Johannes Ludovicius Jakobus Hubertus Pel (10 Januari 1823 – 23 Februari 1876) adalah tokoh militer Belanda yang menjadi komandan di Kutaraja (pusat pertahanan) di bawah Jend.Jan van Swieten yang kemudian menggantikannya sebagai Mayor Jenderal. Setelah itu Pel diangkat sebagai penguasa sipil dan militer di Aceh.
Setelah kekalahan yang dialami May.Joost Hendrik Romswinckel dalam Perang Aceh Kedua, pasukan Belanda pulang ke Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 26 April1874. Tinggallah Jend. Pel yang berada dalam posisi sulit karena harus mengurusi keadaan pasukan yang amburadul dan morilnya menurun. Di samping tewas akibat perang, banyak juga yang tewas akibat penyakit tropis dan kolera. Di samping itu, akses ke laut juga terhambat karena cuaca buruk, kuburan-kuburan Belanda diobrak-abrik oleh pejuang-pejuang Aceh. Belum lagi serangan malam oleh pejuang Aceh.
Pel meninggal mendadak akibat pecahnya pembuluh nadi di sebuah kampung bernama Tonga. Namun sejarawan Muhammad Said membantah hal ini dan dan menyebutkan bahwa Pel sebenarnya tewas oleh pihak Aceh namun disembunyikan oleh pihak Belanda.[1] Pel dimakamkan di Kerkhoff, Kutaraja. Kemudian, sebuah monumen didirikan untuknya di Kutaraja. Setelah gerakan ofensifnya, pasukan Belanda kembali dalam politik bertahan Jend. Van Swieten (yang masih ikut campur dalam politik di Aceh).
Rujukan
1874. George Kepper (redaksi). Kapitein der Genie. De Oorlog tusschen Nederland en Atchin. Rotterdam. Nijgh en Ditmar
1878. George Frederik Willem Borel. Kapitein van de artillerie. Onze vestiging in Atjeh, critisch beschreven. D.A. Thieme.