Islam di Kazakhstan
Islam adalah agama paling utama yang dianut di Kazakhstan. Bersamaan dengan kelompok etnik Muslim yang lain, termasuk orang Uzbek, orang Uyghur dan orang Tatar,[1] orang Kazakh adalah etnik yang terdiri dari lebih dari separuh jumlah penduduk menyebabkan penduduk beragama Islam menjadi sekitar 70% dari jumlah penduduk di Kazakhstan.[2] Sebagian besar orang Kazakh adalah Muslim Sunni dari mazhab Hanafi.[3] Islam dibawa oleh orang Arab ke Kazakhstan dan mencapai kawasan ini untuk pertama kali pada abad ke-8.[4]
SejarahIslam dibawa kepada orang Kazakh pada abad ke-8 saat orang Arab sampai di Asia Tengah. Islam pertama kali menyebar di bagian-bagian selatan Turkestan dan kemudian berangsur-angsur tersebar ke utara.[5] Raja-raja Samanid juga membantu menyebarkan Islam menerusi kegiatan dakwah mereka, khususnya di sekitar kawasan yang berdekatan dengan Taraz.[6] Pada akhir 1300-an, Angkatan Kencana juga menyebarkan Islam kepada orang Kazakh dan kelompok etnik Asia Tengah lainnya. Pada tahun 1700-an, pengaruh Rusia tersebar dengan pesat ke kawasan ini. Diketuai oleh Catherine, orang Rusia pada awalnya menunjukkan kesanggupan untuk membenarkan Islam berkembang maju, dengan banyak ulama dijemput ke kawasan ini untuk mendakwahi orang Kazakh yang dilihat oleh orang Rusia sebagai manusia buas yang tidak tahu akhlak dan etika.[7][8] Walau bagaimanapun, dasar Rusia kemudian berangsur-angsur berubah dengan niat untuk melemahkan Islam melalui pengenalan unsur-unsur kesadaran kolektif pra-Islam.[9] Percobaan-percobaan tersebut termasuk kaidah untuk memuji-muji tokoh sejarah pra-Islam serta membuat orang Kazakh merasa rendah diri melalui pengantaran orang-orang Kazakh ke institusi tentara elit Rusia.[9] Sebagai balasan, ketua-ketua agama Kazakh mencoba menimbulkan kegairahan agama meneruskan dukungan konsep persatuan seluruh Turki, dengan akibat bahwa banyak dari golongan mereka mereka ditindas.[10] Sewaktu zaman Uni Soviet, insitusi Muslim dapat bertahan hanya di kawasan orang Kazakh jauh melebihi orang non-muslim.[11] Dalam percobaan untuk memaksa orang Kazakh memeluk ideologi komunis dan aspek-aspek budaya Kazakh menjadi sasaran utama perubahan sosial.[8] Lebih terkini, orang Kazakh telah berangsur-angsur berusaha dengan lebih gigih untuk memulihkan institusi-institusi Islam setelah keruntuhan Uni Soviet. Walaupun tidak bersikap begitu fundamentalis, orang Kazakh terus mengaitkan diri mereka dengan agama Islam [12] dan dengan lebih benar di kawasan luar kota. Mereka yang mendakwa bahwa mereka berketurunan pahlawan dan pendakwah Muslim abad ke-8 yang asalnya amat dihormat oleh komunitas masing-masing.[13] Tokoh politik Kazakhstan juga menekankan keperluan untuk mendukung kesadaran Islam. Misalnya, Marat Tazhin, Menteri Luar Negeri, baru-baru ini menegaskan bahawa Kazakhstan perlu mengutamakan penggunaan "potensi positif Islam, serta mempelajari sejarah, budaya, dan warisannya".[14] Pihak berkuasa Soviet mencobaa membentuk Islam yang terkontrol di bawah penyeliaan Pentadbiran Rohaniah Muslim Asia Tengah dan Kazakhstan sebagai pengaruh penyatuan di dalam masyarakat-masyarakat Asia Tengah, tetapi pada waktu yang sama, mengharamkan kebebasan agama yang benar. Sejak kemerdekaannya, kegiatan agama telah meningkat dengan ketara. Pembangunan masjid dan sekolah agama berkembang pesat pada dekade 1990-an, dengan bantuan keuangan dari Turki, Mesir, dan terutama, Arab Saudi. Pada 1991, 170 buah masjid telah disediakan untuk penggunaan, dengan melebihi separuh merupakan masjid yang baru dibangun. Saat itu terdapat sekitar 230 buah komunitas Muslim yang aktif di Kazakhstan. Islam dan negaraPada 1990, Nursultan Nazarbayev, Setiausaha Pertama Partai Komunis Kazakhstan saat itu, menciptakan sebuah asas negara untuk Islam dengan mengeluarkan Kazakhstan dari kekuasaan Lembaga Muslim Asia Tengah, pendirian agama berorientasi politik yang diluluskan oleh Soviet untuk semua negara Asia Tengah. Sebagai gantinya, ia menciptakan sebuah pihak berkuasa agama yang terpisah untuk Muslim Kazakhstan.[15] Berhati-hati terhadap pemerintahan Islam di Iran dan Afghanistan yang bertetangga, pengasas perlembagaan 1993 secara khusus mengharamkan partai politik agama. Perlembagaan 1995 juga mengharamkan organisasi yang mencoba merangsang perbelahan bangsa, politik, atau agama, dan mengenakan kontrol pemerintahan yang ketat pada organisasi agama asing. Sebagaimana dengan pendahulunya, perlembagaan 1995 menetapkan bahwa Kazakhstan adalah negara sekular. Kazakhstan adalah satu-satunya negara Asia Tengah yang perlembagaannya tidak memperuntukkan status yang khas kepada agama Islam. Keputusan ini berdasarkan dasar luar negeri pemerintahan Nazarbayev serta pertimbangan domestik. Sadar akan potensi intervensi dari negara-negara Islam di Timur Tengah, Nazarbayev mengunjungi Iran, Turki, dan Arab Saudi. Pada waktu yang bersamaan, ia menjadikan Kazakhstan sebagai perantara antara Timur Muslim dengan Barat Kristen. Oleh karena itu, ia pada mulanya hanya menerima status peninjau di dalam Organisasi Kerjasama Ekonomi (ECO) yang anggota-anggotanya terdiri sebagian besar dari negara-negara Islam. Perjalanan Presiden Nazarbayev ke kota suci Muslim di Mekkah pada tahun 1994 adalah sebagian dari jadwal perjalanannya yang juga merangkumi kunjungan ke Vatikan untuk mengunjungi Paus John Paul II.[15] Lihat pulaBacaan lanjutan
RujukanWikimedia Commons memiliki media mengenai Mosques in Kazakhstan.
Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari situs web atau dokumen Library of Congress Country Studies. |