Kekaisaran Tibet
Kekaisaran Tibet (Tibet: བོད་ ཆེན་ པོ; Wylie: bod chen po, "Tibet Agung"), dikenal juga dengan nama Kerajaan Tubo, adalah sebuah kekaisaran yang pernah ada dari abad ke-7 sampai abad ke-9 EU (tahun 618 sampai 842 EU) ketika Songtsän Gampo, Tsenpo atau raja ke-33 dari suku Tubo, yang merupakan pemimpin tertinggi di Tibet, meyatukan lebih dari 10 suku-suku untuk mendirikan sebuah kerajaan yang disebut Kerajaan Tubo, dikenal juga sebagai Kekaisaran Tibet, dengan ibu kotanya di kota di mana kota Lhasa sekarang berada.[1] Songtsän Gambo menikmati hubungan baik dengan Dinasti Tang (618-907 EU). Pemerintahannya diuntungkan dari teknologi yang ditemukan oleh para ahli dari Dinasti Tang, dan dia dipengaruhi oleh budaya dan politik Tang.[1] Nama Tionghoa abad pertengahan yang paling terkenal untuk Tibet adalah 吐蕃 (juga 土蕃 atau 土番), dalam bahasa Mandarin modern, kata ini diucapkan Tǔfān atau Tǔbō. Nama ini pertama kali muncul dalam aksara Tionghoa sebagai 土番 pada abad ke-7 dan sebagai 吐蕃 pada abad ke-10.[2] Namri Songtsen dan pendiri DinastiKekuatan yang menjadi cikal bakal negara Tibet berasal dari kastil bernama Taktsé (Wylie: Stag-rtse) di Chingba (Phying-ba), distrik Chonggyä (Phyongs-rgyas). Menurut Sejarah Tibet Kuno ada kelompok yang meyakinkan Tagbu Nyazig (Stag-bu snya-gzigs) untuk memberontak terhadap Gudri Zingpoje (Dgu-gri Zing- po-Rje), yang menjadi vasal dari kekaisaran Zhangzhung di bawah Dinasti Lig myi. Kelompok ini menang melawan Zingpoje. Pada saat itu, Namri Songtsen (juga dikenal sebagai Namri Löntsän) adalah pemimpin klan yang menang satu per satu atas semua klan tetangganya. Dia menguasai semua daerah sekitar, Lhasa sekarang, sebelum pembunuhannya sekitar 618. Negara regional yang baru lahir ini kemudian dikenal sebagai Kekaisaran Tibet. Pemerintahan Namri Songtsen mengirimkan dua dutanya ke Dinasti Sui Tiongkok pada tahun 608 dan 609, menandai penampilan Tibet di kancah internasional.[3] Referensi
|