Soesilo lahir sebagai anak kedua dari sebelas bersaudara pada 10 November1928 di Maos, Cilacap dengan nama Soemarlan. Pada saat ia disapih, ia lalu dirawat oleh sang kakek yang lalu mengganti namanya dengan Soesilo. Kakek Soesilo adalah seorang juragan tanah (landlord) yang kaya. Maka dari itu saat kelahirannya, ia lalu mendapatkan beberapa hadiah dari sang kakek berupa tanah seluas 100 bau dan uang sejumlah 10 ribu gulden. Hadiah ini diberikan tak lain dan tak bukan bertujuan agar Soesilo kelak akhirnya dapat bersekolah menjadi seorang dokter. Kakek Soesilo sendiri memiliki dokter pribadi bernama Dokter Katung, di mana sang kakek kagum pada sosok dokter ini dan menginginkan sang cucu kelak juga bisa menjadi dokter. Namun, pada saat masa pendudukan Jepang, kakeknya ini terkena peraturan reformasi tanah (landreform), di mana akhirnya kakek Soesilo jatuh miskin.
Masa kecil Soesilo Soedarman diwarnai dengan kegemarannya menggembalakan kerbau milik kakeknya bersama beberapa teman sebayanya. Ia juga suka menangkapi belut di sawah dan membakarnya. Selain itu, Soesilo kecil sangat gemar akan wayang, di mana ia sering menonton pertunjukan wayang semalam suntuk dan mengagumi tokoh Bima dan Hanoman. Dia juga sering bermain dalang sendiri dengan wayang-wayang, suara gamelan dari mulut dan diterangi lampu petromaks. Kegemaran akan wayang ini melekat sepanjang hidupnya. Pada masa kecilnya ini pula, karena lebih sering diasuh oleh kakeknya maka Soesilo memanggil kakeknya dengan sebutan Bapak sedangkan ayahnya sendiri dipanggil dengan sebutan kangmas (kakak). Hal ini lalu disadarinya saat Soesilo akan dikhitan, ia baru menyadari saat itu bahwa yang ia panggil kangmas adalah ayahnya sendiri.[2]
Nama Soesilo Soedarman
Dari saat pengasuhan kakeknya tersebut, namanya hanya Soesilo saja. Hingga saat Soesilo menjadi duta besar di Amerika Serikat ada yang menanyakan nama keluarga Soesilo. Soesilo menjawab bahwa namanya hanyalah satu kata tersebut. Namun si penanya berkata "Kamu harusnya mempunyai nama lain" dan Soesilo lalu memberikan nama Soedarman yang merupakan nama ayahnya (Soedarman Wiryosoedarmo). Pada kesempatan berikutnya, Soesilo lalu dipanggil dengan nama Mr. Soedarman.[2]
Karier Militer
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Tinggi di Yogyakarta, ia lalu melanjutkan pendidikannya ke Militer Akademi (MA), melenceng dari keinginan kakeknya yang menginginkannya menjadi dokter. Di Militer Akademi (MA) ia adalah rekan satu angkatan dari Subroto (mantan Menteri Pertambangan dan Energi) dan Sayidiman Suryohadiprojo (mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang). Lulus dari akademi, ia dilantik menjadi Letnan Dua pada 28 November 1948.[3] Beberapa tokoh pernah berada dalam pelatihannya adalah Mudjono, S.H. dan Soedharmono (mantan Wakil Presiden). Dalam mobilisasi pelajar pada era perang kemerdekaan (1947), ia bertugas untuk melatih para siswa tingkat SMP dan SMA saat pasukan Belanda telah mencapai Gombong. Pada tahun 1966, Soesilo tergabung ke dalam tim yang hendak menggabungkan 4 akademi perwira ABRI menjadi Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).[3]
Soesilo kemudian ditugaskan menjadi atase pertahanan di Amerika Serikat pada tahun 1970-1973. Ia ditempatkan sebagai Kepala G3/Personalia Hankam dari 1973 hingga 1975. Soesilo kembali ke Akabri sebagai komandan jenderal pada tahun 1978-1980.[3]
Sebagai tentara pula, ia pernah menjabat sebagai Panglima Komando Wilayah Pertahanan (Pangkowilhan) Sumatra dan Kalimantan Barat pada periode 1980–1985.[2]
Soesilo Soedarman meninggal dunia pada tanggal 18 Desember1997 dalam usia 69 tahun di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Jenazah Soesilo Soedarman dimakamkan di TMP Kalibata, Bertindak inspektur upacara Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Wiranto.
^ abcdMajalah Kartini, 17 April 1988. "Orang-orang baru di kabinet bercerita tentang masa kecil mereka: Dari yang menjadi komandan gembala sampai mata-mata kecil"
^Soesilo Soedarman prajurit, diplomat, nayaka. Solichin Salam. 1993. hlm. 114.Parameter |Gema Salamfirst= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); line feed character di |title= pada posisi 18 (bantuan)
^"Ku tinggalkan nama-- ". Indonesia: Bambang Setiadi, Dwisuryo Indroyono Soesilo. 1984. hlm. 21.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)