Imperium kolonial Prancis adalah imperium yang dominan di dunia dari tahun 1600-an hingga akhir 1960-an, menjajah banyak koloni di berbagai tempat di dunia. Pada akhir abad ke-19 dan ke-20, kekuasaan global Prancis adalah terbesar kedua setelah Imperium Britania Raya. Imperium kolonial Prancis terbentang seluas 24.000.000 km² pada puncak kekuasaannya.
Dari abad ke-16 hingga abad ke-17, imperium kolonial Prancis Pertama membentang dari luas total pada puncaknya pada tahun 1680 menjadi lebih dari 10.000.000 km2 (3.900.000 sq mi), imperium terbesar kedua di dunia pada saat itu hanya di belakang Imperium Spanyol. Selama abad ke-19 dan ke-20, imperium kolonial Prancis adalah imperium kolonial terbesar kedua di dunia setelah Imperium Britania Raya; imperium ini membentang seluas 13.500.000 km2 (5.200.000 sq mi)[1] pada puncaknya pada tahun 1920-an dan 1930-an.
Namun dalam hal populasi, pada malam Perang Dunia II, Prancis dan harta kolonialnya hanya berjumlah 150 juta penduduk, dibandingkan dengan 330 juta untuk India Britania Raya saja. Total luas daratan dari gabungan imperium kolonial Prancis pertama dan kedua adalah lebih dari 24.000.000 km2. Imperium kolonial Prancis merupakan koloni, protektorat, dan wilayah mandat di seberang lautan yang berada di bawah kekuasaan Prancis sejak abad ke-16 dan seterusnya.
Pembedaan secara umum dibagi antara imperium kolonial Prancis pertama yang ada sampai 1814, di mana saat itu sebagian besar koloni telah hilang akibat perang napoleon dan imperium kolonial Prancis kedua, yang dimulai dengan penaklukan Aljir pada tahun 1830. Imperium kolonial kedua berakhir setelah kekalahan dalam perang Indochina (1954) dan kemerdekaan Aljazair (1962) kemudian dekolonisasi yang relatif damai di tempat lain setelah 1960.
Dekolonisasi
Imperium kolonial Perancis mulai runtuh selama Perang Dunia II, ketika berbagai wilayah jajahan diduduki oleh kekuatan asing (Jepang di Indochina, Britania Raya di Suriah, Lebanon dan Madagaskar, Amerika Serikat dan Britania Raya di Maroko dan Aljazair, dan Jerman dan Italia di Tunisia).
Namun, kontrol secara bertahap dibangun kembali oleh Charles de Gaulle, seusai Perang. Uni Prancis yang dibentuk dalam Konstitusi 1946, secara nominal menggantikan bekas imperium kolonial, tetapi para pejabat di Paris tetap memegang kendali penuh. Koloni diberi majelis lokal dengan kekuatan dan anggaran lokal terbatas. Muncul sekelompok elit, yang dikenal sebagai evolusi, yang merupakan penduduk asli dari wilayah seberang lautan tetapi tinggal di Prancis metropolitan. Setelah Konferensi Asia-Afrika, terjadi Dekolonisasi Afrika yang akhirnya banyak jajahan yang memperoleh kemerdekaan, meskipun negara yang merdeka masih bergantung kepada Prancis.[1]