Prof. Haryati Soebadio (24 Juni 1928 – 30 April 2007) adalah seorang sastrawan dan politisi Indonesia. Ia menjabat Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan V pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Selain itu, alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra dan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.[1] Sebagai penulis, ia juga dikenal dengan nama pena Aryanti dan Amirati.[2]
Kehidupan Awal
Haryati lahir di Jakarta, pada tanggal 24 Juni 1928. Ia lahir dari pasangan Mr. Raden Panji Notosoebagyo dan istrinya Retnodoemilah Djojoadiningrat. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang semuanya wanita. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa ia adalah cucu tiri R.A. Kartini. Ayahnya dan saudara ayahnya adalah lulusan sekolah hukum Belanda dan bekerja sebagai hakim yang sering berpindah-pindah tugas. Maka dari itu Haryati menjalani pendidikan dasarnya di ELS dua kota berbeda, yaitu Jakarta dan Madiun. Ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Jakarta.[2]
Haryati lahir dari keluarga yang berkecukupan. Dan orang tua Haryati mengusahakan yang sebaik-baiknya untuk pendidikan anak-anaknya. Ayah dan ibunya selalu menganjurkan semangat membaca kepada anak-anaknya sehingga Haryati yang dipanggil Nunuk oleh orang tuanya ini pun sangat gemar membaca.[3]
Haryati yang dibesarkan dalam budaya Jawa lalu tertarik untuk masuk ke dunia Sastra Jawa, setelah ibunya menunjukkan sebuah kitab Jawa Kuno kepadanya. Padahal sebelumnya, ia mempunyai cita-cita sebagai dokter, dan ayahnya mengharapkan dirinya mengikuti jejak sang ayah sebagai orang hukum. Selepas lulus HBS pada tahun 1950, Haryati yang menguasai beberapa bahasa asing seperti Inggris, Prancis, Belanda dan Jerman lalu melanjutkan pendidikannya ke jurusan Sanskerta Gemeentelijke Universteit di Amsterdam.[3]
Riwayat pendidikan
Gelar pendidikan tinggi pertama Haryati diperoleh dari Gemeetelijke Universiteit, Amsterdam, Belanda (1956), dengan peminatan Sastra Jawa Kuno dan Sansekerta dari jurusan Indo-Iraanse Taal en Letterkunde (Kebahasaan dan Kesusastraan Indo-Iran). Haryati juga memperoleh gelar doktor dari universitas yang sama (1971) dengan disertasinya yang membahas Jnanasiddhanta, sebuah naskah religius Hindu Bali dalam bahasa Jawa Kuno.[2]
Karier
Haryati mengawali karier sebagai staf pengajar Universitas Indonesia pada dekade 1960-an. Lalu pada tahun 1971, ia kembali ke Belanda untuk program gelar doktoral yang akhirnya bisa diraih pada 1975. Saat kembali ke UI, ia mendapatkan gelar profesornya. Ia lalu diangkat sebagai Dekan Fakultas Sastra menggantikan Harsja W. Bachtiar.[4] Kemudian pada periode 1978-1987 ia menjabat sebagai Dirjen Kebudayaan Departemen P & K.
"Jangan korbankan nilai budaya untuk menghasilkan devisa yang sebanyak-banyaknya"
Hingga akhirnya pada tahun 1988 ia dipercaya untuk menduduki jabatan Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan V. Ditengah kesibukkan-kesibukkannya ini ia sangat gemar menulis, di mana beberapa karya novel dan cerpen dengan nama pena Aryanti pernah ditulisnya.[3]
Pernikahan
Haryati menikah di Belanda dengan Sunarto Soebadio yang merupakan seorang sarjana matematika dan guru ilmu pastinya saat SLP dan SLA.[4] Pasangan ini lalu kembali ke Indonesia pada tahun 1957. Namun pada tahun 1961, suaminya ini mendadak jatuh sakit lalu meninggal dunia. Ditinggallah Haryati dan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Pada dekade 1980-an, putranya yang kedua, Admin juga meninggal dunia, meyisakan putri sulung dan putri bungsu, Lukna Hariani dan R. Windiarti atau Windy.[3]
Penghargaan
Dalam Negeri
Luar Negeri
Gelar Masyarakat Daerah
Ia juga pernah diangkat sebagai "ibu masyarakat Banten".[4]
Karya
Ditengah kesibukkan-kesibukkannya saat itu ia sangat gemar menulis. Dengan nama pena Aryanti beberapa karya novel dan cerpen pernah ditulisnya. Novel yang ia tulis dengan nama pena ini di antaranya adalah Selembut Bunga (1978), Hidup Perlu Akar (1981), dan Dunia Tak Berhenti Berputar (1982). Novel-novel ini pada awalnya merupakan cerita bersambung yang terbit secara berkala dalam majalah Femina.[2] Selain novel yang terbit sebagai cerbung, ia juga menulis banyak cerpen untuk Femina dan Horison, di antaranya "Si Belang" (1974), "Kenang-kenangan" (1978), dan "Syarat" (1980).
Dengan nama pena Amirati, ia juga menulis cerita anak dengan mengadaptasi berbagai folklor dunia, seperti Gadis Bulan, adapatasi kisah dari Polinesia, Pria Bertudung, adaptasi dongeng Prancis, dan Ahli Nujum karena Nasib, adaptasi kisah dari Persia.[2]
Karya lainnya yang ia terbitkan adalah Inanasiddhanta, tata bahasa Sanskerta ringkas (1985)[4]
Referensi
Pranala luar
|
---|
|
|
|
|
|
|
|
Menteri muda yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden: |
|
Menteri dan pejabat setingkat menteri yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden: |
|
|