Islam tradisionalis atau Islam tradisional, dalam konteks masyarakat Muslim di Indonesia, merujuk kepada sebuah pendirian agama yang memegang sifat pada upacara dan pemahaman lokal yang berdiri secara tradisional. Muslim tradisionalis menyebut diri mereka sendiri sebagai ahlusunnah wal jamaah atau aswaja.[1] Traditionalisme sering kali kontras dengan modernisme, yang terinspirasi oleh modernitas dan rasionalisme. Tradisionalisme telah menjadi orientasi agama Muslim paling diikuti dalam sejarah Muslim Indonesia kontemporer. Keberadaan tradisionalisme banyak tumpang tindih dengan pengaruh organisasi sosio-agama Nahdlatul Ulama, organisasi Muslim terbesar di Indonesia.[a] Tradisionalisme juga merupakan unsur kritikal dalam gerakan intelektual Muslim yang dikenal sebagai Islam Nusantara.
Barton, G. (1994). The Impact of Neo-modernism on Indonesian Islamic Thought: The Emergence of a New Pluralism. In D. Bourchier and J. Legge (Eds.), Democracy in Indonesia: 1950s and 1990s (pp. 143–150). Clayton: Centre of Southeast Asian Studies, Monash University.
Bush, R. (2009). Nadhlatul Ulama & the Struggle for Power within Islam & Politics in Indonesia. Singapore: ISEAS Publishing.
Feener, M. (2007). Muslim Legal Thought in Modern Indonesia. New York: Cambridge University Press.
Mujani, S. and Liddle, R.W. (2004). Politics, Islam and Public Opinion. Journal of Democracy, 15(1), 109-123.
Von Der Mehden, F.R. (1995). Indonesia. In J.L. Esposito (Ed), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World. Oxford: Oxford University Press.