Jika Anda ingin memeriksa artikel ini, Anda boleh menggunakan mesin penerjemah. Namun ingat, mohon tidak menyalin hasil terjemahan tersebut ke artikel, karena umumnya merupakan terjemahan berkualitas rendah.
Islam di Rusia adalah agama minoritas. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat per 2017, jumlah muslim di Rusia adalah 14 juta jiwa atau hampir 10 persen dari populasi Rusia.[1] Menurut Mufti Agung Rusia, Rawil Gaynetdin, jumlah muslim di Rusia adalah 25 juta jiwa per tahun 2018.[2] Untuk pertama kalinya dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.[3]
Sejarah
Muslim pertama di wilayah Rusia modern adalah masyarakat Dagestani di (kawasan Derbent) setelah pentaklukan Arab (abad ke-8).[4] Negeri Muslim yang pertama adalah Volga Bulgaria pada tahun 922. Kaum Tatar mewarisi agama Islam dari negeri itu. Kemudian kebanyakan orang Turki Eropa dan Kaukasia juga menjadi pengikut Islam. Islam di Rusia telah hadir lalu berkembang pada awal penaklukan kawasan Volga Tengah pada abad ke-16, yang membawa orang Tatar dan Orang Turk lainnya di kawasan Volga Tengah ke dalam negeri Rusia. Pada abad ke-18 dan ke-19, penaklukan Rusia di kawasan Kaucasus Utara membawa orang-orang Muslim dari kawasan ini seperti Dagestan, Chechen, Circassia, Ingush, dan lain-lain ke daerah-daerah dan pelosok negara Rusia.
Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan, terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili oleh tarekatNaqsyabandi dan Shazili yang dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawi ad-Daghestani.
Amalan sufi memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan orang asing, dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus pada zaman Tsar. Orang Azeri menganut Syiah, disaat mereka bukanlah merupakan rakyat Uni Soviet, banyak orang Azeri yang merantau ke Rusia untuk mencari pekerjaan.
Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah meningkat. Antaranya ialah beberapa buah majalah dalam bahasa Rusia, "Ислам" (transliteration: Islam), "Эхо Кавказа" (Ekho Kavkaza) dan "Исламский вестник" (Islamsky Vestnik), dan beberapa suratkhabar berbahasa Rusia seperti "Ассалам" (Assalam), dan "Нуруль Ислам" (Nurul Islam), yang diterbitkan di Makhachkala, Dagestan.
Secara resmi jumlah masjid di Rusia mencapai 6790 masjid, namun jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan terus bertambah. Di Dagestan saja terdapat antara 2000 – 3000 masjid. Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah masjid di Tatarstan telah melebihi 2500. Di ibu kota Rusia dengan jumlah pemeluk Islam yang melebihi 6 juta orang terdapat 20 komunitas Muslim dan 5 masjid. Menurut pakar data Rusia, sedikitnya terdapat 9000 masjid di Rusia.[7]
Organisasi
Menurut data register negara, kini telah tercatat 4831 organisasi keagamaan Muslim lokal. Jumlah terbesar organisasi-organisasi keagamaan Muslim terdaftar di daerah Volga (1945), diikuti Kaukasus Utara (980) dan Ural (316). Sedangkan jumlah organisasi keagamaan Muslim di daerah lainnya lebih kecil.[7]
Mayoritas Muslim di Rusia adalah Sunni. Terdapat dua Mazhab di Rusia, yaitu Mazhab Syafii di Kaukasus Utara dan Mazhab Hanafi di wilayah negara lainnya.
Tiga organisasi Muslim menurut status dewan federal (pusat) adalah:
Dewan Mufti Rusia (berbasis di Moskwa). Pemimpinnya Mufti Ravil Gainutdin. Dewan ini memimpin 1,686 komunitas.
Administrasi Keagamaan Pusat dari Muslim Rusia (berbasis di Ufa). Dipimpin oleh Mufti Talgat Tadzhuddin dan mempersatukan 522 komunitas.
Pusat Koordinasi Muslim di Kaukasus Utara yang dipimpin oleh Ismail Berdiyev, Mufti Karachai-Cherkassia dan wilayah Stavropol, dan terdiri dari 830 komunitas.
Dalam beberapa tahun terakhir hubungan antara Muslim di Rusia dan Indonesia telah meningkat karena pekerjaan yang baik dan usaha yang dilakukan oleh Dubes Indonesia Bapak Hamid Awaludin dan diplomat M. Aji Surya dan Enjay Diana.[8]
^ abKedutaan Besar Federasi RusiaDiarsipkan 2008-05-22 di Wayback Machine., presentasi Duta Besar Rusia untuk Indonesia, M. Bely, di Pusat Penelitian untuk Asia Tengah dan Rusia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.