kali diragukan oleh F. C. Baur, meskipun pakar lain yang meneliti berdasarkan analisis yang sama, misalnya H. J. Holtzmann, berpendapat bahwa teks Surat Paulus yang pendek ini memuat sejumlah interpolasi dari penyunting kemudian.[30] Dasar keberatannya adalah surat ini bertujuan membantah ajaran Gnostisisme, suatu ajaran yang tidak meluas sebelum awal abad ke-2. Pendapat ini dipertanyakan dalam analisis Gnostisisme oleh R. Wilson,[31] yang menyatakan bahwa anggapan paralelisme tidak mempunyai dukungan.
Terjalin hubungan penting antara Surat Kolose dan Filemon, salah satu surat tak terbantahkan. Tercatat nama Arkhipus pada kedua surat (Filemon 1:2, Kolose 4:17), dan salam untuk kedua surat itu memuat nama-nama yang mirip (Filemon 1:23–24, Kolose 4:10–14). Namun meskipun hubungan ini dapat menjadi bukti pengarang yang sama, ada yang secara skeptis menuduh hal itu dihasilkan oleh seorang pemalsu yang ulung.
Surat Efesus
Pada awal Surat Efesus tertulis nama Paulus, yang identik dengan Surat 2 Korintus dan Surat Kolose. Tidak ada keraguan pada gereja awal bahwa Paulus menulis surat itu, karena dikutip secara otoritatif oleh para bapa gereja, termasuk Tertullian,[32]Klemens dari Aleksandria,[33] dan Irenaeus.[34] Surat itu juga muncul pada Kanon Marcion (tahun 140)[35] dan Fragmen Muratori (tahun 180).
Keotentikan surat ini pertama kali diperdebatkan oleh pakar Renaissance Belanda, Desiderius Erasmus, dan kemudian oleh sejumlah pakar modern.
Surat 2 Tesalonika
Surat ini termasuk ke dalam daftar Kanon Marsion dan Fragmen Muratori; disebut namanya oleh Irenaeus, dan dikutip oleh Ignatius, Yustinus, dan Polycarpus.[36] Pada zaman modern, keraguan atas kepengarangan Paulus diajukan oleh H. J. Holtzmann dan G. Hollmann (lihat di atas).
Tidak ada daftar yang terlestarikan dari Perjanjian Baru Kristen dari abad ke-1 sampai awal abad ke-2. Ignatius dari Antiokhia, yang menulis sekitar tahun 110, tampaknya mengutip dari Surat Roma, 1 Korintus, Efesus, Kolose dan 1 Tesalonika, mengindikasikan bahwa surat-surat itu ada pada zaman Ignatius menulis karya-karyanya.[37] Ignatius tampaknya tidak mengutip dari Surat 2 Tesalonika. Di sisi lain, Polikarpus (69-156 M) tidak hanya mengutip dari Surat 2 Tesalonika, tetapi juga Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Kisah Para Rasul, Surat 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, 1 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Ibrani, 1 Petrus, 1 Yohanes dan 3 Yohanes.[38] Pakar Bruce Metzger menyatakan "Dapat ditemukan pada karya Klemenswork[(150–215 M)] kutipan dari semua kitab dalam Perjanjian Baru kecuali Surat Filemon, Surat Yakobus, 2 Petrus, 2 Yohanes dan 3 Yohanes."
Kanon tertua yang memuat surat-surat Paulus berasal dari abad ke-2:
Sebuah kanon yang disusun oleh Marsion, pendiri Marsionisme. Ia memasukkan 10 surat Paulus, tidak memasukkan surat penggembalaan (Titus, 1 dan 2 Timotius), serta Surat Ibrani.
Papirus 46, salah satu naskah kuno Perjanjian Baru tertua (sekitar tahun 200), memuat 8 pasal terakhir Surat Roma, semua pasal Surat Ibrani, semua Surat 1 dan 2 Korintus, semua Surat Efesus, Galatia, Filipi, Kolose; dan dua pasal Surat 1 Tesalonika. Karena sebagian rusak, tidak ada konsensus bahwa surat-surat lain yang tidak dimuat itu hilang atau sengaja tidak dimuat. Pakar Young Kyu Kim memberi tarikh Papirus 46 pada abad ke-1 sebelum pemerintahan Domitian (sebelum tahun 81)[39] meskipun pakar lain menentang pendapat itu.[40]
^ abThe Blackwell Companion to The New Testament by David E. Aune ISBN 1405108258 page 9 "While seven of the letters attributed to Paul are almost universally accepted as authentic (Romans, 1 and 2 Corinthians, Galatians, Philippians, 1 Thessalonians, Philemon), four are just as widely judged to be pseudepigraphical, i.e. written by unknown authors under Paul's name: Ephesians and the Pastorals (1 and 2 Timothy and Titus).
^ abEerdmans Commentary on the Bible by James D. G. Dunn (Nov 19, 2003) ISBN 0802837115 page 1274 "There is general scholarly agreement that seven of the thirteen letters beariing Paul's name are authentic, but his authorship of the other six cannot be taken for granted... Romans, 1 and 2 Corinthians, Galatians, Philippians, 1 Thessalonians and Philemon are certainly Paul's own."
^The Blackwell Companion to The New Testament by David E. Aune ISBN 1405108258 page 9 "While seven of the letters attributed to Paul are almost universally accepted as authentic (Romans, 1 and 2 Corinthians, Galatians, Philippians, 1 Thessalonians, Philemon), four are just as widely judged to be pseudepigraphical, i.e. written by unknown authors under Paul's name: Ephesians and the Pastorals (1 and 2 Timothy and Titus).
^[Origen of Alexandria, quoted by] Eusebius of Alexandria. Ecclesiastical History 6.25.
^Terrence L. Szink, “Authorship of the Epistle to the Hebrews” in How the New Testament Came to Be: The Thirty-fifth Annual Sidney B. Sperry Symposium, ed. Kent P. Jackson and Frank F. Judd Jr. (Provo, UT: Religious Studies Center, Brigham Young University; Salt Lake City: Deseret Book, 2006), 243–259. https://rsc.byu.edu/archived/selected-articles/authorship-epistle-hebrewsDiarsipkan 2019-11-07 di Wayback Machine.
^E. Percy Die Probleme der Kolosser und Epheserbriefe (1964) p. 66.
^W. Michaelis Pastoralbriefe und Gefangenschaftsbriefe (1930) pp. 99-100.
^Contohnya, F. R. McGuire, meskipun pakar kritis seperti A. Q. Morton melihat teks ini sebagai acuan untuk memperdebatkan kepengarangan Paulus pada surat-surat lainnya; lihat A. Q. Morton dan J. McLeman, Paul, the Man and the Myth (1966). Additionally, Robert Price argues that Galatians was written by Marcion; see R. M. Price, The Pre-Nicene New Testament (2006).
^Bruce, F.F. The History of New Testament Study, Marshall, I. Howard, (ed.), New Testament Interpretation: Essays on Principles and Methods, 1977, Carlisle: The Paternoster Press, revised 1979. ISBN 0-85364-424-1. p.23
^Lihat F.F. Bruce, Colossians p. 172; juga, Holtzman, Kritik der Epheser u. Kolosserbriefe (1872); some have attempted to locate the origin of doubt with T. Mayerhoff as early as 1838 in his work Der Brief an die Kolosser.
^R. McL. Wilson, Gnosis and the New Testament (1958) p. 175.