| Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. Harap perbarui dengan menambahkan informasi terbaru yang tersedia. |
Al-Qiyadah al-Islamiyah adalah sebuah aliran kepercayaan di Indonesia yang melakukan sinkretisme ajaran dari Quran, Perjanjian Lama dan Baru, juga wahyu yang diakui turun kepada pemimpinnya. Aliran ini didirikan dan dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq alias Abdussalam yang juga menyatakan diri sebagai nabi atau mesias.[1]
Sejarah
Al-Qiyadah merupakan aliran yang dibangun Moshaddeq pada tahun 2000 setelah pecah dari Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah 9. Moshaddeq merasa tidak cocok dengan NII di bawah pimpinan pengasuh Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Panji Gumilang.[2]
Ahmad Moshaddeq mendakwahkan pergerakan ini secara terang-terangan setelah mengaku mendapatkan mimpi setelah melakukan puasa dan menyepi selama 40 hari di Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat berdasarkan uswah dari Nabi Musa as dan Nabi Isa as, pada 23 Juli 2007. Ia mengaku sebagai nabi utusan Allah. Perkembangan pengikut ajaran ini berkembang sangat cepat. Kurang lebih 1.000 pengikut baru direkrut setiap bulan.[3] Aliran ini tersebar di Sumatera Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Riau, dan pulau Sulawesi.
Kontroversi
Dalam rekaman ta'lim Moshaddeq pada tahun 2007, Moshaddeq sendiri menjelaskan,
"Kami ini bukan penganut agama, karena Ad-Diin itu selalu sama dari zaman Adam hingga Muhammad, kami hanya hendak berhukum pada hukum Azasi yang disebut dengan Islam, apapun sebutannya (Islam). Istilah agama saat ini telah membatasi Islam pada urusan budi pekerti, fiqih dan ritual."
Dikatakan wahyu yang diterima Moshaddeq bukan berupa kitab tetapi pemahaman yang benar dan aplikatif mengenai ayat-ayat Quran yang menurut pendapat Moshaddeq telah menyimpang. Gerakan ini sempat disorot secara besar-besaran pada akhir tahun 2006 yang kemudian mengakibatkan keluarnya stempel sesat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 4 Oktober 2007 karena menyimpang dari ajaran Islam dan melakukan sinkretisme agama.[4] Pada 2008, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Moshaddeq 4 tahun penjara dipotong masa tahanan atas pasal penodaan agama.[5] Meski pernah menyatakan diri bertobat, Ahmad Moshaddeq hingga saat ini dianggap masih menyebarkan ajarannya dengan menggunakan nama lain diantaranya Milah Abraham[6] dan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang masih aktif di beberapa wilayah di Indonesia.[7][8][9][10]
Keorganisasian
Aliran ini mempercayai bahwa Moshaddeq adalah Al-Masih Al-Maw'ud, Mesias Yang Dijanjikan untuk umat Millah Ibrahim menggantikan Muhammad.[2] Termasuk di dalam kalimat syahadat, kata yang menyebutkan Nabi Muhammad juga dihapuskan. Aliran ini juga tidak mewajibkan pengikutnya untuk menjalankan salat lima waktu dengan alasan kewajiban tersebut belum perlu dilaksanakan kecuali menjelang hijrah dan setelahnya.[2]
Al-Qiyadah Al-Islamiyah memiliki organisasi yang terstruktur, dengan jabatan:
- Rasul, Pemimpin Tertinggi;
- Mala'ul Awwal;
- Mala' Tsani;
- Katib, Sekretaris;
- Wazir, Manajemen;
- Kisbul Maliyah, Finansial;
- Kisbul Ummah, Sumber daya manusia;
- Kisbul Difa', Keamanan.[butuh rujukan]
Tindakan kepolisian
Setelah diputuskan sebagai aliran sesat oleh MUI pada 5 Oktober 2007, kepolisian segera menyita dua buah vila milik Moshaddeq untuk mencegah tindakan penghakiman sendiri oleh masyarakat sekitar.[11]
Kegiatan saat ini
Al-Qiyadah Al-Islamiyah sudah membubarkan diri secara kelembagaan, namun karena faktor-faktor (antara lain sistem ekonomi yang terus berputar) secara de facto kegiatan masih berjalan dalam pengawasan KH Agus Miftach dari Wahdatul Ummah dan KH Said Agil Siradj dari NU. Jamaah dipimpin oleh rekan seperjuangan Ahmad Moshaddeq yaitu Ustadz Mudzakkir.[12]
Rujukan
|
---|
Agama dan kepercayaan | |
---|
Ireligiusitas | |
---|
Sejarah | |
---|
Kajian agama | |
---|
Hukum dan hak | |
---|