Sūtra Avataṃsaka (IAST, Sanskerta: आवतंसक षूत्रcode: sa is deprecated ); atau Sūtra Mahāvaipulya Buddhāvataṃsaka (Sanskerta: महावैपुल्य बुद्धावतंसक षूत्रcode: sa is deprecated )[note 1], dalam bahasa Inggris: The Great and Vast Buddha Garland Sutra, adalah naskah Buddhis Mahāyāna yang sangat panjang dan lengkap, dianggap sebagai sabda Buddha yang paling agung.[2] Sūtra Avataṃsaka, juga disebut Sūtra Untaian Bunga atau Sutra Karangan Bunga,[note 2] merupakan salah satu sutra Buddhis yang paling berpengaruh di Asia Timur. Sutra ini terdiri dari beberapa naskah yang berbeda, salah satunya berpusat pada ajaran Buddha Vairocana.[4] Dalam bahasa Indonesia, nama lengkap sutra ini diterjemahkan menjadi Sutra Untaian Bunga Yang Agung dan Universal dari Buddha.[5]
Sutra Avatamsaka merupakan salah satu pilar Buddhisme Asia Timur. Sutra ini merupakan sumber dari beberapa literatur Buddhis paling awal yang diperkenalkan ke Tiongkok, yang di sana akhirnya berkembang menjadi sebuah aliran filsafat utama berdasarkan pada ajarannya.[6] Sutra Avatamsaka, yang dalam bahasa Tionghoa dikenal dengan nama Huayanjing, merupakan kitab utama yang menjadi dasar dari aliran Huayan.[7]
Sutra Avatamsaka menyingkap bagaimana makhluk yang tercerahkan memandang realitas. Sutra ini terkenal karena deskripsi sangat indah dari antar keberadaan seluruh fenomena. Avatamsaka juga menjelaskan tahapan perkembangan seorang bodhisattva. Beberapa komentar awal menyebutnya sebagai Bodhisattva Piṭaka.[8]
Uraian judul pada nama sutra
Sūtra Mahāvaipulya Buddhāvataṃsaka merupakan contoh judul sutra dalam kategori tipe judul lengkap, yakni judul sutra yang berhubungan dengan orang, dharma, dan analogi. Sutra adalah istilah yang lazim digunakan untuk seluruh ajaran Buddha, Mahāvaipulya yang berarti "Agung dan Universal", Buddhāvataṃsaka berarti "Untaian Bunga dari Buddha", sehingga secara keseluruhan diterjemahkan menjadi "Sutra Untaian Bunga Yang Agung dan Universal dari Buddha". "Agung dan Universal" adalah Dharma, "Buddha" adalah orang, dan "Untaian Bunga" adalah sebuah analogi, yakni aneka perilaku yang menuju pencerahan diumpamakan sebagai bunga-bunga yang menghiasi pencapaian pencerahan luhur yang tiada tara.[9]
Istilah "vaipulya" (Pali: vedalla) adalah sebuah gelar yang diberikan kepada sebuah sutra yang dikatakan mencakup doktrin-doktrin yang mendalam, yang dimasukkan sebagai suatu kategori dalam divisi sembilan kali lipat dan dua belas kali lipat dari kitab suci Buddha. Menurut beberapa naskah Mahāyāna, sutra-sutra Mahāyāna harus diidentifikasi dalam kategori vaipulya divisi sembilan kali lipat atau dua belas kali lipat dari ajaran Buddha. Unsur sentral dalam judul sutra ini adalah "Buddhāvataṃsaka." Istilah "avataṃsaka" berarti "untaian bunga" atau "kalung bunga", menunjukkan bahwa segala kebajikan yang telah dihimpun Buddha pada saat dia mencapai pencerahan adalah seperti kalung bunga yang indah yang menghiasi dirinya,[10] atau kejayaannya yang menginspirasi.[note 3]
Variasi judul sutra
Beberapa variasi utama judul sutra ini dalam berbagai bahasa di antaranya adalah:
Sanskerta, dikenal dengan nama lengkapnya Mahāvaipulya Buddhāvataṃsaka Sūtra, "Sutra Untaian Bunga Buddha Yang Agung dan Tak Terhingga",[2] atau Buddhāvataṃsaka mahāvaipulyasūtra.[10]
Jepang, dikenal dengan nama Daihōkō-butsu-kegon-gyō (大方広仏華厳経),[15] biasanya dikenal dengan nama Kegon-gyō (華厳経).[16]
Korea, dikenal dengan nama Daebanggwang Bulhwaeom Gyeong (대방광불화엄경) atau Hwaeom Gyeong (화엄경).[17]
Vietnam, diterjemahkan dengan nama Kinh Đại Phương Quảng Phật Hoa Nghiêm atau disingkat menjadi Kinh Hoa Nghiêm.[18]
Inggris, diterjemahkan dengan berbagai nama antara lain The Great and Vast Buddha Garland Sutra,[2]The Great Vaipulya Sutra of the Buddha's Flower Garland,[19]The Flower Ornament Scripture, Flower Garland Sutra, Flower Ornament Sutra, atau Flower Adornment Sutra.[8]
Sejarah dan asal-usul
Sutra Avatamsaka, seperti sutra-sutra Buddhis lainnya, disusun secara bertahap, dimulai dari setidaknya 500 tahun setelah wafat atau parnirvana Buddha. Sutra ini telah menjadi kitab utama aliran Huayan dari Buddhisme di Tiongkok.[20]
Terdapat legenda yang menghubungkan Sutra Avatamsaka dengan Buddha historis. Namun, seperti kebanyakan sutra-sutra Mahāyāna lainnya, asal-usulnya tidak diketahui. Penyusunannya mungkin telah dimulai pada abad ke-1 SM dan mungkin selesai pada abad ke-4 Masehi. Hanya fragmen dari bahasa Sanskerta asli yang masih bertahan.[8]
Versi lengkap pertama dan tertua yang dimiliki saat ini adalah terjemahan dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa oleh Buddhabhadra, yang selesai pada tahun 420 M, terdiri dari 60 gulungan. Terjemahan bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa lainnya diselesaikan oleh Siksananda pada tahun 699 Masehi, terdiri dari 80 gulungan, atas perintah Maharani Wu.[8][20] Terdapat juga terjemahan dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tibet, yang diselesaikan oleh Jinametra pada abad ke-8.[8]
Selain itu, sekitar tahun 798 M, Sutra Avatamsaka dalam versi 40 gulungan disusun oleh Prajñā atas perintah Kaisar Dezong dari Tang, yang diterjemahkan dan disusun dari sutra aslinya berbahasa Sanskerta yang berjudul Sutra Gandavyuha, terutama yang mengulas kisah terkenal ziarah Sudhana, yang diceritakan dalam bagian terakhir kitab ke-39—"Memasuki Alam Realitas"—dari 80 gulungan Sutra Avatamsaka yang terdiri dari total 39 kitab.[20]
Huayan, sebuah tradisi filsafat Buddhis Mahāyāna yang diberi nama sesuai nama sutra ini
Catatan kaki
^Berdasarkan naskah Sūtra Mahāvaipulya Buddhāvataṃsaka (महावैपुल्यबुद्धावतंसकषूत्र) atau "Sutra Vaipulya Agung" dari Untaian Bunga Buddha[1]
^Sutra Karangan Bunga (Avatamsaka Sutra atau Huáyán Jīng) menjelaskan empat puluh satu tingkatan Bodhisattwa, yang kesemuanya merupakan tingkatan pencerahan.[3]
^Divyavadana juga menyebut sebuah mukjizatŚrāvastīBuddhāvataṃsaka, yakni dia menciptakan emanasi dirinya yang tak terhitung jumlahnya duduk di atas bunga lotus.[11][12]
^Akira Sadakata (15 April 1997). Buddhist Cosmology: Philosophy and Origins. Kōsei Pub. Co. hlm. 144. ISBN978-4-333-01682-2. ...hiasan, atau manifestasi agung, dari Buddha [...] Ini berarti bahwa tak terhitung jumlahnya Buddha yang memanifestasikan diri mereka di alam ini, dengan demikian menghiasinya.