Kerajaan Qocho
Kerajaan Qocho, (Hanzi: 畏兀兒; Pinyin: Wèiwùér; harfiah: 'Uighur', Mongolia ᠦᠶᠭᠦᠷ Uihur "id.") dinamakan juga negara Idiqut ("Kemakmuran Suci, Kemuliaan"), adalah sebuah negara Uighur yang terbentuk pada masa 856–866 dan berbasis di Qocho (Gaochang saat ini, dinamakan juga Qara-Khoja, dekat Turpan saat ini); Kabupaten Jimsar; Kota Hami; dan Kucha.[4] Qocho berfungsi sebagai ibu kota musim dingin dan Bashbalik sebagai ibu kota musim panas. Kerajaan ini dikenal dengan nama Persia Uyghuristan atau Uyghurstan dalam periode kemudian. Kerajaan ini memainkan peranan dalam Turkifikasi Xinjiang. Orang Tionghoa, Turk, Tokharian, dan Iran berasimilasi ke dalam Kerajaan Uyghur di Qocho.[5] Orang Tionghoa merupakan salah satu etnis penduduk Qocho.[6] Kekuasaan Tiongkok Tang atas Qocho dan Turfan dan agama Buddha telah meninggalkan warisan abadi di Kerajaan Uighur Buddhis Qocho dengan nama yang diberikan Tang masih ada pada lebih dari 50 kuil Buddhis dan maklumat Kaisar Tang Taizong tersimpan di dalam "Menara Pustaka Kekaisaran" dan kitab Tionghoa seperti Jingyun, Yuian, Tangyun, dan Da Zang Jing (kitab Buddhis) tersimpan di dalam kuil Buddhis. Rahib Persia juga menjaga sebuah kuil Manichaean di kerajaan, buku geografi berbahasa Persia, Hudud al-'Alam menggunakan istilah "Pecinan" untuk menyebut Qocho, ibu kota Kerajaan Uighur.[7] Uighur Buddhis Turfan dari Kerajaan Qocho terus menerbitkan kamus sajak Qieyun Tionghoa dan mengembangkan pengucapan mereka sendiri untuk aksara Tionghoa, sisa dari pengaruh Tang atas wilayah tersebut.[8] Ahli bahasa Uighur modern Abdurishid Yakup menunjukkan bahwa Uighur Buddhis Turfan mempelajari bahasa Tionghoa dan menggunakan buku Tionghoa seperti Qianziwen (klasik seribu aksara) dan Qieyun (kamus sajak) dan tertulis bahwa "Di kota Qocho terdapat lebih dari lima puluh biara, dengan semua namanya diberikan oleh kaisar dari dinasti Tang, yang menyimpan banyak kitab Buddhis seperti Tripitaka, Tangyun, Yupuan, Jingyin, dan lain-lain." [9] Di Asia Tengah, Uighur memandang naskah Tionghoa "sangat bergengsi" sehingga ketika mereka mengembangkan alfabet Uighur kuno, yang berdasarkan naskah Suriah, mereka sengaja beralih ke posisi vertikal seperti penulisan Tionghoa dari aslinya posisi horizontal dalam versi Suriah.[10] Kerajaan ini merupakan sebuah negara Buddhis, dengan sponsor negara baik Buddhisme Mahayana dan Manichaeisme, dan merupakan pusat kebudayaan Uighur. Orang-orang Uighur banyak mensponsori pembangunan kuil-gua di tempat yang sekarang bernama Gua Ribuan Buddha Bezeklik. Referensi
|