Soedarsono Hadisapoetro mengawali karirnya sebagai Kepala Kantor Pertanian di Karesidenan Pekalongan pada tahun 1942 hingga 1946. Setelah itu, ia menjadi dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada mulai tahun 1954.[3]
Pada awal tahun 1980an, ia menggagas pembentukan Koperasi Unit Desa (KUD) dan Badan Usaha Unit Desa (BUUD). Ia juga yang menggagas untuk lahirnya BIMAS dan INMAS.
Salah satu opininya yang terkenal terkait dengan gula adalah ia mengakui bahwa swasembada gula menjadi beban pemerintah selama bertahun-tahun, tetapi belum ada jalan keluar.[4] Kemudian terkait swasembada pangan, Ia telah ditunjuk Soeharto untuk melakukan instruksi presiden terkait pemberantasan hama wereng dan penanganan banjir.[5]
Selain itu, Ia terkenal dengan sumbangsihnya terkait pelestarian alam berupa penetapan taman nasional. Pada 14 Oktober 1982, ketika dilakukan Kongres Taman Nasional Ketiga yang bertempat di yang diselenggarakan di Bali pada 11-22 Oktober 1982, Ia memanfaatkan momentum tersebut untuk mendeklarasikan 11 kawasan suaka alam sebagai calon taman nasional atau kawasan pelestarian alam.[6]
Kehidupan Pribadi
Cucunya, Ananda Syahendar Perdana adalah seorang pendiri Lobi Nasionalis di Indonesia.
Soedarsono Hadisapoetro memiliki 6 orang anak. Ia meninggal di Jakarta pada 10 Juni 1988 dalam usia 67 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.[7]
^Roeder, O.G. (1971). WHO'S WHO IN INDONESIA Biographies of prominent Indonesian personalities in all fields. Jakarta: PT Gunung Agung. hlm. 115.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); line feed character di |title= pada posisi 23 (bantuan)