Pada masa pecahnya Perang Dunia II di Pasifik, pulau Borneo terbaik dalam lima teritorial: empat di utara di bawah kekuasaan Inggris - Sarawak, Brunei, Labuan (pulau), dan Borneo Utara Britania (sekarang Sabah); dan sisa wilayah dari pulau tersebut di bagian selatan berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Karena sumber daya minyaknya, Borneo menjadi target utama bagi Jepang, dan penjagaannya sangat rendah. Karena sumber daya alam di negara asalnya sangat rendah, Jepang membutuhkan suplai tambahan, utamanya minyak, dalam rangka meraih tujuan jangka panjangnya menjadi kekuatan utama di kawasan Pasifik.
Pada 1941, Amerika dan Inggris telah menempatkan sebuah embargo terhadap ekspor bahan-bahan mentah ke Jepang karena agresi berkelanjutannya di Tiongkok. Borneo secara strategis berpengaruh bagi Jepang karena terletak di rute laut utama antara Jawa, Sumatra, Malaya dan Sulawesi. Kendali rute tersebut merupakan hal vital untuk mengamankan teritorial tersebut.
Rahman, Muhammad A. (1966). Rangkaian tawarikh negeri sabah (dalam bahasa Malay). Volume 2 of Siri Pustaka Sabah. Al-Ahmadiah Press. Diakses tanggal 10 March 2014.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Watt, Donald Cameron (1985). Pritchard, R. John; Zaide, Sonia M., ed. The Tokyo war crimes trial: index and guide. Volume 3 of Tokyo war crimes trial : the comprehensive index and guide to the proceedings of the Internat. Military Tribunal for the Far East; index and guide / annot., comp. and ed. by R. John Pritchard. Garland. ISBN0824047745. Diakses tanggal 10 March 2014.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
Wong, Danny Tze-Ken (2004). Historical Sabah: The Chinese. Volume 2 of Historical Sabah. Natural History Publications (Borneo). ISBN9838121045. Diakses tanggal 10 March 2014.