Akademi Militer (disingkat Akmil) adalah sekolah pendidikan TNI Angkatan Darat yang berada di Kota Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Akademi Militer berada di dalam struktur TNI AD yang berperan mencetak taruna/taruni Akmil menjadi perwira TNI AD.
Akademi Militer berada di Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut dan beriklim sejuk karena dikelilingi oleh Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sundoro, dan Gunung Tidar. Akmil menempati tanah seluas 654,4493 ha yang terdiri dari Komplek Panca Arga, Ksatrian Akmil, Mess Sundoro, Mess Sumbing, Mess Merapi, Mess Dieng, Mess Kranggan, dan Kolam Renang Soekotjo.
Daerah-daerah latihannya berada di Gending, Pendem, Plempungan, Kaloran, Kopeng, dan Gringsing (Kabupaten Batang).
Pendidikan Politeknik Ilmu Militer ditempuh dalam empat tahun. Dimulai pada tahun 2011 werving tahun 2007, seluruh Taruna Akademi TNI menjalani pendidikan militer dan pendidikan umum setara Diploma IV Dengan gelar Sarjana Sains Terapan Pertahanan (S.S.T.Han) dilanjutkan dengan penyelesaian program studi Strata-1 di Universitas Jenderal Achmad Yani. Mengikuti peraturan Kemenristekdikti pada tahun 2013, gelar yang diberikan berubah menjadi Sarjana Terapan Pertahanan (S.T.Han) dan di tahun 2017 menjadi Sarjana Terapan Pertahanan (S.Tr.Han) sampai dengan sekarang. Pendidikan di Akademi Militer dimulai dari Pendidikan Dasar Integratif Kemitraan Tahap I Taruna/Taruni Akademi TNI & Akademi Kepolisian selama 3 Bulan. Kemudian dilanjutkan dengan Pendidikan Chandradimuka bersama taruna AAL & AAU selama 9 bulan sebelum para taruna/taruni kembali ke akademi masing-masing. Kenaikan tingkat/pangkat diberikan secara bertahap mulai dari prajurit taruna hingga sersan mayor satu taruna. Taruna/taruni yang berhasil menyelesaikan pendidikannya berhak menyandang gelar Sarjana Terapan Pertahanan (S.Tr.Han) dan dilantik menjadi perwira TNI AD. Calon taruna/taruni Akmil merupakan lulusan SMA atau MA (IPA dan IPS). Akademi Militer merupakan pendidikan ikatan dinas yang dibiayai oleh negara dan memiliki beberapa program studi Diploma IV yang disesuaikan dengan korps satuan yang ada di TNI Angkatan Darat[1], yaitu:
Teknik Sipil Pertahanan (Akreditasi A)
Teknik Mesin Pertahanan (Akreditasi A)
Teknik Elektro Pertahanan (Akreditasi A)
Ilmu Manajemen Pertahanan (Akreditasi A)
Ilmu Administrasi Pertahanan (Akreditasi A)
Sejarah
Sejarah Akademi Militer (Akmil)[2] bermula dari didirikannya Militaire Academie (MA) Yogyakarta pada tanggal 31 Oktober1945 atas perintah Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat, Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo. Pada tahun 1950, MA Yogyakarta setelah meluluskan dua angkatan dan karena alasan teknis MA ditutup untuk sementara dan taruna angkatan ketiga menyelesaikan pendidikannya di KMA Breda, Belanda. Pada kurun waktu yang sama di berbagai tempat lain (Malang, Mojoagung, Jombang, Salatiga, Tangerang, Palembang, Bukit Tinggi, Brastagi, Prapat) didirikan Sekolah Perwira Darurat untuk memenuhi kebutuhan TNI AD/ABRI pada waktu itu.[3]
Pada tanggal 1 Januari1951 di Bandung didirikan SPGI AD (Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat) dan pada tanggal 23 September1956 berubah menjadi ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Sementara itu pula pada tanggal 13 Januari1951 didirikan pula P3AD (Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat) di Bandung. Mengingat pada saat itu banyak sekolah perwira TNI AD, maka muncul gagasan dari pimpinan TNI AD untuk mendirikan suatu Akademi Militer yang pertama kali dimunculkan pada sidang parlemen oleh Menteri Pertahanan pada tahun 1952. Setelah melalui berbagai proses, maka pada tanggal 11 November1957 pukul 11.00 WIB Presiden RI Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI, meresmikan pembukaan kembali Akademi Militer Nasional yang berkedudukan di Magelang. Akademi Militer ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta dan taruna masukan tahun 1957 ini dinyatakan sebagai Taruna AMN angkatan ke-4.
Pada tahun 1961 Akademi Militer Nasional Magelang di integrasikan dengan ATEKAD Bandung dengan nama Akademi Militer Nasional dan berkedudukan di Magelang. Mengingat pada saat itu masing-masing angkatan (AD, AL, AU, dan Polri) memiliki Akademi, maka pada tanggal 16 Desember1965 seluruh Akademi Angkatan (AMN, AAL, AAU dan AAK) diintegrasikan menjadi Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Sesuai dengan tuntutan tugas, maka pada tanggal 29 Januari 1967 Akabri di Magelang diresmikan menjadi Akabri Udarat, yang meliputi dua Akabri bagian di bawah satu pimpinan, yaitu Akabri Bagian Umum dan Akabri Bagian Darat. Akabri Bagian Umum mendidik taruna TK-I selama satu tahun, termasuk Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka, sedangkan Akabri Bagian Darat mendidik taruna Akabri Bagian Darat mulai TK-II sampai dengan TK-IV. Pada tanggal 29 September 1979 Akabri Udarat berubah namanya menjadi Akabri Bagian Darat. Dalam rangka reorganisasi di lingkungan ABRI, maka pada tanggal 14 Juni 1984 Akabri Bagian Darat berubah namanya menjadi Akmil (Akademi Militer).
Pada tanggal 1 April1999 secara resmi Polri terpisah dari tiga angkatan lainnya dan ABRI berubah menjadi TNI. Sejak itu pula Akademi Kepolisian terpisah dari AKABRI, membuat AKABRI mengalami perubahan nama menjadi Akademi TNI yang terdiri dari AKMIL, AAL, dan AAU. Berdasarkan Perpang Nomor: Perpang/28/V/2008 tanggal 12 Mei2008, Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka dan Integratif Akademi TNI dilakukan dalam pola 12 bulan, langsung di bawah Mako Akademi TNI. Setelahnya AKMIL menyelenggarakan pendidikan khusus Taruna Angkatan Darat tingkat II, III, dan IV.
Drum Band Canka Lokananta dan Satsikmil Akmil
Drum Band Genderang Seruling "Canka Lokananta" dan Satuan Musik Militer Upacara Adjudan Jenderal Akademi Militer (Satsikmil Ajen AKMIL) adalah sebutan resmi untuk drumben militer dan satuan musik upacara milik Akademi Militer yang bermula setelah dibukanya kembali Akademi Militer di Magelang pada 16 April 1959.[4][5] Anggota awalnya merupakan perwakilan musikal senior TNI Angkatan Darat yang mencontoh formasi serupa yang dipasang oleh Sekolah Militer Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger di Bandung, Gombong, dan Purworejo. Pelatih pertama drumben ini yaitu Lettu Suhirno. Sementara Satuan Musik (terdiri dari 36 musisi) diawaki oleh personel militer aktif yang ditugaskan ke akademi dan merupakan lulusan dari Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal Kodiklat TNI-AD, drumben Canka Lokananta terdiri dari sekitar 182 genderang, seruling, dan terompet yang diawaki oleh taruna/taruni yang merupakan bagian dari Korps Taruna Akmil.[6][7] Kata-kata satuan Korps Taruna ini berasal dari Bahasa Sanskerta yang mengandung arti "Suara Merdu dari Surga." Kedua organisasi memenuhi semua persyaratan musik resmi Akademi Militer, termasuk upacara dan defile militer yang patriotik, konser publik, acara olahraga, siaran radio dan televisi, kegiatan sosial untuk Korps Taruna Akmil, alumni akademi dan seluruh komunitas Magelang, serta tampil sebagai satuan drumben militer Akademi TNI yang tertua dalam semua acara nasional yang melibatkan TNI.
Mantan Presiden RI yang juga merupakan lulusan Akademi Militer, Susilo Bambang Yudhoyono, adalah bagian dari drumline perkusi Canka Lokananta, yang berubah setiap tahun dari musisi yang masuk dan keluar yang dipilih dari antara jajaran Korps Taruna.[8][9] Beliau adalah drummer tenor selama masa periode sebagai bagian dari formasi ini, dan dalam kunjungannya pada Juni 2014, beliau bergabung dengan sesama musisi alumni Canka Lokananta dari angkatan-angkatan alumni perwira tinggi dari Akmil.