Dagestan
Republik Dagestan (/ˌdæɡɪˈstæn, -ˈstɑːn/; bahasa Rusia: Дагеста́н; juga disebut Daghestan, bahasa Avar: Дагъистан Жумгьурият; Daghistan Zhumhuriyat) adalah salah satu nama republik dalam Federasi Rusia. Terjemahan nama republik ke bahasa Rusia adalah Республика Дагестан (Respublika Dagestan). Dagestan merupakan republik terbesar di Rusia yang terletak di utara Kaukasus, baik luas wilayah maupaun jumlah penduduk. SejarahDagestan secara tradisional merupakan wilayah berpenduduk muslim. Wilayah ini secara silih berganti penguasa dari Sasanit pada abad ke 5, lalu jatuh ke kekuasaan Kristen, pindah tangan ke Persia tahun 664, lalu menjadi wilayah Islam kemudian lepas ke tangan Mongol tahun 1222 dan 1239, menyusul kemudian Timur Leng tahun 1389. Lalu menjadi kembali ke Persia tahun 1735 setelah bersekutu dengan Tsar Rusia, tetapi kemudian dicaplok tsar Rusia tahun 1796. Awal mula seluruh kekuasaan itu datang berawal kota yang tertua di Rusia yakni kota Derbent di mana empat puluh orang sahabat Nabi dikebumikan di antaranya Abdurahman bin Rabi` dan Salman bin Rabi`. Kota ini berjuluk Bab-ul Abwab, yang ertinya pintu segala pintu, dan dari kota ini lah Islam menyebar ke seluruh Rusia. Selain itu, Derbent juga menjadi salah satu kota yang dilalui Jalur Sutra disebabkan posisinya yang strategis yang merupakan gerbang menuju Rusia.[11] Pemimpin kaum Muslim yang terkenal Imam Syamil berasal dari Dagestan. Dia merupakan etnis Avar. Pemberontakan Muslim Imamat of Dagestan meletus melawan Tsar Rusia dipimpin oleh Ghazi Mohammed (1828–32), lalu Gamzat-bek (1832–34) dan Imam Syamil (1834–59) perang kaukasus ini berahir pada tahun 1964 saat Syamil tertangkap. Dalam perang Rusia – Turki (1877-1878) Dagestan dan Chechnya bergabung dengan Turki untuk bersama sama melawan Kekaisaran Rusia. (Perang di Chechnya sendiri terus berlanjut hingga abad ke 20). Setelah revolusi Bolshevik, Kesultanan Utsmaniyah memerdekaan Azerbaijan dan Dagestan. Dua wilayah itu membentuk republik bersama dengan nama Republik Pegunungan Kaukasus Utara. Namun setelah perang selama lebih dari tiga tahun republik baru itu kalah perang dengan kaum Bolsheviks, dan pada tanggal 20 Januari 1921 menjadi bagian dari Uni Soviet dengan nama Republik Sosialis Soviet Otonom Dagestan. Boleh dikata politik Dagestan senantiasa stabil dan seluruh rakyat Dagestan merasa senang dan bahagia berada dibawah pemerintahan Federasi Rusia. Elit politik di Dagestan kebanyakan dipegang oleh etnis Avar, Dargin dan Rusia. Gerakan gerakan islam beberapa di antaranya sangat moderat sementara lainnya membentuk partai partai politik Islam yang kemudian dilarang oleh pemerintah di awal 1980-an. Uni Soviet bubar pada 26 Desember 1991. Tahun 1999 Dagestan sempat di invasi oleh Chechnya di bawah pimpinan Shamil Basayev dan Ibnu Al-Khattab, akan tetapi rakyat Dagestan menolak untuk bergabung dalam usaha kemerdekaan dan mereka melawan balik invasi yang dilakukan oleh pasukan dari Chechnya. Pada 1999, sebuah grup fundamentalis Muslim dari Chechnya di bawah pimpinan Shamil Basayev, bersama dengan kaum Muslim lokal, melancarkan pemberontakan yang gagal di Dagestan. Namun usaha tersebut kandas setelah serbuan pasukan Rusia yang datang membebaskan wilayah ini memaksan pasukan Shamil Bazayev kembali ke Chechnya, sampai kemudian tewas disana dalam serbuan pasukan Rusia ke Grozny (ibu kota Chechnya) di bulan Februari 2000. PolitikKepala pemerintahan Dagestan berupa seorang presiden. Terhitung bulan Oktober 2020, Presiden Dagestan ialah Sergey Melikov. AgamaMuslim pertama di wilayah Rusia terkini adalah masyarakat Dagestani di (kawasan Derbent) selepas pentaklukan Arab (abad ke-8).[12] Kebanyakan warga Dagestan memeluk agama Islam Mazhab Syafii. Seperti kebanyakan wilayah Kaukasus lainnya, kaum Islam pribumi Dagestan berupa perintah Sufi yang telah ada berabad-abad silam. Shaykh Said Afandi al-Chirkawi dan muridnya Syeikh Ahmad Afandi Abdulaev adalah dua orang tokoh, alim, murshid tarekat Naqsyabandi dan Shazili di Dagestan.[13] Pada era 1990-an, jumlah percetakan risalah Islam telah meningkat. Antaranya ialah beberapa buah majalah dalam bahasa Rusia, "Ислам" (Islam), "Эхо Кавказа" (Ekho Kavkaza) dan "Исламский вестник" (Islamsky Vestnik), dan beberapa surat kabar berbahasa Rusia seperti "Ассалам" (Assalam), dan "Нуруль Ислам" (Nurul Islam), yang diterbit di Makhachkala, Dagestan. Dalam beberapa tahun terakhir hubungan antara Muslim di Rusia dan Indonesia telah meningkat karena pekerjaan yang baik dan usaha yang dilakukan oleh Dubes Indonesia Bapak Hamid Awaluddin, Mohamad Wahid Supriyadi dan diplomat M. Aji Suryanto dan Enjay Diana. Hal itu dibuktikan dengan pembukaan pusat studi Nusantara di kota Makhachkala.[14] Catatan
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Dagestan.
|