Singapura pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam yang paling penting di Asia Tenggara. Lokasi Singapura sebagai pintu masuk bagi perdagangan internasional antara Eropa, Timur Tengah, Australia, dan Timur Jauh membuat dakwah Islam semakin pesat. Penyebaran Islam di Singapura berawal dari masa Kesultanan Melaka dan diteruskan hingga masa kolonialisme sampai pada awal abad ke-20 Masehi.[5] Islam di Singapura mengalami penurunan pengaruh sejak masa kolonial hingga pemisahan Singapura dari Federasi Malaya pada tahun 1965. Umat Islam di Singapura menjadi sebuah kaum minoritas dengan kelompok etnis tionghoa sebagai kaum mayoritas.[6]
Sejarah
Masa Kesultanan Melaka
Wilayah Singapura berada dalam kekuasaan Kerajaan Melaka ketika diperintah oleh Raja Parameswara pada akhir abad ke-14 Masehi. Parameswara membangun Kerajaan Melaka di sekitar wilayah perdagangan dengan bandar-bandar yang sering dikunjungi oleh para pedagang Muslim. Setelah itu, Parameswara memeluk agama Islam dan memakai gelar Sultan Iskandar Syah disertai oleh para pengikutnya. Islam di Singapura pada masa ini diperkenalkan dan disebarkan ke para pedagang dari Arab, Gujarat, Parsi India, Benggala, Bago, Siam, Tiongkok, Sumatra, Jawa, dan Maluku. Kesultanan Melaka mengambila bagian dalam penyebaran Islam di Singapura pada masa itu.[7]
Pedagang Muslim di Singapura menyebarkan Islam di Singapura sejak abad ke-15 Masehi. Pedagang Muslim yang tinggal menetap di Singapura mengadakan hubungan perkawinan dengan penduduk setempat sehingga komunitas Muslim terbentuk secara perlahan. Para pedagang Muslim yang menetap kemudian juga menjadi guru agama dan imam.[8]
Pendidikan agama Islam di Singapura telah diajarkan secara tradisional. Pembelajaran agama Islam diadakan di rumah-rumah, surau-surau dan masjid. Pusat pendidikan Islam di Singapura ditetapkan di Kampong Glam dan Rocor sejak tahun 1800-an. Praktik keagamaan dan sosial di dalam komunitas Muslim Singapura dipengaruhi oleh guru-guru dan imam. Pada awal penyebaran Islam di Singapura, mazhab yang membawa pengaruh terbesar adalah mazhan Syafi’i dengan paham teologiAsy’ariyah.[8]
Masa kolonial
Penyebaran Islam di Singapura terhenti ketika Kesultanan Melaka dikalahkan oleh Portugis pada tahun 1511 Masehi. Wilayah Singapura dikuasai oleh Portugis sementara penguasa Kesultanan Melaka memindahkan pusat pemerintahannya ke bagian selatan Johor. Islam di Singapura tidak berkembang selama 130 tahun masa penjajahan Portugis. Setelah Hindia Belanda mengalahkan Portugis pada tahun 1641, pemerintah Hindia Belanda memberikan toleransi kepada para penguasa Melayu untuk mencegah terjadinya perang perebutan wilayah.[9]
Mazhab
Negara Singapura dihuni oleh penduduk muslim dengan mazhab yang berbeda-beda. Kelompok etnis Melayu sebagian besar adalah suni dengan mazhab Syafi'i. Penduduk muslim Singapura yang bukan pribumi umumnya memilih salah satu dari tiga mazhab utama lainnya dalam Islam. Mazhab Maliki umumnya diterapkan oleh penduduk Singapura yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika. Mazhab Hambali diterapkan oleh penduduk yang berasal dari Arab Saudi. Sementara muslim yang berasal dari India dan Turki menerapkan mazhab Hanafi.[10]
Demografi
Muslim menurut kelompok umur
Tabel ini menyajikan persentase Muslim di Singapura berdasarkan kelompok umur menurut sensus penduduk Singapura.[11]
^Syed Muhammad Naquib al-Attas, Some Aspects of Sufism as Understood and Practised among the Malays (Singapore: Malaysian Sociological Research Institute, 1963).
Helmiati (2014). Sejarah Islam Asia Tenggara(PDF). Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. ISBN978-602-1366-69-1.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)