Atisha
Atiśa Shrijnana Dipankara adalah seorang guru Buddha dari Kekaisaran Pala.[2] Ia bersama kedua temannya yang lain yaitu Konchog Gyalpo dan Marpa adalah salah satu tokoh besar dalam pembentukan garis keturunan Sarma di Tibet setelah represi agama Budha oleh Raja Langdarma.[2] Atisha lahir pada tahun 980 di desa Vajrayogini di Bikrampur, wilayah timur laut Benggala (saat ini adalah Bangladesh).[2] Dengan ama aslinya Dipangkara Srijnana.[3] Beberapa sumber mengindikasikan bahwa Atisha lahir pada tahun 982 dan meninggal pada tahun 1054.[2] Semasa hidupnya, ia sangat berpengaruh dalam filsafat Buddhis dan juga spiritual.[4] Ia digambarkan sebagai seorang spiritualis yang dapat mencerahkan individu lainnya.[4] Selain itu, kehidupan spiritual dari Atisha ditunjukkannya dengan ciri kehidupan memberikan kasih sayang kepada orang-orang disekitarnya baik orang yang memiliki agama sama dengannya ataupun yang berbeda agama.[4] Kepeduliannya pada orang lain ia tunjukkan juga dalam perannya membantu orang lain yang sedang menghadapi situasi sulit, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan sosial.[4] Sebelum berangkat ke Thibet, ia belajar selama 11 tahun di Sriwijaya, di Suwarnadwipa di Malayagiri di bawah pimpinan Dharmakirtti, pendeta agung kebudhaan di Suwarnadwipa (Sumatra) dan tinggal di Sumatra sekitar 1011—1023.[3] Referensi
|