Nursultan NazarbayevNursultan Nazarbayev atau memiliki nama lengkap Nursultan Abishuly Nazarbayev (bahasa Kazakh: Нұрсұлтан Әбішұлы Назарбаев; Nūrsūltan Ábıshūly Nazarbaev)[1][nb 1] (lahir 6 Juli 1940) adalah presiden pertama Kazakhstan sejak bubarnya Uni Soviet dan kemerdekaan negara itu pada tahun 1991 hingga pengunduran dirinya pada 2019. Ia memimpin wilayah itu sejak tahun 1989 dan berlanjut hingga setelah Kazakhstan memisahkan diri dari Uni Soviet tahun 1990. Ia juga menjabat sebagai Ketua Dewan Menteri RSS Kazakhstan (1984-1989) dan Sekretaris Pertama Partai Komunis Kazakhstan (1989-1991). Di bawah kepemimpinan Mikhail Gorbachev, status Kazakhstan diubah menjadi Republik Soviet Sosialis Kazakh. Pernikahannya dengan Sara Alpysovna Nazarbayeva membuahkan tiga anak perempuan, yaitu Dariga, Dinara, dan Aliya. Ia memindahkan ibu kota administrasi pemerintahan dari Almaty ke Astana. Semula, ia dipilih hanya untuk menjabat selama empat tahun. Pada tahun 1998, ia mengeluarkan dekret yang membuatnya tetap berkuasa hingga sekurang-kurangnya 7 tahun ke depan. Ia mengambil kebijakan jalur seimbang, yaitu pro-barat sambil berupaya mempertahankan dukungan dari Rusia. Di bawah kepemimpinannya, Kazakhstan dikenal sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di luar Timur Tengah yang mencapai 29 miliar barrel. Cadangan tersebut diperkirakan berlipat ganda pada dasawarsa berikutnya sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis dari luar negeri. Chevron dan Exxon Mobil dari Amerika Serikat, Total dari Prancis, Gazprom dan Lukoil dari Rusia, serta Chinese National Petroleum Company dari Republik Rakyat Tiongkok sudah mengantre untuk mengeksploitasi minyak. Ladang minyak yang dibuka olehnya di Tengiz dan Kazhagan banyak menghasilkan keuntungan bagi Kazakhstan. Cina bahkan merancang jalur pipa sepanjang 1.000 km untuk mengalirkan minyak dari Atasu di Kazakhstan ke Daerah Otonomi Xinjiang di Cina. Dengan posisi tersebut, Barat seakan-akan menutup mata atas pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), kediktatoran, dan praktik KKN yang terjadi. Ia mendukung Amerika Serikat dengan membebaskan wilayah udara Kazakhstan untuk dilalui pesawat-pesawat militer Amerika Serikat yang menuju medan perang di Afghanistan. Padahal di saat yang sama, Kazakhstan menjadi anggota Shanghai Cooperation Organisation (SCO) bersama Cina, Rusia, dan beberapa negara Asia Tengah lain yang menginginkan Amerika Serikat keluar dari wilayah itu. Di dalam negeri, ia mengadopsi kebijakan yang mirip dengan Cina. Ia mengambil jalur pembangunan ekonomi kapitalisme tanpa liberalisasi politik. Ia berhasil mengubah Kazakhstan yang terpencil di wilayah Asia Tengah menjadi sebuah negara berkekuatan minyak dunia. Ketika masih bergabung dengan Uni Soviet, Kazakhstan hanya dikenal karena masakan khasnya hasil olahan dari daging kuda dan kerusakan lingkungan. Kazakhstan kemudian menjadi negara paling makmur di antara negara-negara Asia Tengah. Dengan cadangan minyak sebesar 29 miliar barel, ia menjadi negara pemilik cadangan minyak terbesar di luar kawasan Timur Tengah. Seiring meningkatnya kesejahteraan ekonomi, Nazarbayev juga menerapkan kebijakan-kebijakan politik terpusat. Ada orang-orang yang terbuka wawasannya dalam berpolitik dan menginginkan perubahan kepemimpinan serta terilhami kesuksesan revolusi di Ukraina, Georgia, dan Kirgistan. Salah seorang putrinya, Dariga, menjadi anggota parlemen yang kuat serta memiliki kerajaan bisnis media. Suami Dariga juga menjabat sebagai Deputi Menteri Luar Negeri. Anak keduanya yang bernama Dinara menguasai Halyk Bank (Bank Rakyat) dan suaminya, Kulibayev, adalah Wakil Pemimpin Perusahaan Energi Kazmunaigaz milik negara, sedangkan Aliya adalah pemilik perusahaan properti mewah. Adapun saudara ipar Nazarbayev menguasai perusahaan percetakan surat kabar dan berupaya mempreteli surat kabar yang terlalu kritis. Pemilihan Umum 2005Isu yang diangkat Presiden Nazarbayev pada pemilu presiden 4 Desember 2005 adalah "ekonomi dulu, politik belakangan". Sementara, calon oposisi Zharmakhan Tuyakbai mengangkat masalah KKN dan pelanggaran HAM serta mengantisipasi adanya kecurangan. Ia dinyatakan menang dengan perolehan suara mencapai 91,01%. Sedangkan calon lainnya, Zharmakan Tuyakbai hanya meraih 6,64%, Alikhan Abilkasymov dari Partai Komunis Rakyat memperoleh 0,38%, dan Mels Yeleusizov yang mewakili gerakan lingkungan hidup mendapat 9,32% suara pemilih. Pengumuman kemenangan yang disampaikan Ketua Komisi Pemilihan Umum Pusat Onalsyn Zhumabekov disambut protes oleh kubu oposisi dengan tuduhan kecurangan dalam proses pemungutan suara. Para pemantau asing menyatakan terjadi pengisian kotak suara dengan surat suara yang tidak sah serta aksi intimidasi terhadap para petugas pemantau pemilu dari kubu oposisi. Dalam sebuah pernyataan keras, Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) menyatakan, ke-460 orang staf pemantau mencatat ada beberapa perbaikan. Akan tetapi, ada banyak kecurangan yang mengakibatkan kecil kemungkinan terjadi kompetisi yang berarti. Pengamat asing juga menyatakan bahwa pemilu presiden tidak memenuhi standar internasional bagi sebuah pemilu yang demokratis. Para pengamat asing pun sepakat bahwa proses pemilu semakin memburuk pada saat dilakukan penghitungan suara. Pada 22 Agustus 2009, dia akan mengundurkan diri, namun bagaimanapun juga ia tetap dipilih sebagai presiden Kazakhstan Amendemen KonstitusionalPada bulan Mei 2007, Nazarbayev menandatangani amendemen konstitusional yang memungkinkannya menjadi presiden seumur hidup.[2] Pemilihan Umum 2015 dan pengunduran diriNazarbayev sudah lama ingin mengundurkan dirinya sebagai presiden karena kekuasaannya menjadi absolut dan otoriter sejak awal dia menjabat. Sejak tahun 1997 hingga 2015 ia selalu memenangkan pemilu. Beberapa waktu menjelang pemilu 2015, Nazarbayev berniat ingin meletakkan jabatannya tetapi ia kembali menjabat dengan alasan memperbaiki perekonomian. Ia berkampanye melalui propaganda yang disebar ke publik dan memperoleh 97% dari total suara. Pada 20 Maret 2019, Nazarbayev mengundurkan diri setelah hampir 30 tahun menjabat sebagai presiden, jabatannya sebagai presiden seharusnya berakhir pada 2020. Ia digantikan oleh Kassym-Jomart Tokayev yang merupakan ketua Senat Kazakhstan. Untuk menghormati jasa-jasanya, nama ibukota Kazakhstan berubah dari Astana menjadi Nursultan.[3] Lihat pula
Catatan
Catatan kaki
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Nursultan Nazarbayev.
|