Bambang Utoyo
Jenderal TNI (Anumerta) (Purn.) Bambang Utoyo (20 Agustus 1920 – 4 Juli 1980)[1] adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ke-4 yang menjabat dari tanggal 27 Juni 1955 – 28 Oktober 1955. Ia dikenal sebagai KSAD bertangan satu.[2] Bambang muda lulus dari MULO pada tahun 1938 di Palembang dan aktif dalam organisasi pemuda Perkumpulan Indonesia Muda. Setelah Perang Dunia II usai Bambang menikah dengan Siti Nuraini Asa'ari yang juga berasal dari Palembang pada tahun 1950 dan dikaruniai 6 anak. Bambang Utoyo meninggal dunia pada usia 59 tahun dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal Anumerta. Mulai tanggal 1 November 1997, pemerintah Indonesia menaikkan pengkatnya menjadi Jenderal (Kehormatan).[3] Karier militerPada tahun 1943, pada saat Jepang mulai berkuasa di Indonesia turut serta dalam latihan Giju Gun (seperti PETA) di Pagar Alam dan menjadi Sooy Giju Gun.[4] Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, menjadi komandan Resimen I, Divisi II Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan pangkat Letnan Kolonel. Setelah menjadi komandan Divisi II pada tahun 1946, pangkatnya dinaikan menjadi Kolonel. Menjelang akhir tahun 1946 hingga Januari 1947, Bambang memimpin pasukan untuk melawan pasukan sekutu yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Lima Malam.[2] Pertempuran berakhir dengan gencatan senjata dengan pihak sekutu. Selain itu, Bambang Utoyo harus kehilangan satu tangannya karena percobaan granat hasil karya anak buahnya hingga di kemudian hari ia dikenal sebagai KASAD bertangan satu.[5] Pada tahun 1948 pada saat terjadi reorganisasi dan rasionalisasi (RERA) TNI yang dijalankan oleh Perdana Menteri Mohammad Hatta, pangkatnya diturunkan satu tingkat menjadi Letnan Kolonel. Karena alasan kesehatan, Bambang pensiun dari dinas aktif militer pada tanggal 5 September 1952 dengan pangkat Kolonel. Setelah terjadinya peristiwa 17 Oktober 1952, untuk mengatasi ketegangan pada tanggal 25 November 1952 aktif kembali dan menjabat sebagai Panglima Tentara dan Teritorium II di Palembang dengan pangkat Kolonel.[6] Pada tanggal 10 Juni 1955 Presiden Soekarno menetapkan Bambang Utoyo sebagai KASAD[7] dengan pangkat Djenderal Major[8] dan melantiknya pada tanggal 27 Juni 1955. Ia menjabat sebagai KASAD selama 4 bulan.[9] Meninggal DuniaBeliau wafat di Bonn, Jerman Barat pada tanggal 4 Juli 1980 dalam usia 59 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMPNU) Kalibata, Jakarta Selatan. Kenaikan Pangkat KehormatanPada November 1997, Presiden Soeharto memberikan penghargaan untuk para mantan KSAD. Soeharto memberikan kenaikan pangkat kehormatan satu tingkat lebih tinggi kepada Jenderal (Kehormatan) GPH Djatikusumo, Letjen (Kehormatan) Bambang Sugeng, dan Letjen (Kehormatan) Bambang Utoyo. Selain itu juga kepada Jenderal (Kehormatan) Sarwo Edhie Wibowo, mantan Dubes RI di Korea Selatan. PenghargaanTanda jasa[10]Bibliografi
Referensi
|