Adnan Kapau Gani
Mayor Jenderal TNI (Tit.) (Purn.) dr. Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat A.K. Gani (16 September 1905 – 23 Desember 1968) adalah seorang dokter, politisi, aktor, dan tokoh militer Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Kabinet Amir Sjarifuddin II.[1] Latar belakangA.K. Gani lahir di Palembayan, Sumatera Barat, pada tanggal 16 September 1905. Ia terlahir sebagai putra ranah minang. Ayahnya adalah seorang guru di Sekolah Rakyat yang bernama Abdul Gani Sutan Mangkuto dan ibunya bernama Rabayah, namun meninggal tahun 1915 di Sugiwaras. Setelah ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi dengan Aminatul Habibi yang berasal dari Sungai Taleh, Palembayan. Ibu sambung inilah yang mengasuh AK. Gani dan keempat saudara kandungnya, yaitu Rohana (kakak wanita) dan adik-adiknya (Anwar, Masri dan Siti Mahyar). Kemudian dari ibu sambungnya, AK. Gani mempunyai delapan saudara[2]. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923. Kemudian ia pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan mengambil sekolah kedokteran. Adnan meneruskan ke sekolah tinggi kedokteran STOVIA di Jakarta. Sayangnya, sekolah ini pada 1927 ditutup, sehingga Adnan harus melanjutkan sekolah ke AMS (setingkat SMA zaman Belanda) hingga lulus pada 1928. Setahun kemudian, Adnan masuk Sekolah Tinggi Kedokteran GHS (Geneeskundige Hoge School) Jakarta, dan baru lulus pada 1940. KehidupanSejak remaja Gani aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial. Pada era 1920-an, ia giat di berbagai organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java dari tahun 1923 sempat memegang jabatan sebagai seketaris pada tahun 1927-1929 ditemani oleh Muhammad Yamin.[2] Pada tahun 1928 ia terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Pada tahun 1931 ia bergabung dengan Partindo, yang telah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia tak lama setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial. Pada tahun 1941, Gani membintangi sebuah film yang berjudul Asmara Moerni dan berpasangan dengan Djoewariah. Film ini disutradarai Rd. Ariffien dan diproduksi oleh The Union Film Company.[3] Meskipun sebagian kalangan menganggap keterlibatan Gani dalam film telah menodai gerakan kemerdekaan, namun ia menganggap perlu untuk meningkatkan kualitas film lokal. Meski mendapat kritikan, film satu-satunya itu sukses secara komersial. Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Gani menolak untuk berkolaborasi. Oleh karena itu ia ditangkap pada bulan September 1943 hingga bulan Oktober tahun berikutnya. PemerintahanSetelah proklamasi dan selama masa revolusi fisik, Gani memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun 1945, ia menjadi komisaris PNI dan Residen Sumatera Selatan.[4] Dia juga mengkoordinasikan usaha militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang sebuah lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional. Ia merundingkan penjualan aset-aset pihak asing, termasuk perusahaan milik Belanda Shell. Gani juga terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer. Beberapa koneksinya di Singapura, banyak membantu dalam tugas ini.
Setelah jatuhnya Kabinet Sjahrir, ia bersama Amir Sjarifuddin dan Setyadjit Soegondo menerima mandat untuk membentuk formatur kabinet baru. Dalam kabinet tersebut, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kemakmuran. Gani adalah anggota kabinet pertama yang ditangkap pada masa Agresi Militer Belanda I, namun kemudian ia dibebaskan. Dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II, ia juga duduk pada posisi yang sama hingga kejatuhan kabinet ini pada tanggal 29 Januari 1948. Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani menjadi Gubernur Militer Sumatera Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di Sumatera Selatan hingga ia wafat pada tanggal 23 Desember 1968. Akhir Hayatdr. A.K. Gani wafat di Rumah Sakit Charitas Palembang pada 23 Desember 1968 dalam usia 63 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang. Gani meninggalkan seorang istri Masturah, dan tidak mempunyai anak hingga akhir hayatnya. PenghargaanGelar dan Tanda KehormatanUntuk mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 9 November 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Adnan Kapau Gani. Gelar ini diterimanya bersama dengan Slamet Rijadi, Ida Anak Agung Gde Agung, dan Moestopo berdasarkan surat Keputusan Presiden Nomor 066/TK/2007[5]. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Palembang yaitu Rumah Sakit dr. A.K. Gani dan nama ruas jalan beberapa kota di Indonesia. Terdapat juga Museum dr. A.K. Gani yang terletak di Kota Palembang. Adnan Kapau Gani juga dianugerahi berbagai tanda kehormatan. Tanda kehormatan tersebut di antaranya:[6]
Galeri
Filmografi
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Adnan Kapau Gani. |