Qori Muammar Zainal Asyikin (bahasa Arab: معمر زين العاشقين; lahir 14 Juni 1954) biasa disingkat Muammar ZA atau Muammar Z.A. adalah seorang Qari' senior dan Hafiz dari Indonesia yang dikenal secara nasional maupun internasional. Ia pemenang lomba pembacaan Qur'an yang dikenal dengan "Musabaqah Tilawatil Quran" ("MTQ") pada tahun 1980an di Indonesia maupun di luar negeri. Bakatnya sudah terlihat sejak kecil pada saat mengikuti lomba membaca Al-Qur'an di Pemalang pada tahun 1962 mendapat juara di umur 7 tahun.[2] H. Muammar, dikenal secara internasional dengan kemampuan nafas panjangnya (terpanjang di dunia).[3]
Ia dikenal memiliki segudang prestasi yang berhubungan dengan dunia qiro’ah Al-Quran. Di antaranya, ia pernah menjadi juara 1 MTQ Se-Propinsi DIY tahun 1967. Selain itu, selama tiga kali berturut-turut (1967, 1972, 1973) menjuarai MTQ tingkal nasional mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tahun 1979 dan 1986 menjadi juara dalam lomba qori’ tingkat Internasional. Atas berbagai keberhasilannya ia kerap diundang keliling di berbagai belahan dunia. Di antaranya ia diundang mengaji di Istana Raja Hasanah Bolkiah (Brunei), Istana Yang Dipertuan Agung Malaysia hingga ke Jazirah Arab.[4]
Qari Muammar ZA pernah diundang ke Pakistan untuk melantunkan ayat suci Al-Quran disana pada tahun 2009[5][6][7] Beliau juga pernah diundang untuk melantunkan ayat suci Al-Quran di Turki pada tahun 2004.[8]
Riwayat Hidup
Pendidikan
Usai SD, Muammar mondok di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Kaliwungu dikenal sebagai kota santri. Di sana puluhan pesantren berdiri. Setelah mondok, Muammar belajar di PGA di Yogyakarta. Sempat pula ia belajar di IAIN Sunan Kalijaga. Selama kuliah ia masih menggeluti dunia qari. Mengikuti MTQ tingkat Provinsi DIY tahun 1967, ia berhasil menyabet juara pertama tingkat remaja. Setelah itu langganan tetap menjadi kontingen DIY di MTQ Nasional. Dari Yogyakarta, Muammar ZA pindah ke Jakarta melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ), Ciputat.[9]
Latar Belakang
H. Muammar ZA. adalah putra ketujuh dari sepuluh bersaudara (hanya sembilan yang mencapai dewasa) dari pasangan H. Zainal Asykin dan Hj. Mu’minatul Afifah, yang juga merupakan tokoh agama di desanya. Ia dilahirkan di Dusun Pamulihan, Warungpring, Kecamatan Moga, kurang lebih 40 KM selatan ibu kota Kabupaten Pemalang. Adik beliau yang bernama Imron Rosyadi ZA., juga mengikuti jejaknya menjadi qari nasional setelah menjuarai MTQ. Qari Muammar menikah dengan seorang wanita Aceh yang bernama Syarifah Nadiya pada tahun 1984 dan dikaruniai seorang putri dan 4 putra.[2]
Pada tahun 2002, beliau mendirikan Pesantren "Ummul Quro" (Bahasa Arab: أم القرى) yang berada di Cipondoh, Tangerang untuk menciptakan Qari dan qariah muda berkelas internasional sejak dini.[10]