Kerkhof Peucut adalah kuburan serdadu Belanda (KNIL) yang tewas pada Perang Aceh dalam rentang tahun 1873 hingga 1904. Pemakaman ini merupakan pemakaman militer belanda terbesar yang berada di luar Belanda dengan luas mencapai 3,5 hektare.[1] Kompleks kuburan militer belanda semacam ini banyak tersebar di wilayah Indonesia, tetapi di Aceh merupakan salah satu komplek kuburan yang paling luas dengan jumlah korban ± 2200 tentara. Kerkhof Peucut ini terletak di pusat kota Banda Aceh, dan sekarang menjadi objek wisata menarik, khususnya bagi wisatawan mancanegara (terutama wisatawan asal Belanda).[1]
Selain tentara Belanda, tentara KNIL dari suku Jawa, Batak, Ambon dan pribumi Aceh juga dimakamkan di Kerkhof Peucut ini termasuk juga makam putra Sultan Iskandar Muda, Meurah Popok yang tewas dihukum rajam oleh ayahandanya karena dituduh berzina pada tahun 1636 berada disini.[2]
Yayasan Dana Peutjut
Pada tahun 1970, seorang pensiunan kolonel KNIL yang berdinas di Korps Marsose, Johann Brendgen (1903-1985) melakukan perjalanan untuk pertama kalinya sejak kemerdekaan Indonesia ke Aceh, Ia melihat pemakaman Peucut yang tidak terawat dengan banyak batu nisan yang hancur dan rusak serta hamparan rumputnya yang dijadikan tempat untuk menggembala kambing. Dengan menjalin kerjasama bersama pihak berwenang Aceh dan para donatur dari Belanda, Kolonel Brendgen kemudian berinisiatif mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama "Yayasan Dana Peutjut" (bahasa Belanda: Stichting Peutjut – Fonds) yang bertujuan menghimpun dan menyalurkan dana untuk perawatan serta pemeliharaan pemakaman ini.[3]
Pada tahun 2004 Yayasan Dana Peutjut mengucurkan dana ± Rp. 2 miliar[1] untuk perbaikan Kerkhof Peucut pasca mengalami kerusakan akibat bencana Tsunami Aceh 2004.
Tokoh militer Belanda yang dimakamkan di Kerkoff Peucut