Chairul Tanjung memulainya bisnisnya ketika ia kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.[4] Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya.[5][6] Kini perusahaan konglomerasi miliknya CT Corp, menjadi sebuah perusahaan yang membawahi beberapa anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega, dan CT Global Resources.[5]
Saat ini, Chairul Tanjung juga menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan, yaitu CT Corp, Pariarti Shindutama, dan Para Rekan Investama.
Masa kecil
Chairul Tanjung lahir di Jakarta dari pasangan Abdul Ghafar Tanjung dan Halimah. Ayahnya adalah seorang wartawan pada orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil.[3] Sedangkan ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga. Ayah Chairul Tanjung merupakan keturunan Suku Pesisir bermarga Tanjung, yang berasal dari Sorkam, Sumatera Utara,[7] sedangkan ibunya dari Cibadak, Jawa Barat.[8] Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu.[3] Keadaan ini memaksa orang tuanya menjual rumah dan mereka tinggal di kamar losmen yang sempit.
Demi memenuhi kebutuhan kuliah, ia berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan fotokopi di kampus. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen, Jakarta Pusat, namun bangkrut.[5] Selepas kuliah, Chairul mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada tahun 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor[10] Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.[10]
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha, membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.[5]
Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahi beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi), dan Para Inti Propertindo (properti).[3]
Di bawah Para Group, Chairul memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial, antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung Propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, dan Mega Indah Propertindo.[11] Di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.[11]
Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall.[5] Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana Rp 99 miliar. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999.[3] Sementara di bidang investasi, pada awal 2010 Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp membeli sebagian besar saham Carefour Indonesia, yakni sejumlah 40 persen. MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ini ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Prancis.[12]
Pada tahun 2010, majalah ternama Forbes menempatkan Chairul sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ia berada di urutan ke-937 dengan total kekayaan mencapai USD 1 miliar.[13] Satu tahun kemudian, menurut Forbes, kekayaan Chairul telah meningkat lebih dari dua kali lipat, yakni dengan total kekayaan USD 2,1 miliar.[14] Tahun 2014, Chairul memiliki kekayaan sebesar USD 4 miliar dan termasuk orang terkaya nomor 375 dunia.
Pada tanggal 1 Desember2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.[15]
Pemikiran
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan adalah penting. Selain itu memiliki rekanan yang baik sangat diperlukan.[16] Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembangnya bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting.[16]
Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal-pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional.[12] Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi ini merupakan upaya perusahaan nasional agar bisa berdiri sendiri dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.[12]
Menurutnya modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Namun kemauan dan kerja keras, merupakan hal paling pokok yang harus dimiliki seseorang yang ingin sukses.[9] Baginya mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Di mana membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Disinilah pentingnya berjejaring dalam menjalankan bisnis.[16]
Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu.[11] Menurutnya membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan.[11] Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan seketika, karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar.[11] Membangun integritas adalah penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha, seseorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Namun tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.[11]
Menko Perekonomian
Pada 16 Mei2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung sebagai Menko Perekonomian. Ia menggantikan Hatta Rajasa yang telah resmi mengundurkan diri. "Saya telah mengambil kesimpulan untuk mengangkat saudara Chairul Tanjung sebagai Menko Perekonomian yang baru" kata SBY di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta.[17][18] Pelantikan Chairul Tanjung dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Senin, 19 Mei2014 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2014. Hatta Rajasa mengundurkan diri karena maju menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto dalam pilpres 2014 dengan dukungan dari Partai Gerindra, PAN, PKS, Golkar dan PPP.[19]
Guru Besar
Pada 18 April2015, Chairul Tanjung dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu kewirausahaan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.[20] Pengukuhan tersebut dilakukan di ruang Garuda Mukti, Gedung Rektorat, kampus C Unair. Ia menjadi guru besar ke-438 Unair.[21]