Kekaisaran Brunei Atau Kesultanan Brunei merupakan Kerajaan Melayu yang berdiri pada pada awal abad ke-7 terletak dibagian utara pesisir pulau Kalimantan (Borneo), Asia Tenggara. Kekaisaran ini dikuasai oleh raja Yang beragama Hindu dan Buddha yang kemudian berpindah keyakinan menjadi Islam (Muslim). Karena tidak ada sumber lokal mengenai bukti keberadaan Kerajaan Brunei, catatan dari Tionghoa telah digunakan untuk melihat sejarah awal Brunei.[3] Boni dalam naskah Tionghoa kemungkinan merujuk pada seluruh Borneo, dan diklaim oleh pemerintah lokal sebagai Brunei. Hubungan diplomatik awal antara Borneo (Boni - 渤泥) dan Tionghoa dicatat dalam Taiping huanyuji (太平環宇記 - 978). Selama kekuasaan Sultan Brunei ke-5, Sultan Bolkiah, Brunei menjadi kerajaan yang kuat dan meliputi seluruh Borneo dan sebagian Filipina, terutama pulau Mindanao.
Memahami sejarah Kekaisaran Brunei cukup sulit karena hampir tidak disebutkan dalam sumber-sumber kontemporer pada masanya, serta kurangnya bukti tentang sifatnya. Tidak ada sumber lokal atau asli yang memberikan bukti untuk semua ini. Alhasil, teks Mandarin telah diandalkan untuk membangun sejarah awal Kekaisaraan Brunei.[4]Boni dalam sumber Bahasa Mandarin kemungkinan besar mengacu pada Kalimantan bagian barat, sementara Poli (婆利), mungkin terletak di Sumatera, diklaim oleh otoritas lokal untuk menyebut Brunei juga.
Sejarah
Sejarah pra-kekaisaran
Pada abad ke-14, Brunei tampaknya tunduk pada Pulau Jawa. Naskah Jawa Nagarakretagama, yang ditulis oleh Prapanca pada tahun 1365, menyebutkan Barune sebagai negara bawahan Majapahit,[5] yang harus memberikan upeti tahunan sebanyak 40 katikamper.
Kebangkitan Kekaisaran Brunei
Menyusul kehadiran Portugis setelah jatuhnya Malaka, para pedagang Portugis berdagang secara teratur dengan Brunei dari tahun 1530 dan menggambarkan ibu kota Brunei dikelilingi oleh tembok batu.[6][7]
Pada akhir abad ke-17, Brunei memasuki masa kemunduran yang disebabkan oleh perselisihan internal atas suksesi kerajaan, ekspansi kolonial kekuatan Eropa, dan pembajakan.[15]Kekaisaran Brunei kehilangan sebagian besar wilayahnya karena kedatangan kekuatan barat seperti Spanyol di Filipina, Belanda di Kalimantan Selatan dan Inggris di Labuan, Sarawak, dan Kalimantan Utara. Hingga pada tahun 1725, banyak jalur perdagangan Brunei telah diambil alih oleh Kesultanan Sulu.[16]
Pada tahun 1888, Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin kemudian meminta Britania untuk menghentikan perambahan lebih lanjut.[17] Pada tahun yang sama Britania menandatangani "Perjanjian Perlindungan" dan menjadikan Kekaisaran Brunei sebagai protektorat Britania.[15] Hingga pada tahun 1984, waktu dimana Kekaisaran Brunei mendapatkan kemerdekaan.[18][19]
Pemerintahan
Kekaisaran dibagi menjadi tiga sistem tanah tradisional yang dikenal sebagai Kerajaan (Properti Mahkota), Kurina (properti resmi) dan Tulin (properti pribadi turun-temurun).[20]
^Jamil Al-Sufri, Tarsilah Brunei: The Early History of Brunei up to 1432 AD (Bandar Seri Begawan: Brunei History Centre, 2000)
^Mohd. Jamil Al-Sufri, Pehin Orang Kaya Amar Diraja Dato Seri Utama Haji Awang (2000). Tarsilah Brunei : the early history of Brunei up to 1432 AD. Mohd. Amin Hassan, Belia dan Sukan Brunei. Kementerian Kebudayaan (edisi ke-English ed). Brunei Darussalam: Brunei History Centre, Ministry of Culture, Youth and Sports. ISBN99917-34-03-1. OCLC61282373.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan (link)
Holt, P. M.; Lambton, Ann K. S.; Lewis, Bernard (1977). The Cambridge History of Islam: Volume 2A, The Indian Sub-Continent, South-East Asia, Africa and the Muslim West. Cambridge University Press. ISBN978-0-521-29137-8.
Brunei Museum Journal (1986). The Brunei Museum Journal. The Museum of Brunei Darussalam.
McArthur, M.S.H.; Horton, A.V.M. (1987). Report on Brunei in 1904. Athens, Ohio: Ohio University Center for International Studies, Center for Southeast Asian Studies. ISBN0-896-80135-7.
Jamil Al-Sufri, Awang Mohd. Zain (1990). Tarsilah Brunei: sejarah awal dan perkembangan Islam (dalam bahasa Malay). Department of Historical Centre of Ministry of Culture, Youth and Sports of Brunei Darussalam.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Bala, Bilcher (2005). Thalassocracy: a history of the medieval Sultanate of Brunei Darussalam. School of Social Sciences, Universiti Malaysia Sabah. ISBN978-983-2643-74-6.
Suyatno (2008). "Naskah Nagarakretagama" (dalam bahasa Indonesian). National Library of Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 May 2017. Diakses tanggal 27 October 2014.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
History for Brunei Darussalam: Sharing our Past. Curriculum Development Department, Ministry of Education of Brunei Darussalam. 2009. ISBN978-99917-2-372-3.
Sidhu, Jatswan S. (2009). Historical Dictionary of Brunei Darussalam. Scarecrow Press. ISBN978-0-8108-7078-9.