Tujuan dari garis waktu ini yakni untuk memberikan catatan terperinci akan agama Buddha yang dimulai dari lahirnya Buddha Gautama hingga saat ini.
Masa Awal hingga Tarikh Masehi
Beberapa sumber menyebutkan kelahiran Budda pada 563 SM dan yang lainnya 624 SM; negara-negara Buddhis Theravada cenderung menggunakan waktu yang belakangan. Hal ini membuat semua tahun pada daftar di bawah ini mundur sekitar 61 tahun. Lihat Theravada BuddhismDiarsipkan 2008-09-29 di Wayback Machine..
Juga terdapat kontroversi mengenai tanggal awal Era Buddhis, dengan 544 SM dan 483 SM yang diajukan sebagai saat pencapaian parinibbana Buddha. Seperti yang dikemukakan oleh Wilhelm Geiger, menurut catatan sejarah Sri Lanka, Dipavamsa dan Mahavamsa merupakan sumber utama dari kronologiAsia Selatan kuno; mereka memberikan tanggal penyucian (abhisheka) Asoka hingga 218 tahun setelah parinibbana. Chandragupta Maurya naik takhta 56 tahun sebelumnya, atau 162 tahun setelah parinibbana. Jadi, perkiraan tanggal naik takhtanya Chandragupta diketahui dalam dua tahun sejak 321 SM (dari Megasthenes). Oleh karena itu, perkiraan waktu parinibbana berkisar antara 485 dan 481 SM - jadi cocok benar dengan penetapan tanggal dari tradisi Mahayana yakni tahun 483 SM.[1]
Perbedaan antara dua perhitungan waktu ini sepertinya terjadi pada masa antara pemerintahan Raja Sri Lanka Udaya III (946-954 atau 1007-1015) dan Pârakkama Pandya (c. 1046-1048), ketika terjadi pergolakan di negara itu..[1]
534 SM: Pangeran Siddharta keluar dari istana untuk pertama kali dan melihat Empat penampakan: seorang tua, orang sakit, mayat dan orang suci. Ia terkejut oleh tiga hal pertama— ia tidak mengetahui apa itu usia, penyakit dan kematian—tetapi terinspirasi oleh orang suci sehingga ia menyerahkan seluruh kekayaannya. Ia meninggalkan rumahnya dan tinggal bersama tiga pertapa. Akan tetapi, ia menginginkan sesuatu yang lebih daripada berpuasa hingga lapar, sehingga ia mencari seorang guru agama.
528 SM: Siddhartha Gautama mencapai Pencerahan di Buddha Gaya (sekarang dikenal dengan nama Bodhgaya), kemudian berkelana menuju ke Taman Rusa Isipatana di Sarnath (dekat Varanasi), India, dan mengajarkan Dharma untuk pertama kalinya.
528 SM Menurut legenda, Tapassu dan Balluka, dua pedagang bersaudara dari Okkala (sekarang dikenal dengan nama Yangon), mempersembahkan hidangan pertama kepada Siddharta Gautama sebagai Buddha yang tercerahkan. Sang Buddha memberikan delapan helai rambutnya kepada dua bersaudara tersebut; helai rambut tersebut dibawa kembali ke Myanmar dan disemayamkan di Pagoda Shwedagon. Oleh karenanya, menurut mitos, tahun tersebut merupakan waktu pendirian Pagoda Shwedagon.
l.k. 490–410 SM: Masa hidup sang Buddha, menurut penelitian terkini.[2]
l.k. 250 SM: Contoh pertama naskah Kharoṣṭhī yang telah dikembangkan penuh dimulai pada periode ini (catatan Aśoka di Shāhbāzgaṛhī dan Mānsehrā, sebuah wilayah barat laut anak benua India).
Abad ke-3 SM: Pedagang-pedagang India secara teratur mengunjungi pelabuhan di Arabia, menjelaskan luasnya pemakaian nama tempat di wilayah itu dengan asal usul India atau Buddhis; contoh bahar (dari bahasa Sanskertavihara, sebuah kuil Buddhis]]). Para biarawan Buddhis utusan Asoka membawa ajaran agama Buddha ke Suwannaphum, yang lokasinya masih diperselisihkan. Dipavamsa dan orang Mon percaya bahwa tempat itu merupakan pemukiman bahari di tempat yang dikenal sekarang dengan nama Birma.
Abad ke-1 SM: Gubernur Indo-Yunani Theodorus menyemayamkan relikui sang Buddha, mendedikasikannya kepada "Yang Mulia Shakyamuni" yang didewakan.
29 SM: Menurut catatan sejarah Srilanka, Kanon bahasa Pali ditulis pada masa pemerintahan Raja Vaṭṭagamiṇi (29–17 SM)[1]
2 SM: Hou Hanshu mencatat kunjungan utusan Yuezhi pada tahun 2 M ke ibu kota Tiongkok, yang memberikan pengajaran lisan akan sutra-sutra agama Buddha.[3]
Garis waktu: Perkembangan dan penyebaran tradisi Buddhis
(lk. 450 SM – lk. 1300 M)
116 M: Warga Kushan, di bawah pimpinan Kanishka, mendirikan kerajaan yang berpusat di Kashgar, juga mengambil kuasa atas Khotan dan Yarkand—sebelumnya merupakan tanah jajahan Tiongkok di Tarim Basin, sekarang dikenal dengan nama: Xinjian.
148 M: An Shigao, seorang pangeran Parthia dan bhikkhu Buddhis, tiba di Tiongkok dan melanjutkan pembuatan terjemahan pertama naskah Theravada ke dalam bahasa Tionghoa.
178 M: Seorang bhikku Kushan, Lokaksema berkunjung ke ibu kota Tiongkok, Loyang dan menjadi penerjemah pertama naskah Mahayana ke bahasa Tionghoa yang dikenal.
296 M: Naskah Buddhis dalam bahasa Tionghoa yang paling awal, bertanggal tahun ini (Zhu Fo Yao Ji Jing, ditemukan di Dalian, akhir tahun 2005).
Abad ke-4: Dua orang bhikkhu dari Tiongkok membawa naskah-naskah ke kerajaan Goguryeo, Korea dan mendirikan pembuatan kertas di Korea.
320-467 M: Sebuah universitas di Nalanda mendukung 3.000–10.000 bhikkhu.
399-414 M: Fa Xian melakukan perjalan dari Tiongkok ke India, kemudian kembali menerjemahkan karya-karya Buddhis ke dalam bahasa Tionghoa.
Abad ke-5: Kerajaan Funan (sekarang berlokasi di pusat Kamboja) mulai menganjurkan Buddhisme dalam rangka penggantian dari Hinduisme. Bukti awal mengenai Buddhisme di Myanmar (catatan berbahasa Pali). Bukti awal akan Buddhisme di Indonesia (patung). Penafsiran ulang awal akan naskah-naskah berbasah Pali. Stupa di Dambulla, (Sri Lanka) dibangun.
552 M: Agama Buddha diperkenalkan di Jepang melalui Baekje (Korea), menurut Nihonshoki; beberapa pelajar menempatkan peristiwa ini pada tahun 538 M.
Awal abad ke-7: Jingwan mulai memahat sutra-sutra ke batu di Fangshan, Yuzhou, 75 km barat daya dari kota yang sekarang ini dikenal dengan nama Beijing.
607 M: Utusan kerajaan Jepang diutus ke Dinasti Sui di Tiongkok guna mendapatkan salinan sutra-sutra.
Abad ke-7: Xuan Zang berkunjung ke India, memperhatikan penganiayaan umat Buddha oleh Sasanka (raja Gouda, negara bagian di barat laut Bengal) sebelum kembali ke Chang An di Tiongkok guna menerjemahkan naskah-naskah Buddhis. Akhir dari penguasaan sporadis Buddhis di Sindh. Raja Songsten Gampo dari Tibet mengirimkan utusan ke India untuk mendapatkan naskah-naskah Buddhist. Catatan terakhir yang menggunakan aksara Kharoṣṭhī di antara komunitas Buddhis sekitar Kucha.
671 M: Peziarah Buddhis yang berasal dari Tiongkok, Yi Jing, berkunjung ke Palembang, ibu kota dari sebagian kerajaan Buddhis Srivijaya di pulau Sumatra, Indonesia dan mencatat sejumlah 1000 bhikkhu yang menetap. Uisang kembali ke Korea setelah mempelajari Buddhisme Huayan Tiongkok dan mendirikan kelompok Hwaeom.
736 M: Huayan dikirim ke Jepang melalui Korea, ketika Rōben mengundang bhikkhu Hwaeom Korea Simsang untuk menyampaikan pengajaran, dan secara resmi mendirikan tradisi Kegon Jepang di kuil Tōdaiji.
743–754 M: Bhikkhu TiongkokJianzhen berusaha untuk mencapai Jepang sebelas kali, berhasil pada tahun 754 untuk mendirikan kelompok Ritsu Jepang, yang khusus mempelajaran 'vinaya (peraturan biara).
Abad ke-8: Dibawah kekuasaan Raja Trisong Deutsen, Padmasambhava berkunjung dari Afghanistan untuk mendirikan Buddhisme tantrik di Tibet (yang kemudian dikenal dengan sebutan kelompok Buddhisme Tibet Nyingma), menggantikan agama utama kerajaan Bonpo. Buddhisme dengan cepat berkembang ke Sikkim dan Bhutan.
c. 760 M: Pembangunan Candi Borobudur dimulai, candi Buddha terkenal di Indonesia. Bangunan ini diselesaikan sebagai monumen Buddhis pada tahun 830 M, setelah pekerjaan selama 50 tahun.
804 M: Dibawah kekuasaan Raja Kammu dari Jepang, rombongan empat kapal berlajar dari Tiongkok. Dari dua kapal yang tiba, satu kapal yang ditumpangi oleh bhikkhu Kūkai—yang baru-baru ini diberikan gelas oleh pemerintahan Jepang sebagai seorang Bhikkhu—yang meyerap ajaran Vajrayana di Chang'an dan kembali ke Jepang untuk mendirikan kelompok Shingon. Kapal lain yang ditumpangi oleh bhikkhu Saichō, yang kembali ke Jepang untuk mendirikan kelompok Tendai, sebagian berdasarkan tradisi Tiantai Tiongkok.
838–847 M: Ennin, seorang pendeta dari kelompok Tendai, berkunjung ke Tiongkok selama sembilan tahun. Ia mencapai baik gunung umat Buddha yang terkenal, Wutaishan dan ibu kota Tiongkok, Chang'an, menyimpan catatan harian terperinci yang pada sumber utama atas periode ini dari sejarah Tiongkok, termasuk penganiayaan umat Buddhis.
841–846 M: Raja Wuzong dari Dinasti Tang (nama yang diberikan: Li Yan) berkuasa di Tiongkok; ia salah satu dari tiga raja Tiongkok yang melarang agama Buddha. Dari tahun 843-545, Wuzong menjalankan Penganiayaan anti-umat Buddha, yang secara tetap melemahkan struktur institusi Buddhisme di Tiongkok.
Abad ke-9: Tibet: Penurunan dalam Buddhisme; penganiayaan oleh Raja Langdarma.
Abad ke-10: Pembangunan kuil Buddhis di Bagan, Myanmar dimulai. Di Tibet, kembangkitan Buddhisme yang kuat dimulai. Kelompok Caodong dari Zen didirikan oleh Dongshan Liangjie dan para pengikutnya di selatan Tiongkok.
971 M: Dinasti Song Tiongkok memerintahkan pemahat Chengdu untuk mengukir seluruh kanon Buddhis guna penyetakan. Karya ini diselesaikan pada 983 M; sejumlah total 130.000 blok telah dihasilkan.
991 M: Sebuah salinan kanon Buddhis dari era Dinasti Song tiba di Korea, hal ini mengesankan pemerintah.
1009 M: Dinasti Lý dari Vietnam dimulai, yang sebagian dibawa oleh sebuah persekutuan kerahiban Buddhis. Raja-raja Ly melindungi Buddhisme Mahayan, sebagai tambahan atas semangat-semangat tradisional.
1010 M: Korea memulai pemahatan edisi balok-kayu cetak atas kanon Buddhis. Tanggal penyelesaian tidak diketaui; kanon secara berkesinambungan berkembang, dengan ditambahkan naskah-naskah baru dari Tiongkok.
1017 M: Di Asia Tenggara, dan secara khusus Sri Lanka, Urutan Bhikkhuni (Bhikku wanita) terhenti karena invasi. Garis silsilah bhikku di Sri Lanka kemudian dihidupkan kembali dengan para bhikku dari Burma.
1025 M: Srivijaya, sebuah kerajaan Buddhis yang berbasis di Sumatra, diserang oleh kerajaan Chola dari selatan India; kerajaan ini tetap bertahan, tetapi kepetingannya mulai berkurang. Segera setelah penyerangan, pusat pemerintahan kerajaan berpindah ke arah utara dari Palembang ke Jambi-Melayu.
1044–1077 M: Di Burma, raja pertama Pagan, Anoratha berkuasa. Ia mengubah agama negara menjadi Buddhisme Theravada dengan bantuan bhikkhu-bhikkhu dan buku-buku dari Sri Lanka. Ia juga dikatakan telah beralih agama ke Buddhisme Theravada oleh seorang bhikkhu Mon, walau kepercayaan lain masih didapati.
1100–1125 M: Raja Huizong berkuasa selama pemerintahan Dinasti Song Tiongkok dan melarang agama Buddha guna mempromosikan Tao. Ia merupakan satu dari tiga raja Tiongkok yang melarang agama Buddha.
1164 M: Polonnaruwa, Sri Lanka dihancurkan oleh serbuan pihak asing. Dengan panduan dari dua bhikkhu hutan - YM. Mahakassapa dan YM. Sariputta, Parakramabahu I menyatukan kembali para bhikku ke dalam sekte Mahavihara
1181 M: Jayavarman VII, seorang bodhisattva, pengikut setia Buddhisme Mahayana (walau ia juga melindungi Hinduisme), mengambil kendali kerajaan Khmer. Ia membangun Bayon, bangunan Buddhis yang paling terkemuka di komplek kuil Angkor. Hal ini menyatukan tahapan peralihan lanjutan masyarakat Khmer ke Buddhisme Theravada.
1190 M: Di Myanmar, keturunan Anawrahta berhasil mengambil alih kendali dengan bantuan Sri Lanka. Pagan telah berada dalam keadaan anarki. Rezim yang baru membentuk kembali Buddhisme Myanmar ke bentuk Theravada di Sri Lanka.
1236 M: Bhikkhu-bhikkhu dari Kañcipuram, India, tiba di Sri Lanka guna menghidupkan kembali silsilah penahbisan Theravada
Akhir abad ke-12: Pusat pendidikan Buddhis terbesar di Nalanda, India, (pusat agama Buddha) di mana beragam subyek diajarkan. Subyek seperti Buddhisme, Logika, Filsafat, Hukum, Kedokteran, Tatabahasa, Yoga, Matematika, Alkemis, dan Astrologi, dihancurkan, dijarah dan dibakar oleh penyerbu islam. Nalanda didukung oleh raja-raja dari beberapa dinasti dan berfungsi sebagai pusat pengajaran internasional yang besar.
Abad ke-13: Theravada melampaui Mahayana—sebelumnya dijalani sejajar dengan Hinduisme— sebagai bentuk dominan akan agama Buddha di Kamboja; perubahan ini dipengaruhi oleh Sri Lanka. Di Persia, seorang sejarawan Rashid-al-Din Hamadani mencatat sekitar sebelas naskah Buddhis yang beredar dalam terjemahan Arab, diantaranya dikenali sebagai Sukhavait-vyuha dan Karanda-vyuha. Bagian dari Samyutta dan Anguttara-Nikaya, beserta bagian dari Maitreya-vyakaran, juga dikenali dalam kumpulan ini.
1222 M: Kelahiran Nichiren Daishonin (1222–1282), pendiri Buddhisme Nichiren yang berasal dari Jepang.
c. 1279–1298 M: Penguasa ketiga dan paling terkenal Sukhothai, Ram Khamhaeng (Rama Yang Tegas), berkuasa dan menjadikan Laos sebagai pengikut, Thailand yang lebih modern, Pegu (Birma), dan sebagian Peninsula Malaysia, yang membangkitkan tradisi artistik Sukhothai. Setelah kematian Ram Khamhaeng, Sukhothai kehilangan kendali atas wilayahnya dan pengikutnya menjadi independen.
1405–1431 M: Seorang laksamana kasim Tiongkok, Zheng He membuat tujuh perjalanan dalam periode ini, melalui Asia Tenggara, India, dan Teluk Persia, Afrika Timur, dan Mesir. Pada waktu itu, Buddhisme sudah berdiri kokoh di Tiongkok, sehingga pengunjung pasti akan mendapatkan pengalaman akan Buddhisme Tiongkok.
Abad ke-17 & Abad ke-18: Ketika Vietnam terbagi pada periode ini, penguasa-penguasa Nguyễn dari selatan mendukung Buddhisme Mahayana sebagai ideologi integratif untuk masyarakat dengan beragam suku bangsa dari kerajaannya, yang juga didiami oleh Champa dan minoritas lain.
Abad ke-19: Di Thailand, Raja Mongkut—dirinya merupakan bekas bhikkhu—memimpin kampanye guna reformasi dan modernisasi kebhikkhuan, sebuah gerakan yang terus berlangsung hingga abad sekarang di bawah inspirasi dari beberapa bhikkhu pertapa dari wilayah timur laut.
1802–1820 M: Nguyễn Ánh sampai ke tahta dari persatuan Vietnam yang pertama; ia berhasil menghentikan Pemberontakan Tayson di selatan Vietnam dengan bantuan Rama I di Bangkok, kemudian mengambil alih bagian utara dari kelompok Trinh. Setelah menduduki kuasa, ia menciptakan keadaan konfusianis kuno dan berkeinginan untuk membatasi pengaruh persaingan dengan Buddhisme. Ia mencegah pria dewasa untuk menghadiri perayaan Buddhis
1820–1841 M: Minh Mạng berkuasa atas Vietnam, selanjutnya membatasi Buddhisme. Ia menegaskan bahwa seluruh bhikkhu harus ditugaskan di sekitar serambi dan membawa dokumen identifikasi. Ia juga menempatkan batasan baru akan materi cetak dan memulai penganiayaan misionaris Katolik dan beralih agama sedangkan penerusnya (bukan tanpa provokasi) terus berlanjut.
c. 1860 M: Di Sri Lanka, bertentangan dengan seluruh harapan, monastik dan komunitas awam membawa pembaharuan besar dalam Buddhisme, sebuah gerakan yang langsung bersamaan dengan pertumbuhan nasionalisme; pembaharuan ini mengikuti sebuah periode penganiayaan oleh kekuatan-kekuatan asing. Sejak itu, Buddhisme berkembang, dan bhikkhu Sri Lanka dan masyarakat awam pendatang berperan penting dalam penyebaran Buddhisme Theravada di Asia, Barat dan bahkan di Afrika.
1879 M: Sebuah dewan dibentuk di bawah perlindungan raja Mindon Min dari Myanmar guna menyunting kanon Pali. Raja memiliki 729 batu yang berukirkan naskah-naskah, yang kemudian berdiri tegak di lantai sebuah biara dekat Mandalay.
1882 M: Kuil Giok Buddha didirikan di Shanghai, Tiongkok, dengan dua buah patung Buddha yang terbuat dari Giok yang di impor dari Myanmar.
c. 1884 M: U Dhammaloka kelahiran Irlandia ditahbiskan di Birma; orang pertama yang dinamai tetapi bukan orang barat pertama yang menjadi bhikkhu.
1899 M: Gordon Douglas ditahbiskan di Myanmar; sampai sekarang ini diperkirakan merupakan orang barat pertama yang ditahbiskan dalam tradisi Theravada.
1908 M: Charles Henry Allan Bennett seorang warga negara Britania Raya yang sebelumnya ditahbiskan sebagai Bhikkhu Ananda Metteya di Burma memimpin Misi Buddhis Pertama ke Barat.
1954 M: Sidang Agung Keenam dilaksanakan di Yangon, Myanmar, yang diorganisir oleh U Nu. Berakhir bersamaan dengan peringatan 2500 tahun wafatnya Sang Buddha.
1956 M: Seorang Dalit dari India, B.R. Ambedkar beralih ke agama Buddha, dengan lebih dari 350.000 pengikut—awal dari gerakan Neo-Buddhis modern.
1957 M: Gua-gua dekat puncak gunung Pai-tai, distrik Fangshan, 75nbsp;km barat daya Beijing, dibuka kembali, menampilkan ribuan sutra-sutra Buddhis yang telah dipahat di batu sejak abad ke-7. Tujuh satuan cetakan terbuat, dan batu-batu tersebut diberikan nomor, dalam proses pengerjaan hingga tahun 1959.
1959 M: Dalai Lama ke-14 melarikan diri dari Tibet disebabkan oleh kerusuhan dan mendirikan komunitas dalam pelarian di India. Biara-biara yang ikut berpartisipasi daalam atau menjadi tempat perlindungan para partisan kekerasan, dirusak dan dihancurkan dalam perselisihan.
1974 M: Wat Pah Nanachat, biara pertama yang didedikasikan untuk menyediakan pelatihan dan dukungan kepada bhikkhu Buddhis barat, didirikan di Thailand oleh Yang Mulia Ajahn Chah. Bhikkhu yang dilatih disini nantinya akan mendirikan biara-biara cabang diseluruh negara.
1974 M: Di Burma, selama demonstrasi di pemakaman U Thant, 600 bhikku ditahan dan beberapa diantaranya disangkur oleh kekuatan pemerintah.
1975 M: Penguasa-penguasa KomunisLao berusaha untuk mengubah perilaku terhadap agama—secara khusus, meminta para bhikkhu untuk bekerja, bukan meminta-minta. Hal ini menyebabkan banyak yang kembali menjadi masyarakat awam, tetapi agama Buddha tetap popular.
1975–1979 M: Komunis Kamboja di bawah pimpinan Pol Pot berusaha untuk menghancurkan agama Buddha seutuhnya, dan hampir mendekati keberhasilan. Pada saat Penyerbuan Vietnam di Kamboja pada tahun 1978, hampir seluruh bhikkhu dan intelektual agama telah dibunuh atau dihalau ke dalam pengasingan, dan hampir seluruh kuil dan perpustakaan Buddhis dihancurkan.
1976 M: Sehubungan dengan demonstrasi di Burma, pemerintah berusaha untuk mendiskredit bhikkhu kritis La Ba dengan memberikan pernyataan bahwa ia adalah seorang kanibal dan pembunuh.
1978 M: Di Myanmar, lebih banyak bhikkhu dan calon-bhikkhu ditangkap, dilepas-jubahkan, dan ditahan oleh pemerintah. Biara-biara ditutup dan lahannya disita. Bhikkhu kritis U Nayaka ditahan dan meninggal dunia, pemerintah menyatakan hal tersebut sebagai aksi bunuh diri.
1980 M: Pemerintahan militer Myanmar menegaskan kekuasaan atas sangha, kekerasan terhadap para bhikkhu terus berlanjut sepanjang dekade.
1988 M: Selama pemberontakan tahun 1988, pasukan Badan Perdamaian dan Pengembangan Negara Bagian (bahasa Inggris: State Peace and Development Council (SPDC)) menembak jatuh para bhikkhu. Setelah pemberontakan, U Nyanissara, seorang bhikkhu senior, merekam sebuah kaset mengenai diskusi tentang demokrasi dalam pandangan Buddhis; kaset tersebut dilarang.
27 Agustus 1990: Lebih dari 7000 bhikkhu bertemu di Mandalay, di Myanmar, memanggil pemboikotan atas militer. Mereka menolak menerima sumbangan dari keluarga militer atau melakukan pelayanan untuk mereka. Pemerintahan militer merazia biara-biara dan menahan ratusan bhikkhu, termasuk bhikkhu senior U Sumangala dan U Yewata. Bhikkhu-bhikkhu ini menghadapi hukuman penjara yang panjang, dan seluruh bhikkhu yang ikut serta dalam pemboikotan dilepas-jubhakan; beberapa bhikkhu disiksa selama interogasi.
1992 M: Patung Buddha di Hyderabad, India diletakkan, sebuah karya dari mantan Kepala Menteri Andhra Pradesh, Almarhum Sri N.T. Rama Rao. Patung dengan tinggi 16-meter, 350-ton monolitik raksasa yang berdiri tinggi dari perairan indah dan tenang di Danau Husain Sagar. Patung itu dibuat dari granit putih, diukir dengan baik dan berdiri tegak dengan agung di tengah danau. Patung ini kemudian disucikan oleh Dalai Lama.
1996 M, India: Tata tertib dan silsilah bhikkhuni (biarawati Buddhis) dibangkitkan kembali di Sarnath, Idnia melalui upaya Sakyadhita, sebuah Asosiasi Wanita Buddhis Internasional (bahasa Inggris: International Buddhist Women Association). Kebangkitan ini dilakukan dengan beberapa penolakan dari beberapa penafsir yang lebih literal dari Vinaya Buddhis (tata cara monastik) dan dipuji oleh bagian lain dari komunitas.
25 Januari 1998 M: Teroris Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) melakukan serangan bunuh diri di wilayah suci Buddhis yang juga merupakan sebuah pusat Warisan Dunia UNESCO: Kuil Gigi (bahasa Inggris: Temple of the Tooth, bahasa Sinhala: ශ්රී දළදා මාළිගාව ; Sri Dalada Maligawa), di mana relik gigi sang Buddha diabadikan. Delapan warga sipil terbunuh dan 25 lainnya terluka dan kerusakan berarti terjadi pada bangunan kuil, bangunan yang pertama kali dibangun pada tahun 1592 M.
April 2004 M: Di Sri Lanka, bhikkhu-bhikkhu Buddhis sebagai kandidat untuk partai Jaathika Hela Urumaya memenangkan pemilihan suara dan menduduki sembilan bangku.
^ abcGeiger (Tr)Ārya 'ṣṭāṅga mārgaḥ, Wilhelm (1912). The Mahawamsa or Great Chronicle of Ceylon. Oxford: Oxford University Press (for the Pali Text Society). hlm. 300. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-30. Diakses tanggal 2011-09-19.
^Canzonieri, Salvatore (1998). "History of Chinese Martial Arts: Jin Dynasty to the Period of Disunity". Han Wei Wushu. 3 (9).Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)