Bambang muda lulus dari MULO pada tahun 1938 di Palembang dan aktif dalam organisasi pemuda Perkumpulan Indonesia Muda. Setelah Perang Dunia II usai Bambang menikah dengan Siti Nuraini Asa'ari yang juga berasal dari Palembang pada tahun 1950 dan dikaruniai 6 anak.
Bambang Utoyo meninggal dunia pada usia 59 tahun dengan pangkat terakhir Letnan JenderalAnumerta. Mulai tanggal 1 November1997, pemerintah Indonesia menaikkan pengkatnya menjadi Jenderal (Kehormatan).[3]
Menjelang akhir tahun 1946 hingga Januari 1947, Bambang memimpin pasukan untuk melawan pasukan sekutu yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Lima Malam.[2] Pertempuran berakhir dengan gencatan senjata dengan pihak sekutu. Selain itu, Bambang Utoyo harus kehilangan satu tangannya karena percobaan granat hasil karya anak buahnya hingga di kemudian hari ia dikenal sebagai KASAD bertangan satu.[5]
Karena alasan kesehatan, Bambang pensiun dari dinas aktif militer pada tanggal 5 September 1952 dengan pangkat Kolonel. Setelah terjadinya peristiwa 17 Oktober1952, untuk mengatasi ketegangan pada tanggal 25 November 1952 aktif kembali dan menjabat sebagai Panglima Tentara dan Teritorium II di Palembang dengan pangkat Kolonel.[6]
Pada tanggal 10 Juni 1955 PresidenSoekarno menetapkan Bambang Utoyo sebagai KASAD[7] dengan pangkat Djenderal Major[8] dan melantiknya pada tanggal 27 Juni 1955. Ia menjabat sebagai KASAD selama 4 bulan.[9]