Islam Tua atau Masade adalah agama yang berkembang di Kepulauan Sangihe. Islam Tua adalah sebutan yang diberikan orang luar kepada penganut kepercayaan ini karena menganggap sebagian ajarannya lebih dekat pada agama Islam, sedangkan para pemeluknya sendiri menyebut agama ini Masade.[1]
Akibat tekanan pemerintahan dan berkembangnya zaman, agama ini mengalami beberapa perubahan nama. Pertama kali agama ini dikenali sebagai agama Masade, kemudian Islam Handung, kemudian Penghayat, dan pada akhirnya agama ini disebut oleh sebagian orang Sangihe sebagai Islam Tua.[2] Para penganut Islam Tua pun dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Perkawinan dengan cara Islam Tua tidak diakui dan harus melalui pengadilan. Di kolom agama KTP, mereka diwajibkan menulis agama Islam.[2] Beberapa peneliti menghubungkan agama Islam Tua dengan penyebaran Islam Syiah di Nusantara.[3]
Sejarah
Agama Islam pertama kali diperkenalkan di wilayah Kepulauan Sangihe oleh seseorang dari semenanjung Arab yang bernama Maulana Moe'min pada abad ke-15 M. Ia menyebarkan Islam dengan dukungan Kerajaan Lamauge, yang merupakan salah satu kerajaan Islam di Sangihe dan masih bagian dari kekuasan Kerajaan Tabukan. Islamisasi ini juga ditunjang oleh perdagangan dan kekerabatan dengan kerajaan-kerajaan sekitar kepulauan Sulu dan Mindanao yang kini bagian dari Filipina.
Selain itu, Raja Syam Alam atau Samangsialang juga menjadi pelopor penyebaran Islam kala itu. Ketika ia berkuasa, muncullah sesosok imam bernama Imam Masade atau lebih dikenal dengan sebutan Mawu Masade.[3]
Persebaran
Persebaran pemeluk agama Islam Tua meliputi Kampung Pindang, kecamatan Manganitu Selatan (sekarang sudah tidak ada), Kampung Lenganeng (pusat agama Islam Tua), Kampung Kalekube dan Pulau Enggohe, kecamatan Tabukan Utara, dan di Kota Bitung. Dari data 2007, diperkirakan pemeluk agama ini mencapai 3.000 jiwa.[2]
Keagamaan
Beberapa tata cara keagamaan yang berbeda dengan agama Islam:[3]
Diko'u Soro, acara yang hanya dilakukan tiga hari sebelum Idul Fitri.
Sembahyang, ajaran ini mengajarkan salat yang hanya seminggu sekali, yakni hari Jumat. Seorang imam berada di tengah-tengah jemaah yang melingkarinya dan berdoa bersama.
Pemilihan Imam, penunjukan seorang Imam yang diberikan kepada seorang yang dirasa mampu dalam pengetahuan agama Masade atau Islam Tua.