Siswono dilahirkan di Long Iram, Kabupaten Kutai Barat pada tanggal 4 Juli 1943, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Dia adalah keturunan Jawa.[1][2] Anak ketiga dari sepuluh bersaudara, ayahnya Soewondo adalah seorang dokter yang ditugaskan di Kalimantan. Sebagai seorang anak, ia mengikuti perubahan tugas ayahnya, pindah ke Tenggarong dan kemudian Palu, di mana ia bersekolah di taman kanak-kanak. Pada tahun 1949, keluarganya pindah ke Kendal di mana dia bersekolah di sekolah dasar. Pada tahun 1958, ia pindah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah menengah, dan pada tahun 1961 ia mendaftar di Institut Teknologi Bandung (ITB).[3]
Selama kuliah di ITB, Siswono adalah bagian dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Barisan Soekarno - sebuah organisasi yang mendukung Soekarno, yang dikecam ketika Soeharto mengambil alih kekuasaan. Akibatnya, ia diskors dari studinya selama empat tahun. Selama ini, ia bergerak di bidang perdagangan hasil bumi, yaitu menjual bawang putih dari Jawa Timur ke Jakarta dan Palembang. Dia diizinkan untuk kembali ke studinya pada tahun 1968.[1]
Karier
Setelah lulus, Siswono mendirikan perusahaan konstruksi PT Bangun Tjipta Sarana bersama teman-temannya dari ITB pada tahun 1969. Perusahaan tersebut diuntungkan oleh booming konstruksi selama periode Soeharto, dan diberi kontrak untuk membangun makam Soekarno dan Hatta. Siswono akhirnya menerima tawaran menjadi Menteri Perumahan Rakyat di bawah kabinet Soeharto pada tahun 1988, dan diangkat kembali sebagai Menteri Transmigrasi dan Tenaga Kerja pada tahun 1993.[1][2]
Menyusul jatuhnya Soeharto, Siswono menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), dan ia mewakili "Kelompok Pengusaha" di Majelis Permusyawaratan Rakyat antara 1999 dan 2004.[4] Dia dianggap sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan 1999, tetapi memenangkan suara paling sedikit dari lima calon (31 dari 613) dan dijatuhkan pada putaran pertama pemungutan suara. Saat itu, dia adalah anggota Golkar.[5]
Untuk pemilihan umum presiden 2004, Siswono menjadi calon wakil dari Amien Rais. Enam partai politik mendukung mereka, tetapi pasangan itu tersingkir pada putaran pertama pemungutan suara setelah hanya memenangkan 14,66 persen suara, menempatkan mereka di urutan keempat.[6][7]
Kemudian pada pemilihan umum legislatif 2009, Siswono terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah I masih sebagai calon Golkar. Dia adalah bagian dari komisi keempat dewan tersebut dan merupakan wakil ketua dewan kehormatannya. Dia tidak mencalonkan diri untuk pemilihan kembali pada tahun 2014, dengan alasan usianya.[8][9]
Siswono adalah mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (1973-1977) dan Ketua Persatuan Pengusaha Real Estat Indonesia (1983-1986). Ia sudah menjadi petani sejak tahun 1999 dan menjadi anggota MPR mewakili petani. Kesibukannya sudah lebih banyak di pertanian. Lulusan Teknik Sipil Institut Teknik Bandung (ITB) tahun 1968 ini fasih menerangkan bagaimana mengawinkan domba, bagaimana memilih bibit domba unggul, dan bagaimana bercocok tanam tembakau dan sayur-mayur. Kesibukan dan keahlian ini sudah menjadi bagian lain dari hidup calon presiden independen ini.
Perhatian Siswono terhadap masalah pertanian makin besar setelah ia tidak lagi berada di birokrasi dan ketika masyarakat tani memilihnya menjadi Ketua Umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) sejak 1999. Kendati kesibukannya di seputar pertanian itu bukan hanya karena ia menjadi Ketua Umum HKTI itu, tetapi sudah sejak awal ia sudah mengelola usaha tani. Sebelum ia bersama rekannya mendirikan CV Bangun Tjipta Sarana yang kemudian menjadi PT Bangun Tjipta Sarana, sebuah kelompok usaha dengan bisnis inti konstruksi.
Saat ini ia menjadi Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR.[12] Ia juga menjadi anggota DPR dari dapil Jateng I lewat Partai Golkar.