Maraden lahir pada tanggal 29 Juni 1922 di Hutatoruan, sebuah kampung yang terletak di Lembah Silindung yang berjarak tujuh kilometer dari Tarutung ibu kota KabupatenTapanuli Utara. Ayahnya bernama Marhusa Panggabean gelar Patuan Natoras dan ibunya bernama Katharina boru Panjaitan. Maraden adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara.[1]
Pada usia tujuh tahun ia masuk sekolah dasar di Pansurnapitu yang disebut dengan sekolah zending.[2] Pada tahun 1930 saat ia duduk di kelas dua Sekolah Zending, ayahnya terpilih menjadi Kepala Negeri Pansur Napitu dan kemudian keluarganya pindah dari Hutatoruan ke Banjarnahor. Pada tahun 1934, Maraden harus berpindah sekolah karena ayahnya berhenti menjadi kepala negeri. Kemudian oleh ayahnya ia dimasukkan ke Schakelschool yang berada di Simorangkir.[3]
Mengakhiri masa lajang pada tanggal 20 Agustus 1950, dengan menyunting seorang gadis bernama Meida Saimima Matiur Tambunan. Putri pasangan J. Tambunan dan L. Boru Hutapea, pernikahan dilangsungkan di Gereja HKBP Sibolga Tapanuli.
Karier militer
Maraden Panggabean memulai karier militernya saat ia bergabung dengan Organisasi Kelaskaran Pemuda Sosialis Indonesia sebagai Komandan Pasukan dan kemudian ia bergabung kedalam Tentara Republik Indonesia yang nantinya kelak berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia dengan pangkat Kapten serta diberi jabatan sebagai Kepala Staf Batalyon I pada Resimen IV Divisi X Tapanuli Utara hingga pada puncaknya menjadi Menhankam / Pangab periode 1973–1978.[4]
Riwayat jabatan
Komandan Pasukan di Organisasi Kelaskaran Pesindo (1945–1946).
Kepala Staf Batalyon I Resimen IV Divisi X (1946).
Kepala Staf Resimen I TRI Divisi VI Komandemen Sumatera (1946–1947).
Komandan Resimen I TNI Divisi VI Komandemen Sumatera (1947).
Komandan Resimen I Brigade XI TNI Komandemen Sumatera (1947–1948).
Komandan Sektor IV Sub Teritorium VII Tentara dan Teritorium Sumatera (1948–1949).
Komandan Batalyon 104 / Waringin Brigade BB T&T I / Sumatera Utara kemudian menjadi Resimen Infanteri 2 T&T I / Bukit Barisan (1949–1952).
Komandan Brigade X kemudian menjadi Resimen Infanteri 5 T&T II / Sriwijaya (1952–1957).
Pamen diperbantukan Itjen Pendidikan Umum Angkatan Darat (1957–1958).
Asisten Inspektur Jenderal Pendidikan Umum AD Bidang Diklat (1958).
Komandan RTP III Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara kemudian menjadi Komando Daerah Militer XIV / Hasanuddin (1958–1960).
Kepala Staf Komando Antar Daerah Indonesia Timur (1960–1962).
Perwira Siswa Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1962–1963).
Pejabat Sementara Deputi Men/Pangad untuk wilayah Kalimantan merangkap Panglima Komando Antar Daerah Kalimantan (1963–1964).
Deputi Men/Pangad untuk wilayah Kalimantan merangkap Panglima Komando Mandala Siaga dan Panglima Komando Antar Daerah Kalimantan (1964–1965).
Deputi II Menteri / Panglima Angkatan Darat (1965–1966).
Wakil Panglima Angkatan Darat (1966–1967).
Panglima Angkatan Darat (1967–1969).
Panglima Kopkamtib (1969–1971).
Menteri Negara Urusan Pertahanan dan Keamanan / Wakil Panglima ABRI pada kabinet Pembangunan I (1971–1973).
Menteri Pertahanan dan Keamaman / Panglima ABRI pada kabinet Pembangunan II (1973–1978).
Pelaksana Harian Panglima Kopkamtib (1975–1978).
Pensiun dari dinas kemiliteran (1978).
Menteri Koordinator Politik dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan III (1978–1983).
Ketua Dewan Pertimbangan Agung (1983–1993)
Kepangkatan
Kapten (1946)
Mayor (1946–1953).
Letnan Kolonel (1953–1960).
Kolonel (1960–1964).
Brigadir Jenderal TNI (1964–1965).
Mayor Jenderal TNI (1965–1966).
Letnan Jenderal TNI (1966–1968).
Jenderal TNI (1968–1978).
Karier politik
Maraden juga aktif dalam kegiatan organisasi di Golongan Karya (Golkar) dan pernah menjadi anggota Dewan Pembina (1973), Ketua Dewan Pembina Golkar (1974–1978), dan Wakil Ketua Dewan Pembina/Ketua Presidium Harian Dewan Pembina Golkar (1979–1988). Selain itu, ia juga aktif membina komunitas masyarakat Batak, sebagai Ketua Penasihat Lembaga Permufakatan Adat dan Kebudayaan Batak (LPAKB) dan Pembina Yayasan Bina Bona Pasogit (1989–2000) yang pendiriannya dilatarbelakangi penanggulangan bencana alam gempa di Tarutung, sebagai Inspektur Upacara Pemakaman Proklamator Ir. Soekarno di Blitar.
Akhir hidup
Maraden Panggabean Meninggal Dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, setelah dirawat sekitar satu bulan akibat stroke. Jenazah jenderal bintang empat ini disemayamkan di rumah kediaman Jalan Teuku Umar No 21 Jakarta Pusat, dan dilangsungkan upacara adat Batak dan upacara gereja. Kemudian diserahkan kepada pemerintah untuk dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara militer.
^Panggabean, Maraden (1993). Berjuang dan Mengabdi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. ISBN979-416-214-0.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"The Order of Sikatuna". Official Gazette of the Republic of the Philippines. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 August 2019. Diakses tanggal 14 May 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Official Gazette Volume 68, Edisi 36-39. Indonesia: Ohio State University (MORITZ LAW LIBRARY). 1972. hlm. 157.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); line feed character di |title= pada posisi 17 (bantuan)