Gunung Karmel (Ibrani: הַר הַכַּרְמֶל, Har HaKarmel (lit. kebun anggur Tuhan); bahasa Yunani: Κάρμηλος, Kármēlos; bahasa Arab: الكرمل, Kurmul) adalah jajaran gunung di pantai Israel utara, terbentang dari Laut Mediterania ke arah tenggara. Arkeolog telah menemukan anggur kuno dan pengepresan minyak di berbagai lokasi di Gunung Karmel.[1][2] Jajaran ini adalah cadangan biosfer UNESCO dan sejumlah kota-kota yang terletak di sana, terutama kota Haifa, kota terbesar ketiga di Israel, terletak di lereng utara.
Geografi dan geologi
Nama "Gunung Karmel" telah digunakan dalam tiga cara berbeda:[1]
Merujuk kepada deretan pegunungan sepanjang 39 km (24 mil), membentang ke tenggara sampai ke Jenin.
Merujuk kepada bagian barat laut pegunungan ini sepanjang 19 km (12 mi).
Merujuk kepada semenanjung di bagian barat laut pegunungan ini.
Pegunungan Karmel lebarnya sekitar 6,5 km (4,0 mi) sampai 8 km (5,0 mi), melandai ke arah barat daya, tetapi membentuk tebing curam di sisi timur laut setinggi 546 m (1.791 ft). Lembah Yizreel terletak bersebelahan di timur laut. Pegunungan ini membentuk penghalang alamiah pada pertanahan, sebagaimana lembah Yizreel membentuk jalur alamiah, sehingga pegunungan dan lembah ini berpengaruh besar pada migrasi dan invasi melintasi Levant dari waktu ke waktu.[1] Formasi pegunungan adalah campuran antara limestone dan flint, mempunyai banyak gua dan ditutupi oleh sejumlah batuan vulkanik.[1][2] Sisi yang landai dari gunung ini ditutupi oleh banyak tumbuh-tumbuhan, termasuk ek, pinus, zaitun, dan laurel trees.[2]
Beberapa kota modern terletak di pegunungan ini, termasuk Yokneam pada tebing timur, Zikhron Ya'akov pada lereng selatan, komunitas Druze, Daliyat al-Karmel dan Isfiya, pada bagian tengah tebing, dan kota-kota Nesher, Tirat Hakarmel, dan kota Haifa, pada ujung promontory barat laut dan kaki gunung. Ada juga sebuah kibbutz kecil bernama Beit Oren, yang terletak pada salah satu puncaknya di sebelah tenggara Haifa.
Panorama of the Carmel mountain range
Sebagai lokasi strategis
Karena banyaknya tumbuhan di lereng gunung yang landai dan gua-gua di bagian gunung yang curam, Karmel menjadi tempat persembunyian para kriminal;[1] Karmel dipandang sebagai tempat pelarian dari Yahweh, sebagaimana tersirat dalam Kitab Amos.[1][3] Menurut Kitab 2 Raja-raja, nabi Elisa pergi ke Karmel segera setelah mengutuk sejumlah orang muda karena mereka menghina dia dan menghina kenaikan Elia dengan mengolok-olok, "Naiklah, hai orang botak!" Setelah itu, beruang-beruang keluar dari hutan membunuh 42 orang di antara mereka.[4] Ini bukan berarti Elisa mengasingkan diri ke sana dari kemungkinan serangan balik,[1] meskipun pemerian dalam Kitab Amos, mengenai lokasi itu sebagai tempat pengasingan, oleh para sarjana diberi tarikh lebih awal dari kisah Elisa dalam Kitab 2 Raja-raja,[5][6] dan menurut Strabo terus menjadi tempat pengasingan sampai paling tidak abad pertama Masehi.[7]
Elia
Penganut agama Yahudi, Kristen, dan Islam[1] umumnya menghubungkan nabi Elia dengan gunung ini. Ia diyakini pernah tinggal sementara waktu di sebuah gua (grotto) di sana. Bahkan, salah satu nama Gunung Karmel dalam bahasa Arab adalah جبل مار إلياس (Jabal Mar Elyas; Gunung Santo Elias). Dalam Kitab 1 Raja-raja, Elia menantang 450 nabi dewa Baal untuk bertanding di sebuah mezbah pada Gunung Carmel untuk menentukan sembahan siapa yang benar-benar menguasai Kerajaan Israel. Karena naratif itu terjadi pada masa pemerintahan raja Ahab dan kaitannya dengan orang Fenisia, maka para sarjana Alkitab menduga bahwa Baal ini sama dengan Melqart.[8]
Menurut Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam AlkitabKristen bagian 1 Raja-raja 18, tantangan itu untuk melihat sembahan mana yang mampu membakar kurban dengan api. Nabi-nabi Baal gagal melakukannya. Elia menyuruh menyirami kurbannya dengan air untuk membasahi seluruh mezbah dan kemudian ia berdoa. Datanglah api dari langit dan membakar habis kurban, mezbah, kayu, batu, tanah dan air yang ada di sana. Segera umat Israel yang melihatnya menyerukan "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!". Pada akhirnya, Elia mengumumkan berakhirnya masa kekeringan air; awan-awan berkumpul, langit menjadi gelap dan hujan turun dengan lebat.
Meskipun tidak ada rujukan ke bagian tertentu pada Gunung Karmel di dalam Alkitab,[1] tradisi Islam menempatkan kejadian itu pada suatu titik yang dinamai El-Maharrakah, artinya pembakaran.[2]
Karmelit
Suatu ordo keagamaan Katolik yang dibentuk di Gunung Karmel pada abad ke-12 disebut "Ordo Karmel", merujuk kepada pegunungan ini. Aturan dasar disebut "Surat Kehidupan" (Letter of Life) diberikan oleh Albertus Avogadro, seorang Patriark Latin dari Yerusalem yang tinggal di Acre, sekitar tahun 1210. Biarawan ini dirujuk hanya dengan nama Brother B. Ia mungkin meninggal sekitar tahun 1210 dan diduga seorang peziarah atau seorang yang melakukan pertobatan atau seorang partisipan Perang Salib yang menetap di Israel. Ordo ini dibentuk di lokasi yang diklaim sebagai "Gua Elia", 1.700 kaki (520 m) di atas permukaan laut pada ujung barat daya dari pegunungan ini.[1] Bukan tidak disengaja, tempat ini juga merupakan puncak alamiah tertinggi dari pegunungan tersebut. Meskipun tidak ada dokumen tertulis untuk mendukungnya, tradisi Karmelit menyatakan ada suatu komunitas petapa Yahudi yang tinggal di tempat itu sejak zaman nabi Elia sampai ordo Karmelit didirikan di sana.