Surah At-Taubah (bahasa Arab: سورة التوبة, translit. sūrah at-tawbah, har.'pengampunan') adalah surah ke-9 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Madaniyah yang terdiri atas 129 ayat. Dinamakan At-Taubah yang berarti "Pengampunan" karena kata At-Taubah berulang kali disebut dalam surah ini. Dinamakan juga dengan Bara'ah yang berarti berlepas diri, maksudnya adalah memutus hubungan, disebabkan sebagian besar pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin.
Surah ini merupakan surah yang tidak diawali ucapan basmalah, karena surah ini adalah surah perang dengan arti bahwa segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan basmalah bernapaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.
Surah ini diwahyukan setelah NabiMuhammad kembali dari Ekspedisi Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pengumuman ini disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib pada musim haji tahun itu juga.
Ketiadaan Basmalah
Surah ini adalah satu-satunya surah tanpa basmalah dalam Al-Qur'an.[2][3] Di antara penjelasan yang diajukan untuk tidak melakukannya, yang paling umum diterima menurut Ali Unal adalah bahwa, seperti salam Islam, assalamualaikum, ungkapan basmalah melambangkan perdamaian dan cinta kasih.[2] Surah at-Taubah dimulai dengan peringatan kepada kaum musyrikin. Surah ini banyak membahas tentang kaum musyrikin yang sering melanggar kesepakatan mereka, Ekspedisi Tabuk, kelompok munafik Madinah, pentingnya jihad, dan hubungan dengan Ahli Kitab.[4]
Isi
Pengumuman tentang pembatalan perjanjian damai dengan kaum musyrikin
Orang Islam bebas dari tanggung jawab terhadap perjanjian dengan kaum musyrikin (1–4)
Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih, kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian dengan kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka membantu seorang pun yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.
Ayat9:5 termasuk dalam daftar Ayat-ayat Pedang. Jurnalis Arun Shourie telah mengkritik hal ini dan banyak ayat lain dari Al-Qur'an serta berpendapat bahwa Sunnah dan Hadis sama-sama menggugah dalam mendukung Jihad.[5] Akan tetapi, banyak ulama arus utama menegaskan bahwa ayat ini berkaitan dengan peristiwa yang sangat spesifik dalam sejarah awal Islam, yaitu perjanjian yang dibuat dan dilanggar oleh kaum musyrik Mekkah.[6]:74-91 Beberapa orang berpikir mereka dengan sangat mudah menarik fakta bahwa Al-Qur'an sering dikutip oleh para ulama sebagai kitab yang sempurna untuk seluruh waktu dan tempat dan juga semua manusia, dan jika memang demikian, ayat-ayatnya tidak pernah membutuhkan konteks sejarah sama sekali. Di sisi lain, bahkan jika Al-Qur'an tidak memiliki penjelasan kontekstual historis, konteks yang diberikan (seperti ketidaksetiaan dalam perjanjian dan risalah) disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya, sehingga menjadi bagian dari Quran itu sendiri, bukan "keluar dari" konteks. Menurut Asma Afsaruddin, mengutip berbagai pendapat terkait kaum musyrik Arab, konsensus di antara mufasir awal adalah bahwa ayat ini tidak boleh dimaknai sebagai pembunuhan sembarang.[6]:88-89
Para mujahid berkata bahwa ayat ini menjamin keselamatan orang-orang pada umumnya yang datang untuk mendengarkan Nabi membacakan Al-Qurān sampai mereka kembali ke tempat perlindungan dari mana mereka datang. Tanwīr al-Miqbās mengatakan bahwa ayat tersebut memerintahkan Nabi untuk menjamin keselamatan bagi siapa pun dari kalangan musyrik yang memintanya, agar dia dapat mendengar risalah Allah. Jika dia tidak percaya (yakni, memeluk Islam), maka dia akan diberikan jalan yang aman kembali ke daerah asalnya (waṭanahu). Hal ini karena mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui perintah-perintah Allah dan keesaan-Nya.
— Asma Afsaruddin, Striving in the Path of God: Jihad and Martyrdom in Islamic Thought, 2013, pp. 88-89
Demikian pula, pakar Islam Barat Rudolph F. Peters juga menegaskan bahwa pembunuhan sembarang tidak didukung menggunakan ayat ini.[7]
Ayat 29
Ayat 29 surah ini berbunyi:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan Kitab, hingga mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.
Ar-Razi (w. 606/1210), kali ini mengutip seorang mufassir awal, Abu Rauq (w. 140/757), yang menjelaskan bahwa ayat ini bukanlah kecaman sepihak terhadap semua orang Yahudi dan Nasrani, tetapi mereka “yang tidak mematuhi syariat yang terkandung dalam Taurat dan Injil, berturut-turut". Demikian pula Al-Qurthubi (wafat 671/1273) "Al-Qur'an 9:29 tidak memuat sebuah kecaman menyeluruh terhadap Ahli Kitab".[6]:278[8] Ulama modernis seperti Muhammad Abduh juga memandang hal yang sama, sepakat bahwa ayat ini diwahyukan saat ekspedisi Tabuk, dan ayat ini secara khusus membahas Ahli Kitab, dan juga bahwa "satu-satunya jenis perang yang sah yang ada kesepakatan di antara para ulama adalah perang defensif. Imam dapat menyatakan perang jika terjadi serangan terhadap wilayah Muslim". Imam Besar al-Azhar dari tahun 1935 sampai 1945, Mustafa Al-Maraghi, mencatat bahwa 9:29 berarti: "maksud 'perangilah' adalah kondisi ketika memang membutuhkan pertempuran, yaitu, saat engkau atau negaramu diserang, ditindas, atau dianiaya karena keyakinan, serta mengancam keselamatan dan keamanan, seperti yang dilakukan oleh Bizantium terhadap engkau, yang menyebabkan meletusnya Ekspedisi Tabuk."[9]
Ayat 103
Menurut sumber Syiah, Kitab al-Kafi, Ja'far ash-Shadiq telah meriwayatkan bahwa para imam tidak membutuhkan apa yang dimiliki orang tetapi memungut zakat berdasarkan firman Allah, "Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka." Oleh karena itu, zakat dari orang-orang yang membutuhkanlah yang diterima Imam.[10]
Pertempuran Badar
Beberapa bagian dari surat ini diyakini berbicara tentang pertolongan Allah dengan mengirimkan prajurit perang yang tidak kasatmata, terutama dalam kejadian perang Badar.[11] Menurut Muhammad Sulaiman al-Asyqar dari Universitas Islam Madinah, yang mengutip banyak sekali ulama klasik dan kontemporer, prajurit yang "tidak kasatmata" tersebut adalah malaikat Jibril,[12]Mikail, Israfil[13][catatan 1][catatan 2] dan ribuan malaikat yang diutus dari langit ketiga, turun untuk ikut berperang dengan menyamar seperti Zubair bin Awwam, sahabat Nabi.[catatan 3][18] Hal ini dikarenakan Zubair dianggap sebagai sosok yang cukup dihormati menurut keyakinan Islam.[19][20][catatan 4][22][23] Sementara itu, Mahdi Rizqullah juga menyusun tafsir dari ulama Islam klasik, bahwa riwayat tentang kehadiran malaikat dalam pertempuran juga didukung oleh hadis-hadis yang diriwayatkan dari Muslim bin Hajjaj, Ahmad bin Hanbal, dan juga sejarawan Islam Ibnu Katsir.[24]Muhammad Nashiruddin al-Albani menafsirkan narasi lainnya yang turut mendukung dari al-Baihaqi dan Ibnu Ishaq, melalui berbagai sanad hadis tentang kesaksian dari beberapa sahabat yang berbeda.[24] Hal ini juga termasuk riwayat dari Abbas bin Abdul Muthalib yang pada saat itu berperang di pihak kaum musyrikin Quraisy, yang bersaksi bahwa ia ditawan oleh seorang penunggang kuda yang sama sekali tidak dia mengenalnya. Menurut riwayat hadis shahih dari Ahmad ibn Hanbal, sosok yang menawan Abbas telah dikonfirmasi oleh Nabi Muhammad sebagai salah satu malaikat yang membantu umat Islam selama pertempuran ini..[24][catatan 5]
Manuskrip Sanaa folio 22
Ayat 122–129 muncul pada folio 22Manuskrip Sana'a. Urutan surah dalam Sanaa 1 tidak mengikuti urutan Al-Qur'an yang diketahui, dan folio 22 dibagi bersama Surah Maryam.[26] Pakar sejarah Al-Qur'an dari Saudi beranggapan bahwa ketika Muhammad masih hidup dan berdakwah, teks Al-Qur'an belum mengikuti urutan standar surah-surah.[27]
^Muncul dalam Mustadrak ash-Shahihain.[14] Riwayat lengkap dari Al-Hakim al-Nishapuri adalah:... Abu Abdullah Muhammad bin Yaqoub telah meriwayatkan dari Ibrahim bin Abdullah As-Sa'di, yang diceritakan Muhammad bin Khalid bin Utsma, yang diceritakan Musa bin Yaqub, yang diceritakan Abu Al-Huwairits, bahwa Muhammad bin Jubayr bin Mut'im bercerita, bahwa ia mendengar Ali radhiyallahu 'anhu berbicara kepada orang-orang, dan dia berkata: Ketika saya pergi dari Badr, berembus angin kencang, yang belum pernah aku lihat, lalu pergi, lalu berembuslah lagi angin kencang yang belum pernah kulihat sebelumnya, lalu pergi, lalu berembuslah angin kencang yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku belum pernah melihat seperti itu sebelumnya, dan angin pertama adalah Jibril yang turun di antara seribu malaikat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa-sallam dan angin kedua adalah Mikail yang turun di antara seribu malaikat di sebelah kanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa-sallam dan Abu Bakar berada di sebelah kanannya, dan angin ketiga adalah Israfil. Ia turun dengan seribu malaikat di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa-sallam dan aku berada di sisi kanan. Ketika Allah mengalahkan musuh-musuhnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa-sallam membawaku di atas kudanya, aku terempas dan terjatuh, aku berdoa kepada Allah.. Ibnu Al-Mulaqqin, ahli hadis dari Cordoba abad 13-14 M, menemukan hadis ini cacat dalam sanad Musa bin Yaqub dan Abu al Huwairits, sehingga ia menganggap lemah hadis ini.[15] Akan tetapi, Ali Hasan al-Halabi mengatakan bahwa ada hadis lain yang mendukung hadirnya Israfil di Perang Badar[13]
^Menurut kepercayaan Islam dalam sanad hadis lemah, Israfil diyakini sebagai malaikat yang bertugas meniup sangkakala, dan menjadi salah satu malaikat agung yang membawa Arasy.[16]
^Menurut salah satu riwayat hadis, Muhammad pernah bercerita bahwa malaikat yang muncul di perang Badar memiliki kedudukan terhormat dan menjadi "malaikat terbaik" menurut Jibril.[17]
^Menurut salah satu riwayat, selama pertempuran, Muhammad menemukan sosok malaikat yang dia anggap sebagai Zubayr berdiri di sampingnya. Muhammad memerintahkan sosok itu untuk menyerang, tetapi sosok itu menjawab, "Aku bukan Zubair." Jadi, menurut ahli hadis ini indikasi lain bahwa malaikat benar-benar turun dengan menyamar menjadi Zubair selama Badar.[21]
^ abHakim, Saifuddin (2015). "Apakah Malaikat Israfil Bertugas Meniup Sangkakala pada Hari Kiamat? (1)". Muslim.or.id. Muslim.or.id. Diakses tanggal 14 December 2021. [ يا آدم بر حجك ] " ما يروى عن آدم -عليه السلام- أنه لما حج قالت له الملائكة: «يا آدم بر حجك»: غير ثابت. " [من فوائد جلسة مع طلبة العلم /16/ذو الحجة/1432 ] __________________ " ... فهل يحسن بنا وقد أنضينا قرائحنا في تعلم هذه السنة المطهرة، وبذلنا في العمل بها جهد المستطيع، وركبنا المخاطر في الدعوة إليها؛ هل يحسن بنا بعد هذا كله أن نسكت لهؤلاء عن هذه الدعوى الباطلة، ونوليهم منا ما تولوا ونبلعهم ريقهم، وهل يحسن بنا أن لا يكون لنا في الدفاع عنها ما كان منا في الدعوة إليها؟ إنا إذن لمقصرون!..."
^al-Nishapuri, al-Hakim. "Kitabu Ma'rifat Shahabatu Radhiyallahu Anhum: Gabriel, Michael and Israfil descend in the Battle of Badr.". al Mustadrak ala Sahihayn. Islamweb: Islamweb. Diakses tanggal 13 December 2021. 4488 - Diriwayatkan Abu Abdullah Muhammad bin Ya'kub, melalui Ibrahim bin Abdullah As-Sa'di, dari Muhammad bin Khalid bin Atsmah, dari Musa bin Yaqub, yang meriwayatkan Abu Huwairits, bahwa Muhammad bin Jabir bin Mut'im, menceritakannya
^Abu Hafs Umar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Anshari Al-Wadi Asyi Al-Andalusi At-Tukuruwi Al-Mishri Asy-Syafi`i, Sirajuddin. "كتاب مختصر تلخيص الذهبي" [kitab mukhtasar talkhis aldhahabii]. Islamweb. Islamweb. Diakses tanggal 14 December 2021.
^Hakim, Saifuddin (2015). "Apakah Malaikat Israfil Bertugas Meniup Sangkakala pada Hari Kiamat? (2)" [Does angel Raphael tasked to blow the trumpet of Armageddon in the day of judgment? (2)]. Muslim.or.id. Muslim.or.id. Diakses tanggal 14 December 2021. Tafsir Al-Qurthubi, 7/20 (Maktabah Syamilah); At-Tadzkirah bi Ahwaalil Mauta wa Umuuril Akhirah, 1/488 (Maktabah Syamilah).; Fathul Baari 11/368 (Maktabah Syamilah); see Al-Imaan bimaa Ba’dal Maut, p. 112. ; Syarh Al-Ibanah: Al-Imaan bin Nafkhi Ash-Shuur, 5/33.; Syarh Al-‘Aqidah Al-Washithiyyah, 1/59-60 (Maktabah Asy-Syamilah). while in another book: وذلك أن الله سبحانه وتعالى يأمر اسرافيل وهو أحد الملائكة الموكلين بحمل العرش أن ينفخ في الصور (Syarh Al-‘Aqidah As-Safariyaniyyah, 1/467).
^(Bin Al-Hassan & Al-Dimashqi 2012, hlm. 622, Al-Zubayr told us, he said: And Abu Al-Makarram Uqbah bin Makram Al-Dhabi told me, Musab bin Salam Al-Tamimi told me, on the authority of Saad bin Tarif, on the authority of Abu Jaafar Muhammad bin Ali, he said: On the day of Badr, Al-Zubayr bin Al-Awwam had a yellow turban)
^ abcMahdi Rizqullah Ahmad; Anis Maftukhin; Yessi HM. Basyaruddin (2017). Maftukhin, Anis, ed. Biografi Rasulullah Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik [Biography of the Prophet An Analytical Study Based on Authentic Sources] (ebook) (Biography & Autobiography / Religious, Religion / Islam / General, Muhammad, Prophet, d. 632 -- Biography). Qisthi Press. hlm. 441–443. ISBN9789793715568. Diakses tanggal 9 March 2022.
^Jonathan E. Brockopp (2010). The Cambridge Companion to Muhammad(ebook) (History / Middle East / General, Religion / Islam / General, Social Science / Islamic Studies) (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 257. ISBN9781139828383. Diakses tanggal 9 March 2022.
^"Experts doubt oldest Quran claim". Saudi Gazette. 27 July 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 September 2015. Diakses tanggal 27 July 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Sadeghi & Goudarzi 2012, hlm. 62. The hypothetical interpolation of texts for the missing parts in this and the next row are based on Sadeghi & Goudarzi's fn. 216 and 218.
Bin Al-Hassan, Abi Al-Qasim Ali; Al-Dimashqi, Ibn Asaker (2012). تاريخ مدينة دمشق 1-37 ج10 [History of the city of Damascus]. Dar Al Kotob Al Ilmiyah دار الكتب العلمية.