Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien
Lahir(1848-05-12)12 Mei 1848
Kesultanan Aceh Lampadang, Kesultanan Aceh
Meninggal6 November 1908(1908-11-06) (umur 60)
Belanda Sumedang, Hindia Belanda
Sebab meninggalMeninggal karena sakit-sakitan setelah diasingkan oleh Belanda.
Tempat pemakamanKomplek Makam Cut Nyak Dhien, Sumedang, Jawa Barat
6°51′47.7″S 107°54′59.1″E / 6.863250°S 107.916417°E / -6.863250; 107.916417
Nama lainIbu Perbu / Ibu Ratu / Ibu Suci (Sumedang)
Dikenal atasPahlawan Nasional Indonesia
Gerakan politikPerang Aceh dengan Belanda
Lawan politikBelanda Belanda
Suami/istri
(m. 1862; meninggal 1878)

(m. 1880; meninggal 1899)
AnakCut Gambang
Orang tuaTeuku Nanta Seutia
KerabatTeuku Mayet Di Tiro (Menantu)
Hasan Di Tiro (Cicit)
KeluargaTeuku Rayut (Saudara Kandung)

Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, (12 Mei 1848 – 6 November 1908);[1] dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Tewasnya Ibrahim Lamnga di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 kemudian menyeret Cut Nyak Dhien lebih jauh dalam perlawanannya terhadap Belanda.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar, setelah sebelumnya ia dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.[2] Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, pada tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar gugur. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Usia Cut Nyak Dien yang saat itu sudah relatif tua serta kondisi tubuh yang digrogoti berbagai penyakit seperti encok dan rabun membuat satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba.[3][4] Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Keberadaan Cut Nyak Dhien yang dianggap masih memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan rakyat Aceh serta hubungannya dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya kemudian diasingkan ke Sumedang. Cut Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Nama Cut Nyak Dhien kini diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.[5]

Kehidupan Awal

Rumah Cut Nyak Dhien di Lampisang, Aceh Besar

Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Datuk Makhudum Sati merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Pariaman.[6] Datuk Makhudum Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.[3][7] Sedangkan ibunya merupakan putri uleebalang Lampageu.

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik.[3] Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga,[3][7] putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.

Perlawanan saat Perang Aceh

Rencong merupakan senjata tradisional milik Suku Aceh. Cut Nyak Dhien menggunakan Rencong sebagai salah satu alat perang untuk melawan para tentara Kerajaan Belanda pada saat Kerajaan Belanda menyerang Kerajaan Aceh dan membakar Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 1873.

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Perang Aceh pun meletus. Pada perang pertama (1873-1874), Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Köhler. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman dan membakarnya. Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan, sementara Köhler tewas tertembak pada April 1873.

Pada tahun 1874-1880, di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.

Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.[3]

Cut Nyak Dien, setelah tertangkap oleh pihak Belanda

Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Hal ini meningkatkan moral semangat perjuangan Aceh melawan Kaphe Ulanda (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.

Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitar tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati Belanda dan hubungannya dengan orang Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan "menyerahkan diri" kepada Belanda. Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh. Cut Nyak Dien berusaha menasihatinya untuk kembali melawan Belanda. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.[2]

Teuku Umar, suami kedua Cut Nyak Dhien.

Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).

Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar.[2][3] Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, Jend. Johannes Ludovicius Jakobus Hubertus Pel, dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan.[2] Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya.[3]

Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jenderal yang bertugas.[2] Unit "Maréchaussée" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di jalannya.[2] Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose".[2] Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jenderal selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.[2]

Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata:

Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid[2]

Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya.[3][4]

Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba.[3][4] Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Namun, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda.[8][9] Cut Nyak Dhien ditangkap, sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.[2]

Masa Tua dan Kematian

Perangko Peringatan 100 Tahun Cut Nyak Dhien

Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.

Ia dibawa ke Sumedang pada tahun 1906 bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan, maka hingga akhir hidupnya identitas asli Cut Nyak Dhien tidak diketahui oleh warga Sumedang.[2] Ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu". Meski kesulitan berkomunikasi karena perbedaan bahasa, "Ibu Perbu" sering diminta menjadi guru mengaji bagi warga setempat.[2]

Pada tanggal 6 November 1908, "Ibu Perbu" meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan.[9]. Dari penyelidikan, dipastikan "Ibu Perbu" adalah Cut Nyak Dhien.

Cut Nyak Dhien diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.[2][3]

Makam

Perangko Peringatan 100 Tahun Cut Nyak Dhien

Makam Cut Nyak Dhien berada di Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Sumedang Selatan. Menurut penjaga makam, makam Cut Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di Belanda.[9] Masyarakat Aceh di Sumedang sering menggelar acara sarasehan. Pada acara tersebut, peserta berziarah ke makam Cut Nyak Dhien dengan jarak sekitar dua kilometer.[9] Menurut pengurus makam, kumpulan masyarakat Aceh di Bandung sering menggelar acara tahunan dan melakukan ziarah setelah hari pertama Lebaran. Selain itu, orang Aceh dari Jakarta melakukan acara Haul setiap bulan November.

Meski muncul wacana untuk memindahkan makam Cut Nyak Dhien ke Aceh, namun masyarakat Sumedang menolak karena sudah merasa dekat dengan sosok yang mereka kenal sebagai "Ibu Perbu" tersebut. Selain itu, keberadaan makam Cut Nyak Dhien juga mempererat silaturahmi antara masyarakat Sumedang dengan Aceh.

Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada 1987 dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan pada tanggal 7 Desember 1987. Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1.500 m2. Di belakang makam terdapat musholla dan di sebelah kiri makam terdapat banyak batu nisan yang dikatakan sebagai makam keluarga ulama H. Sanusi.[9]

Pada batu nisan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya, tulisan bahasa Arab, Surah At-Taubah dan Al-Fajr, serta hikayat cerita Aceh.

Jumlah peziarah ke makam Cut Nyak Dhien berkurang karena Gerakan Aceh Merdeka melakukan perlawanan di Aceh untuk merdeka dari Republik Indonesia. Selain itu, daerah makam ini sepi akibat sering diawasi oleh aparat.[9] Kini, makam ini mendapat biaya perawatan dari kotak amal di daerah makam karena pemerintah Sumedang tidak memberikan dana.[9]

Apresiasi

Biografi dalam Seni

Poster Film Tjoet Nja' Dhien

Perjuangan Cut Nyak Dien diinterpretasi dalam film drama epos berjudul Tjoet Nja' Dhien pada tahun 1988 yang disutradarai oleh Eros Djarot dan dibintangi Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien, Piet Burnama sebagai Pang Laot, Slamet Rahardjo sebagai Teuku Umar dan juga didukung Rudy Wowor. Film ini memenangkan Piala Citra sebagai film terbaik, dan merupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes (tahun 1989).

Pada 13 April 2014, sebuah karya seni untuk mengenang semangat perjuangan dan perjalanan hidup Cut Nyak Dhien (CND) dalam bentuk teater monolog yang dimainkan dan disutradarai oleh Sha Ine Febriyanti; dipentaskan pertama kali di Auditorium Indonesia Kaya, Jakarta. Naskah berdurasi 40 menit yang ditulis oleh Prajna Paramita tersebut kemudian dipentaskan kembali pada 2015 di Jakarta, Pekalongan, Magelang, Semarang, dan Banda Aceh. Rencananya, teater monolong CND juga akan dipentaskan di Australia dan Belanda.

Biografinya juga pernah dituangkan dalam bentuk cerita bergambar secara berseri dalam majalah anak-anak Ananda.[10]

Pengabadian

Dalam budaya populer

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Sai, Julinar, Tiara Wulandari (1995). Ensiklopedi Pahlawan Nasional. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jendal Kebudayaan. hlm. 19. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m "Tjoet Njak Dien (Cut Nyak Dhien)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-12. 
  3. ^ a b c d e f g h i j Armand, Deddi. Cut Nyak Dien. Penerbit: Pustaka Ananda
  4. ^ a b c "Tentang Cut Nyak Dien di tokohindonesia.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-21. Diakses tanggal 2010-03-24. 
  5. ^ "Cut Nyak Dhien bin Teuku Nanta Setia" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-04-13. Diakses tanggal 2020-04-29. 
  6. ^ Riwajat hidup (singkat) beberapa orang pahlawan Atjeh, zaman pra-kemerdekaan
  7. ^ a b "Tentang Cut Nyak Dhien di situs resmi pemerintah Provinsi Aceh". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-02. Diakses tanggal 2010-03-24. 
  8. ^ Sudarmanto, Y.B. 1999. Jejak Pahlawan Indonesia. Penerbitan Surat Keputusan No 23 (Kolonial Verslag 1907: 12).
  9. ^ a b c d e f g "sinarharapan.co.id: Makam Cut Nyak Dhien Sepi Akibat Perang Saudara". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-28. Diakses tanggal 2010-03-24. 
  10. ^ Welianto, Ari. Welianto, Ari, ed. "Biografi Cut Nyak Dien, Pejuang Wanita yang Ditakuti Belanda". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-01-17. 
  11. ^ Nafi'an, Muhammad Ilman. "Anies Resmikan Masjid Cut Nyak Dien Setelah Renovasi, UAS Hadir". detikcom. Diakses tanggal 2021-01-17. 
  12. ^ Noviyanti, Sri (ed.). "Berkunjung ke Rumah Cut Nyak Dhien di Aceh - pesonaindonesia.kompas.com". Kompas.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-17. 

Daftar pustaka

  • Armand, Deddi. Cut Nyak Dien. Penerbit: Pustaka Ananda.
  • Sudarmanto, Y.B. 1999. Jejak Pahlawan Indonesia. Penerbit: Grasindo.
  • Muhazir. 1984 .Pahlawan Repulusi Aceh

Pranala luar

Read other articles:

Voce principale: Marina Militare (Italia). Banda musicale della Marina MilitareLa Banda durante la parata per la Festa della Repubblica del 2007Stato Italia CittàRoma DirettoreM° Capitano di Vascello Antonio Barbagallo Organico strumentale102 membri Repertorioclassico, lirico-sinfonico, bandistico, leggero, jazz Periodo attività1870 - in attività Sito webwww.marina.difesa.it/storiacultura/bandamusicale/Pagine/default.aspx Modifica dati su Wikidata · Manuale La banda musicale della…

Mgr.Paternus Nicholas Joannes Cornelius GeiseO.F.M.Uskup Emeritus BogorGerejaGereja Katolik RomaKeuskupanBogorPenunjukan16 Oktober 1961Awal masa jabatan6 Januari 1962Masa jabatan berakhir30 Januari 1975PenerusIgnatius HarsonoImamatTahbisan imam6 Maret 1932[1]Tahbisan uskup6 Januari 1962oleh Adrianus Djajasepoetra, S.J.Informasi pribadiNama lahirNicolaas Johannes Cornelius GeiseLahir(1907-02-07)7 Februari 1907Rotterdam, BelandaWafat1 Agustus 1995(1995-08-01) (umur 88)Heerlen, Be…

Chicago bindery, printer and publisher M. A. Donohue & Co.A Child's Garden of Verses (1916) coverStatusDefunctFounded1861Headquarters locationChicago, IllinoisPublication typesBooksFiction genreschildren's literature M. A. Donohue & Co., was a publisher of children's books in the late 1800s and the first half of the 20th century. Established in Chicago, it had additional offices in New York City. According to the information compiled by Sid Huttner on The Lucile Project web pages: M.A. D…

Military campaign of the Spanish–American War Puerto Rico campaignPart of the Spanish–American WarMap of the Puerto Rico campaign illustrating operations July 25 – August 12, 1898, and showing municipality borders in 1898. Blue are US Naval forces, red are US land forces, and green are Spanish ground forces.Map of Puerto Rico under the US and Spanish flags from August 14 til September 19, 1898. The 23 blue-colored municipalities were under the US flag and the 55 yellow-colored municipaliti…

Boy ErasedPoster bioskopSutradaraJoel EdgertonProduser Kerry Kohansky Roberts Steve Golin Joel Edgerton Ditulis oleh Joel Edgerton BerdasarkanBoy Erasedoleh Garrard ConleyPemeran Lucas Hedges Nicole Kidman Joel Edgerton Joe Alwyn Xavier Dolan Troye Sivan Cherry Jones Flea Russell Crowe Penata musik Danny Bensi Saunder Jurriaans SinematograferEduard GrauPenyuntingJay RabinowitzPerusahaanproduksi Perfect World Pictures Anonymous Content Blue-Tongue DistributorFocus FeaturesTanggal rilis 1 Se…

Overview of the folklore of the Turkish peoples This article includes a list of references, related reading, or external links, but its sources remain unclear because it lacks inline citations. Please help improve this article by introducing more precise citations. (April 2009) (Learn how and when to remove this message) Part of a series on theCulture of Turkey History Agriculture Anatolian peoples Christianity Genetic history Migration of Turks into Anatolia Constitutional history Diplomatic hi…

Political party associated with Transcendental Meditation Natural Law Party AbbreviationNLPChairpersonDoug DernFoundedApril 22, 1992; 32 years ago (1992-04-22)DissolvedApril 30, 2004 (2004-04-30) (as national party)HeadquartersHartland, MIIdeologyCivil libertarianismEnvironmentalismColors Michigan House of Representatives0 / 110 Michigan Senate0 / 38 Statewide Executive Offices0 / 4 U.S. House of Representatives0 / 14 U.S. Senate0 / 2 Websitenatural-law.orgP…

Le collier de l’ordre de la Toison d’or L'ordre de la Toison d'or est un ordre de chevalerie séculier fondé en janvier 1430 par Philippe le Bon à Bruges lors des festivités données à l'occasion de son mariage avec sa troisième épouse, Isabelle de Portugal (1397-1471), fille de Jean Ier de Portugal. L'ordre espagnol de la Toison d'or prend la suite de l'ordre habsbourgeois de la Toison d'or en 1700. Sous Philippe V d'Espagne Philippe V (1683-1746), roi d'Espagne, premier chef et souve…

此條目需要补充更多来源。 (2021年7月4日)请协助補充多方面可靠来源以改善这篇条目,无法查证的内容可能會因為异议提出而被移除。致使用者:请搜索一下条目的标题(来源搜索:美国众议院 — 网页、新闻、书籍、学术、图像),以检查网络上是否存在该主题的更多可靠来源(判定指引)。 美國眾議院 United States House of Representatives第118届美国国会众议院徽章 众议院旗帜…

Intercollegiate sports teams of West Texas A&M University This article only references primary sources. Please help improve this article by adding secondary or tertiary sources.Find sources: West Texas A&M Buffaloes – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (May 2023) (Learn how and when to remove this message) West Texas A&M BuffaloesUniversityWest Texas A&M UniversityConferenceLSC (primary)NCAADivision IIAthletic directorMichael McBr…

Национальное аэрокосмическое агентство Азербайджана Штаб-квартира Баку, ул. С. Ахундова, AZ 1115 Локация  Азербайджан Тип организации Космическое агентство Руководители Директор: Натиг Джавадов Первый заместитель генерального директора Тофик Сулейманов Основание Основ…

artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. Tidak ada alasan yang diberikan. Silakan kembangkan artikel ini semampu Anda. Merapikan artikel dapat dilakukan dengan wikifikasi atau membagi artikel ke paragraf-paragraf. Jika sudah dirapikan, silakan hapus templat ini. (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini) Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan m…

Election for the governorship of the U.S. state of Indiana 1864 Indiana gubernatorial election ← 1860 October 11, 1864 1868 →   Nominee Oliver P. Morton Joseph E. McDonald Party Republican Democratic Popular vote 152,275 131,200 Percentage 53.72% 46.28% County results Morton:      50–60%      60–70%      70–80% McDonald:      50–60%     &…

English, Scottish, Irish and Great Britain legislationActs of parliaments of states preceding the United Kingdom Of the Kingdom of EnglandRoyal statutes, etc. issued beforethe development of Parliament 1225–1267 1275–1307 1308–1325 Temp. incert. 1327–1376 1377–1397 1399–1411 1413–1421 1422–1460 1461 1463 1464 1467 1468 1472 1474 1477 1482 1483 1485–1503 1509–1535 1536 1539–1540 1541 1542 1543 1545 1546 1547 1548 1549      1551   …

Sly Stone Nazionalità Stati Uniti GenereRockSoulFunkRhythm and blues Periodo di attività musicale1952 – in attività Sito ufficiale Modifica dati su Wikidata · Manuale Sly Stone, pseudonimo di Sylvester Stewart (Denton, 15 marzo 1943), è un musicista, cantante e produttore discografico statunitense noto per il suo ruolo di frontman nella band Sly & the Family Stone, gruppo che ha avuto un ruolo di primo piano nello sviluppo della musica soul, funk e psiched…

Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Operation PBHistory di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerje…

This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Profile Records – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (May 2024) (Learn how and when to remove this message) American record label Profile RecordsParent companyNone - independent(1981–1998)Arista Records(1998–2004)Sony BMG Music Entertainment(2004–20…

Seventh son of King George III (1774–1850) Prince Adolphus redirects here. For his grandson, Prince Adolphus of Teck, see Adolphus Cambridge, 1st Marquess of Cambridge. Prince AdolphusDuke of Cambridge (more)Portrait by William Beechey, 1808Viceroy of the Kingdom of Hanover In office24 October 1816 – 20 June 1837MonarchsGeorge III George IV William IVPreceded byGeneral von BülowSucceeded byposition abolished Born(1774-02-24)24 February 1774Buckingham House, London, Great BritainDie…

Television news program Not to be confused with Vice News. Vice News TonightGenreNews programCreated byShane Smith; Josh TyrangielCountry of originUnited StatesOriginal languageEnglishNo. of seasons6No. of episodes1000ProductionExecutive producersMadeleine Haeringer, Josh Tyrangiel, Maral Usefi, Nikki EganRunning time44 minutesProduction companyVice Media GroupOriginal releaseNetworkHBO (2016–19)Vice TV (2020–23)ReleaseOctober 10, 2016 (2016-10-10) –May 25, 2023 (2023-05-25)…

1929 autobiography by Robert Graves This article is about the autobiography of Robert Graves. For the 2014 film, see Goodbye to All That (film). Good-Bye to All That Cover of the first editionAuthorRobert GravesLanguageEnglishGenreAutobiographyPublisherJonathan CapePublication date19291958 (2nd Edition)Publication placeUnited KingdomMedia typePrint (hardback & paperback)Pages368 (paperback)ISBN0-385-09330-6OCLC21298973Dewey Decimal821/.912 B 20LC ClassPR6013.R35 Z5 1990 Good-Bye to…