Perjalanan kariernya di TNI dimulai pada 1961 ketika ia menjadi Komandan Peleton Pusat Pendidikan Artileri Medan Kota Cimahi, Bandung, Jawa Barat. Di sanalah Sudjana bertemu Iskana Parwati yang menjadi pendamping hidupnya hingga akhir hayat. Pada 1971 Sudjana diangkat menjadi Komandan Rayon Armed Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Selama kurun 1975-1978, putra pendeta ini menjabat sebagai Komandan Resimen Armed Kostrad dan Komandan Resor Militer 121/DAM XII/TPR. Kariernya di Kostrad juga membawa Sudjana ke Timor Timur dalam Operasi Seroja. Banyaknya pasukan ABRI yang gugur dalam operasi ini mendorong Sudjana mendirikan Yayasan Wredatama Seroja yang memberikan santunan dan beasiswa kepada anak-anak tentara. Namun, pengalaman yang dianggap paling mengesankan adalah ketika Sudjana menjadi Komandan Rayon Militer Sintang, Kalimantan Barat, pada 1987-1989. Semasa Jenderal TNI L.B. Moerdani menjabat sebagai Panglima ABRI, Sudjana yang berpangkat Mayor Jenderal dilantik menjadi Kepala Staf Umum ABRI. Jabatan terakhir Sudjana di Militer adalah Sekretaris Jenderal Departemen Kehakiman dan Keamanan dengan pangkat Letnan Jenderal karena ditunjuk oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Pertambangan dan Energi.
Meninggal Dunia
Mantan Menteri Pertambangan dan Energi di masa Orde Baru Ida Bagus Sudjana wafat di lantai IV Ruang Gawat Darurat Paviliun Kartika Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Pada hari Minggu sekitar pukul 19.50 WIB. Ayah tiga anak ini meninggal setelah dirawat selama hampir dua bulan di RSPAD karena penyakit yang menyerangnya, kanker paru-paru dan otak. Sekitar pukul 01.00 WIB jenazah almarhum diterbangkan ke tanah kelahirannya, Denpasar, Bali, dengan menggunakan pesawat Pelita Air Sevice dari Lanud Halim Perdanakusuma. Jenazah akan dingabenkan di Desa Sanur, Denpasar.[1]
^Pusat Penerangan HANKAM, Indonesia (1987). Dharmasena. Indonesia: Indonesia. Departemen Pertahanan-Keamanan. hlm. 23.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)