Dalam Buddhisme, istilah ini secara khusus lebih merujuk kepada jalur lintasan ritual.[3] Pradaksina dilakukan dengan mengelilingi stupa, pohon Bodhi, atau rupang Buddha sebanyak tiga kali. Penghormatan dilakukan bersamaan dengan meditasi sambil berjalan searah jarum jam. Dalam melakukan pradaksina, peserta harus dijaga oleh orang lain agar posisinya selalu berada di sisi kanan objek pemujaan.[6]
Dalam agama Hindu, parikrama terhadap dewa-dewi agama dalam sebuah pura, sungai-sungai suci, bukit-bukit suci, dan sekelompok pura yang berdekatan sebagai simbol doa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peribadatan umat Hindu.[7][8][9]Parikrama dilakukan setelah menyelesaikan puja atau praktik bakti lainnya, dan setelah dilakukannya darshana (penghormatan kepada dewa). Pradaksina harus dilakukan dengan dhyana (kontemplasi spiritual atau meditasi). Arsitektur candi Hindu biasanya mencakup berbagai jalur pradaksina.[10] Mungkin ada jalan parikrama yang mengelilingi dewa utama dan beberapa jalan lain yang lebih luas yang berpusat pada jalan utama, meskipun tidak jarang ditemukan juga jalur parikrama yang tidak berpusat. Kadang-kadang, jalur parikrama terluar meliputi seluruh desa, kota kecil, kota besar, dengan demikian menyiratkan bahwa panjang jalur tersebut dapat membentang.[8][11] Parikrama juga dilakukan di sekitar pohon Peepal suci, tulsi (tanaman kemangi India), dan Agni (api suci atau dewa api).[12][13]Parikrama Agni merupakan bagian dari upacara pernikahan Hindu.[14][15]
Etimologi
Parikrama adalah istilah dalam bahasa Sanskerta yang berarti "jalur yang mengelilingi sesuatu", juga disebut sebagai pradakṣiṇa ("ke kanan"), melambangkan tindakan sirkumambulasi berputar ke kanan dengan bangunan suci selalu berada di sebelah kanan orang yang melakukan pradaksina.[3] Kedua istilah tersebut biasanya digunakan dalam konteks praktik keagamaan mengelilingi suatu benda yang dianggap suci.[3][16][17]
"Jalan keliling atau jalur yang mengelilingi bangunan suci atau candi sebagai suatu bentuk doa atau ritual keagamaan yang lazim di India. Termasuk di dalamnya ritual yang dilakukan di Narmada, Shetrunjaya, dan Girnar. Jalur jalan yang dilapisi batu di sekeliling bangunan suci lazim disebut jalur pradaksina."
Referensi
^Deepak Sanan (2002). Exploring Kinnaur in the Trans-Himalaya. Indus Publishing. hlm. 234. ISBN978-8173871313.
^Pashaura Singh and Louis Fenech (2014). The Oxford handbook of Sikh studies. Oxford, UK: Oxford University Press. hlm. 439. ISBN978-0-19-969930-8.
^Khairiah (2018). Agama Budha(PDF). Pekanbaru: Kalimedia. hlm. 83–84. ISBN978-602-6827-86-9.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bowker, John (1999). The Oxford Dictionary of World Religions. New York: Oxford University Press. hlm. 224. ISBN0-19-866242-4.
^"Darbashayanam". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2008-10-20.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)