Kerajaan Gandhara berlangsung sejak Periode Weda (sekitar 1500-500 SM) hingga abad ke-11 M. Kerajaan ini menjadi pusat seni rupa Buddha, yang mencapai puncaknya pada kurun abad pertama masehi sampai abad ke-5 M pada masa pemerintahan raja-raja Kushan. Sejarawan Al-Biruni menyebut kerajaan ini dalam nama Persianya "Shahi"[4] untuk menyebutkan wangsa penguasa[5] dari Kabul Shahi yang menguasai wilayah ini sebelum penaklukan Muslim pada abad ke-10 dan ke-11 M. Setelah ditaklukan oleh Mahmud dari Ghazni pada 1021 M, nama Gandhara lenyap. Pada masa pemerintahan Muslim, kawasan ini diperintah dari Lahore atau Kabul. Pada masa Mughal kawasan ini termasuk dalam provinsi Kabul.
Sejarah
Periode Weda
Kerajaan Gandhara muncul dalam kisah epik Mahabharata dan juga Ramayana. Raja Gandhara, Sangkuni, merupakan akar dari segala konspirasi mengenai pertentangan antara Duryodana dan para Pandawa, yang berakibat meletusnya perang di Kurukshetra. Dalam Mahabharata, kerajaan ini turut berpartisipasi dalam perang di Kurukshetra dan memihak Duryodana. Kakak Sangkuni merupakan istri Dretarastra, yang dikenal sebagai Gandari. Kerajaan Gandhara (Gandhara Barat) berada di wilayah provinsi Kandahar di Afganistan. Gandhara Timur berada di wilayah Pakistan. Puskalawati, Takshasila (Taxila) dan Purushapura (Peshawar) merupakan kota di Kerajaan Gandhara. Takshasila didirikan oleh adik Rama Ragawa — Barata. Kemudian keturunan Barata memimpin kerajaan tersebut. Selama zaman Mahabharata, Gandhara dipimpin oleh Subala (ayah Sangkuni), Sangkuni, dan putera Sangkuni. Arjuna mengalahkan putera Sangkuni selama misi berkampanye untuk upacara Aswamedha Raja Yudistira.
^Istilah Persia yang berarti "raja", Kalhana Rajatarangini menyebutnya sebagai Shahi dan prasasti menyebutnya sebagai sahi.(Wink, pg 125)
^Al Biruni menyebut raja-raja selanjutnya sebagai "Raja Brahmana"; akan tetapi kebanyakan rujukan lain seperti Kalahan menyebut mereka sebagai kshatriya. (Wink, pg 125)