Islam adalah agama mayoritas di Sulawesi Selatan. Menurut Kementerian Dalam Negeri (Desember 2021), terdapat 8.260.000 Muslim di Sulawesi Selatan, membentuk 89.87% islam dari seluruh total seluruh penduduk Sulawesi Selatan [1]
Sejarah
Salah satu referensi tentang masuknya Islam di Sulawesi Selatan ditulis oleh penulis sejarah Thomas Walker Arnold. Ia menerangkan bahwa ketika Portugis pertama kali memasuki Sulawesi Selatan pada tahun 1540, mereka menemukan banyaknya umat Islam di Gowa yang merupakan ibukota kerajaan Makassar saat itu. Raja Gowa ke-10, Tunipalangga (1546–1565), memberi izin kepada orang-orang Melayu untuk menetap di Somba Opu.
Raja Gowa ke-12, Tunijallo’ telah mendirikan masjid bagi muslimin di tempat itu dan masjid pertama yang didirikan di Sulawesi Selatan. Para pedagang muslim tersebut yang memberi pengaruh kepada orang-orang Makassar untuk memeluk Islam.
Islamisasi di Sulawesi Selatan selanjutnya dihubungkan dengan kedatangan dan peranan tiga orang ulama asal Minangkabau, yang secara khusus dikirim oleh Sultan dari Kerajaan Aceh. Ketiga ulama itu ialah Datuk ri Bandang, Datuk Patimang dan Datuk Tiro.
Salah satu tonggak sejarah dalam awal periode Islamisasi tersebut, bahwa raja yang mula-mula memeluk Islam di Sulawesi Selatan ialah Datu Luwu La Patiware’ Daeng Parabbung, diberi gelar Sultan Muhammad pada tanggal 13 Ramadhan 1013 H atau sekitar tahun 1603.
Ketiga ulama tersebut selanjutnya meminta kepada Raja Luwu petunjuk tentang upaya dakwah Islam di kerajaan lainnya. Datu Luwu memberi pertimbangan, bahwa sebaiknya beliau bertiga menghubungi kerajaan Gowa – Tallo yang sangat terkenal sebagai yang terkuat memiliki supremasi politik di Sulawesi Selatan.
Ketiga ulama itu segera berangkat menuju Gowa Tallo. Tapi kemudian mereka sepakat untuk berpisah guna menunaikan dakwah Islam.
Datuk ri Bandang singgah di Bulukumba, beliau mengembangkan Islam dengan pendekatan tasawuf. Sulaiman Khatib Sulung, setelah tiba bersama Abdul Makmur Khatib Tunggal di Gowa, kembali lagi ke Luwu untuk mengajarkan Islam di sana dengan mengutamakan keimanan, serta mempergunakan konsep ke-Tuhan-an Dewata Seuwae yang telah berkembang sebelumnya sebagai metode pendekatan.
Sejarah lainnya
Menurut Sawaty, rakyat Sulawesi Selatan sudah lama berhubungan dengan Islam, sebelum Islam menjadi agama yang dipeluk oleh para raja hampir sebagian besar masyarakat Sulawesi Selatan ketika itu.
Para pelaut dan pedagang Bugis dan Makassar ketika itu, telah menjalin hubungan dengan masyarakat dagang yang kebanyakan beragama Islam di daerah pantai utara dan barat Jawa, serta sepanjang Selat Malaka, Ternate di Maluku (yang mengadakan perjanjian persahabatan Kerajaan Gowa).
Sebuah masyarakat Melayu Islam telah bermukim di Kota Makassar sejak pertengahan abad ke-16, dan Raja Gowa menyambut kehadiran mereka dengan membangun sebuah masjid untuk mereka. Namun, daerah itu diislamisasikan hanya setelah Raja Gowa sendiri, beserta para penasihat terdekatnya, memeluk agama Islam pada tahun 1605.[2]
Demografi
Tabel ini menyajikan populasi Muslim per kota/kabupaten di Sulawesi Selatan.[3]
Kota/kabupaten
|
Muslim
|
%
|
Kepulauan Selayar
|
120.817
|
98.99%
|
Bulukumba
|
393.636
|
99.77%
|
Bantaeng
|
175.757
|
99.47%
|
Jeneponto
|
342.244
|
99.87%
|
Takalar
|
268.995
|
99.77%
|
Gowa
|
643.300
|
98.52%
|
Sinjai
|
228.603
|
99.88%
|
Maros
|
312.458
|
97.95%
|
Pangkajene Kepulauan
|
303.600
|
99.30%
|
Barru
|
165.448
|
99.68%
|
Bone
|
712.862
|
99.33%
|
Soppeng
|
222.559
|
99.43%
|
Wajo
|
381.618
|
99.09%
|
Sidenrang Rappang
|
246.192
|
90.54%
|
Pinrang
|
340.341
|
96.93%
|
Enrekang
|
188.348
|
99.00%
|
Luwu
|
286.347
|
86.12%
|
Tana Toraja
|
26.624
|
12.04%
|
Luwu Utara
|
235.203
|
81.82%
|
Luwu Timur
|
183.278
|
75.40%
|
Toraja Utara
|
9.975
|
4.60%
|
Kota Makassar
|
1.167.188
|
87.19%
|
Kota Pare-pare
|
120.498
|
93.22%
|
Kota Palopo
|
125.047
|
84.53%
|
TOTAL
|
7.200.938
|
89.62%
|
Referensi
1https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/23/penduduk-muslim-dominasi-sulawesi-selatan-pada-juni-2021penduduk-muslim-dominasi-sulawesi-selatan-pada-juni-2021